Oleh: Ali Munir, S.Pd. Banjir, dari sudut ilmu geografi dapat diartikan sebagai peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat (KBBI, 2008). Pada musim penghujan, peristiwa banjir di tanah air menjadi hal biasa, dan sepertinya setiap tahun selalu berulang dan berulang lagi. Kemudian melimpahnya air ini dikategorikan sebagai bencana alam yang merugikan masyarakat dan pemerintah.
Ada dua faktor utama penyebab banjir, yakni faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam misalnya ketika gunung berapi meletus akan mengakibatkan banjir lahar panas, dan saat muncul hujan akan berubah menjadi banjir lahar dingin yang mampu menyapu pemukiman di bawahnya.
Sedangkan faktor lainnya seperti penebangan hutan liar adalah akibat ulah manusia itu sendiri yang serakah dan ingin memperkaya diri sendiri lewat perusakan alam yang menyebabkan terjadinya bencana banjir, baik banjir biasa maupun banjir bandang.
Bukan hanya kerusakan bangunan tempat tinggal, banjir juga dapat mengganggu aktivitas dan pekerjaan masyarakat, di samping munculnya berbagai macam akibat genangan air (seperti diare, kolera dan tifus) yang bisa mendatangkan korban jiwa akibat terseret arus air deras.
Ada beberapa jenis banjir yang diklasifikasikan berdasar pada penyebabnya, yakni:
1. Banjir Air
Banjir air merupakan peristiwa yang kerap terjadi di perkotaan maupun pedesaan, terutama di dekat hutan. Kebanyakan melimpahnya air ini disebabkan kondisi air yang meluap di beberapa tempat, seperti sungai, waduk, danau maupun selokan. Meluapnya air dari tempat-tempat yang biasannya merupakan wadah penampungan air membuat sirkulasi air melimpah dan menyebabkan daratan di sekitarnya menjadi tergenang air. Luapan air ini biasanya terjadi akibat hujan dalam tempo lama dengan curah yang tinggi sehingga sungai, waduk, danau, maupun selokan tidak dapat menampung semua air hujan tersebut.
Pada kasus banjir perkotaan, ketika debit air meningkat tajam akibat derasnya hujan, maka saluran air atau drainase tidak akan pernah mampu menampung dan mengalirkan air yang berlebih tersebut, sehingga akan meluap dan menggenangi pemukiman warga perkotaan. Bisa saja ini disebabkan oleh padatnya bangunan dan tertutupnya lahan tanah kosong oleh bangunan sehingga lahan tanah kosong yang berguna untuk menyerap air menjadi sangat sedikit, dan menyebabkan air akan tetap mengambang di permukaan jalanan beton dan mengakibatkan banjir yang surutnya memerlukan waktu yang lama.
2. Banjir Laut Pasang (Rob)
Rob adalah air pasang besar yang menyebabkan luapan air laut. Banjir rob adalah jenis banjir yang disebabkan naiknya air laut, sehingga menuju daratan dan menggenangi daerah darat di pinggir laut. Banjir rob ini sering melanda daerah-daerah di tepi laut seperti kawasan Muara Baru di Jakarta, kawasan Belawan di Sumatra Utara, dan beberapa wilayah lain di tanah air. Akibat naiknya permukaan laut yang menyebabkan air pasang akan menghambat aliran air dari darat menuju laut.
Kondisi ini sering mengakibatkan tanggul penahan air pasang tak mampu menahan terjangan rob, bahkan sering membuat tanggul penahan air itu jebol atau rusak, sehingga air meluber dan menggenangi daratan.
3. Banjir Bandang
Banjir bandang biasanya terjadi akibat ulah manusia yang melakukan penggundulan hutan dengan cakupan luapan air yang meluncur deras dari atas bukit atau gunung yang tidak mampu menyerap dan menampung air. Banyak kasus banjir bandang terjadi di Indonesia, dan umumnya akibat keserakahan korporasi maupun pribadi yang berupaya meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari kekayaan hayati hutan dengan menebangi kayu secara sembarangan dan tanpa perhitungan.
Banjir bandang juga dapat terjadi akibat bendungan penampung air yang bocor sehingga arus air meluncur sangat deras dan merusak pemukiman. Banjir jenis ini atau biasa disebut air bah adalah banjir besar yang datang secara tiba-tiba dan mengalir deras hingga menghanyutkan benda-benda besar seperi kayu dan lain sebagainya.
4. Banjir Lahar
Banjir lahar merupakan jenis banjir yang disebabkan lahar gunung berapi yang masih aktif saat mengalami erupsi atau meletus. Ketika gunung berapi meletus akan mengeluarkan lahar panas dan meluncur ke tempat rendah. Lahar panas ini dapat menjadi pembunuh manusia di saat yang tidak terlalu lama setelah letusan diikuti hujan deras yang mampu meluncurkan aliran lahar dingin dengan sangat cepat ke arah pemukiman warga di sekitar gunung berapi tersebut. Karena lahar dingin ini selalu mencari tempat lebih rendah, maka dapat memasuki sungai dan menyebabkan pendangkalan, sehingga aliran sungai juga ikut meluap dan merendam daratan. Banjir lahar ini sangat sulit diatasi karena bercampur dengan material lahar dingin dan efek penghancurnya bisa begitu hebat.
5. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang diakibatkan campuran lumpur dan air dalam jumlah sangat banyak. Salah satu banjir lumpur yang sangat fenomenal dan menyita perhatian masyarakat dunia adalah banjir lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Banjir ini bisa dikatakan mirip banjir bandang karena volumenya sangat besar dan sangat sulit dihentikan. Akibat kesalahan pengeboran, maka banjir Lapindo yang masih terjadi hingga melenyapkan beberapa desa dan kecamatan di Jawa Timur sangat sulit ditanggulangi.
Keluarnya materi lumpur bercampur air dari perut bumi ini juga dikuatirkan mampu menurunkan permukaan bumi, akibat pengosongan material padat di bawah permukaan tanah. Lumpur dari dalam bumi yang keluar ke permuakaan ini sangat berbeda dengan lumpur-lumpur yang dihasilkan tanah daratan. Kandungan lumpur ini telah mangandung gas kimia dan dapat membahayakan kesehatan manusia.
Dengan mengenal beberapa jenis banjir yang terjadi di bumi ini, kiranya kita semakin bijak memperlakukan alam dan selalu waspada pada gejala-gejala alam. Alam bisa saja murka apabila manusia tidak peduli pada kelestarian lingkungan hutan dan lingkungan sekitarnya.
Mulai saat ini hendaknya kita menghentikan penebangan liar, menerapkan Amdal yang baik, tetap menanam pohon untuk mencegah erosi permukaan tanah, selalu membersihkan saluran air atau drainase dan tidak membuang sampah sembarangan, baik ke dalam selokan maupun sungai. Hal-hal sederhana seperti ini bisa menurunkan tingkat risiko beberapa jenis banjir di atas. Jika ingin hidup terhindar dari bencana banjir, maka pola pikir dan pola perilaku kita harus selalu peduli pada kelestarian alam dan selalu bijak memperlakukan alam.