Sepekan sudah, para panitia dan warga terus melakukan persiapan, diantaranya pembuatan miniatur rumah, mobil, pakaian dan sebagainya yang terbuat dari bahan kertas, kayu, dan bambu. Semua persiapan ini guna pelaksanaan upacara Sembahyang Arwah di Vihara Gunung Timur, Medan.
Sembahyang Arwah bagi masyarakat etnis Tionghua di Medan lebih dikenal dengan sebutan ‘Chit Gwee Phua’ atau tanggal 15 bulan ketujuh kalender lunar. Dimana pelaksanaannya bertepatan pada Selasa, 5 September lalu.
Bukan hanya di Medan, sejumlah negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga melaksanakannya. Tetapi mereka menyebutnya dengan nama ‘Hungry Ghost Festival’. Bahkan mereka menjadikan upacara ini sebagai wisata ritual religi.
‘Chit Gwee Phua’ dipercaya para penganut Kong Hu Cu, Buddha Mahayana, dan Taoisme pada tanggal tersebut pintu neraka akan dibuka. Sehingga para arwah leluhur akan kembali ke bumi dan mengunjungi rumah mereka masing-masing untuk menemui keluarganya.
Pada saat inilah para keluarga memanjatkan doa dan memberikan aneka makanan persembahan dan fasilitas rumah, mobil, perlengkapan elektronik, dan sebagainya untuk menyambut para leluhur. Dengan tujuan agar umat terhindar dari malapetaka dan perlakukan negatif lainnya.
Para sanak-famili yang telah ditinggalkan para leluhur melaksanakan sejumlah rangkaian sembahyang, baik di dalam vihara maupun di luar yang telah dipersiapkan oleh panitia. Dilanjutkan dengan menebar potongan warna-warni kertas doa sambil memanjatkan doa ke areal lokasi pembakaran. Di areal ini juga telah dipersiapkan sejumlah replika rumah dan perlengkapan lainnya.
Upacara ini diakhiri dengan membawa rupa dewa keluar vihara sekaligus melakukan sembahyang hingga pembakaran sacara massal persembahan kertas doa, replika rumah kertas, dan lain sebagainya. Dengan harapan, rumah, peralatan elektronik, mobil, uang, dan sebagainya yang telah dibakar menjadi perlengkapan hidup para leluhur di alamnya sana. (ferdy)