Tujuh Kejadian “Kiamat” pada Zaman Prasejarah

BUMI sebenarnya bukan me­rupakan planet yang aman atau tenang seperti yang kita banyangkan saat ini karena Bumi sudah mengalami ber­bagai keja­dian yang sangat me­ngerikan di masa lalu.

Para Ilmuwan sudah banyak mempelajari secara rinci yang cukup untuk dipelajari dan menjadi infor­masi bagi kita. Sedikit banyak kita tahu soal kiamat yang melenyapkan dino­saurus.

Namun masih banyak berba­gai bencana yang dapat dikate­gorkan sebagai bencana ‘kiamat’ yang mungkin akan melenyapkan manusia jika kita sudah ada pada saat itu. Berikut kejadaian-kejadian yang permah terjadi pada Bumi di masa lampau:

1. Dampak Shiva, aste­roid pe­musnah dinosaurus

Sekitar 66 juta tahun yang lalu, bumi pernah mengalami ‘kiamat,’ dimana asteroid besar meng­hantam dan melenyapkan seluruh spesies dinosaurus.

Pasca asteroid besar tersebut meng­hantam Bumi, sinar mata­hari terha­lang masuk ke bumi karena tetesan sulfur yang berasal dari asteroid ter­sebut seakan membuat benteng di atmosfer bumi.

Suhu bumi secara global turun hingga kehidupan dasar laut pun seluruhnya mati. Keadaan ini terjadi selama sekitar tiga tahun, dimana temperatur global di bumi lebih 26 derajat celcius hingga berada di bawah titik beku.

Keadaan bumi menjadi lebih buruk karena tidak ada cahaya matahari. Hal ini membuat bumi diselimuti es. bahkan di daerah tropis, temperatur menurun dari rata-rata 27 derajat celcius men­jadi hanya 5 derajat celcius.

Pendinginan dalam jangka waktu panjang ini disebabkan oleh aerosol sulfat. Hal inilah yang membuat dinosaurus punah, ekosistem mati dan Bumi seakan-akan kiamat.

Untuk aerosol sulfat ini hilang dari atmosfer bumi, dan membuat satu persatu flora tumbuh secara perlahan dan membentuk ekosis­tem baru, Bumi membutuhkan waktu selama 30 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, iklim bumi telah kembali normal.

2. Dampak Theia

“Hipotesis Theia” menye­butkan, dahulu ada sebuah planet seukuran Mars yang disebut planet Theia mengorbit di tata surya Bima sakti. Planet ini kemudian disebut Titan pada zaman Yunani kuno yang mela­hirkan Dewi bulan, Selene.

Hipotesis ini menceritakan tentang terbentuknya Bulan sekitar 4.5 milyar tahun lalu. Dalam dua studi yang saya menemukan teori bulan yang menya­takan bahwa Bulan memi­liki kompo­sisi yang mirip dengan Bumi, begitu juga hipotesis Paradox Lunar yang menjelaskan tentang akibat dan perhitungan kecepatan tabrakan antara planet Theia dan Bumi.

Planet Theia terbentuk di sekitar orbit yang sama dengan Bumi, tetapi sekitar 60 derajat ke depan atau belakang.

Ketika protoplanet berkem­bang menjadi seukuran Mars, ukurannya justru membuat planet Theia terlalu berat agar mengorbit dan tetap stabil. Akibatnya jarak sudut Bumi semakin bervariasi hingga akhir­nya menabrak Bumi.

Tabrakan ini diperkirakan terjadi sekitar 4.533 miliar tahun yang lalu ketika planet Theia menghantam Bumi pada sudut miring dan meng­hancurkan planet Theia selama proses tabrakan.

Mantel planet Theia dan sebagian besar mantel silikat Bumi terdorong ke ruang angkasa, bagian kiri atas bahan planet Theia tercampur dengan bahan-bahan dari Bumi dan akhirnya membentuk Bulan.

3. “The Grat Dying”

Dikenal di dunia sains Barat dengan nama “The Grat Dying”, fenomena ini adalah kepunahan massal terbesar dari kehidupan di bumi. Hal ini terjadi jutaan tahun sebelum adanya dino­saurus.

Hampir seperempat miliar tahun yang lalu, tepatnya pada akhir era Permian, 90 persen kehidupan di Bumi musnah karena bencana ini.

Hanya 4 persen saja dari kehidupan yang bertahan, dan itupun merupakan dari ekosistem laut. Hal ini diyakini terjadi karena ‘banjir erupsi basal’ dari letusan supervulkanik di area siberia.

Yang mengerikan, letusan ini tidak terjadi dari gunung, me­lainkan dari bukaan besar di Bumi, hasilnyaletusan ini menyebar di area yang sangat luas.

Hal ini diyakini terjadi saat daratan bumi terdiri dari satu benua, atau Pangaea. Letusan tersebut mencakup area seluas tiga juta kilometer kubik, dan fenomena ini berlangsung selama jutaan tahun. Sehingga pada era ini, bumi diselimuti angka karbon dan sulfur dioksida yang sangat tinggi.

4. Banjir Laut Hitam (Banjir Nabi Nuh)

Cerita Nabi Nuh dan banjir besar merupakan kisah paling terkenal yang bersumber dari kitab suci, baik agama Yahudi, Nasrani, juga Islam. Tapi kemu­dian, ahli arkeologi bawah air mengungkap bahwa mereka berhasil membuktikan kisah Nuh dan banjir besar itu.

Robert Ballard, ahli arkeologi bawah air yang sudah dikenal dunia, mengaku timnya telah menelusuri ke­dalaman Laut Hitam di sekitar Turki. Ini di­lakukan untuk mencari bekas per­adaban yang tersimpan di dasar laut, yang terpendam sejak masa Nabi Nuh.

Selama ini Ballard memiliki rekam jejak untuk berhasil me­nemukan hal-hal yang dianggap mustahil. Pada 1985, dengan menggunakan robot yang dileng­kapi pengendali jarak jauh, Ballard dan timnya menelusuri sisa reruntuhan Titanic.

Kini Ballard menggunakan teknol­ogi robotik yang lebih canggih untuk mencari jejak Nabi Nuh. Menurut dia, dunia pada 12.000 tahun lalu terse­limuti es. Namun, dia tetap berusaha mencari jejak Nabi Nuh.

5. Banjir Giblartar

Banjir Giblartar bisa jadi meru­pakan ‘kiamat’ yang bisa disebut ber­skala kecil, namun benar-benar me­ngubah ekosis­tem. Di sekitar lima juta tahun yang lalu, terjadi kenaikan air laut di selat Giblartar. Dulu Laut Mediterania tidak pernah ada, dan Eropa dan Afrika tergabung menjadi satu. Namun pada zaman es, permu­kaan laut menjadi naik.

Selat Giblartar yang pada mulanya memblokade adanya air laut hingga laut Mediterania kering , akhirnya terisi kembali secara masif.

Sekitar 90 persen cekungan terisi dalam periode dua tahun, dengan ke­cepatan isi 10 meter ketinggian per­harinya. Sehingga pulau yang ada ini disebabkan oleh banjir air asin terbesar di dunia.

Semua flora dan fauna non laut di area tersebut musnah, terganti dengan munculya area laut baru yang memisahkan Afrika dan Eropa.

6. Youger Dryas dan Danau Agassiz

Pada 13.000 tahun yang lalu terdapat banyak ragam fauna di Amerika Utara, diantaranya adalah Mastodon, Kucing dengan gigi tajam, kungkang raksasa, serta masih banyak lagi.

Namun keseluruhannya me­nga­lami kepunahan karena se­buah feno­mena di masa geologi bernama Yo­ung­er Dyas.

Hal ini terjadi menjelang zaman es terakhir, ketika sedang mengalami pemasaran dan gles­ter surut. pada kondisi seperti ini, okosistem makhluk hidup mem­baik, namun secara tiba-tiba oemanasan Bumi berhenti dan memunahkan banyak spesies.

Ternyata hal ini terjadi karena sebuah danau yang diketahui bernama Danau Agassiz dimana bendungan es nya roboh. Ben­dungan ini sangat besar, luasnya hampir satu juta heltar,air dingin yang mengisi danau tersebut akhirnya meleleh ke arus laut yang hangat dan mengguncang temperatur bumi karena laut tidak lagi hangat.

7. Ledakan Sinar Gam­ma

Antariksa memang sangat terlihat damai jika kita lihat berbagai gam­baran. Namun demikian tidak berarti itu bukan tempat yang aman, justru itu merupakan tempat yang sangat mengerikan.

Seperti ledakan gamma yang merupakan ledakan paling kuat di alam semesta. Hal ini pun pernah terjadi sekitar 200 juta tahun yang lalu sebelum dino­saurus pertama ada di Bumi pada Periode Ordovician.

Berdasarkan studi oleh para ilmuwan NASA dan Brian Tho­mas, ilmuwan calon PhD dari University of Kansas, ledakan sinar gamma ini berke­kuatan yang melebihi dari nalar manusia. Bayangkan saja 10 detik ledakan dari jarak 6.000 tahun cahaya dari bumi, akan menghancurkan setengah ozon yang ada di bumi. Hal ini saja sudah cukup untuk membuat semua makhluk hidup punah karena radiasi matahari. (wnc/listvs/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi