HUJAN BULAN SEPTEMBER (1)
Irwan Effendi
Hujan kembali turun pada September yang basah
selalu kau datang sambil membawa resah
mencoba kembali mengetuk-ngetuk kerinduan
telah memutih waktu juga ingatan
setelah kau pilih jalan paling angkuh
jalan yang telah menumbuhkan luka di sekujur tubuh
mungkin kita sepasang kekasih yang tak pernah
ditakdirkan untuk selamanya bersatu
menikmati indahnya mahligai cinta
di bawah langit biru
maka telah kututup semua pintu
dan mengubur semua cerita tentangmu
mencoba membuka lembaran baru
sebelum waktu merangkak jauh.
Medan, September 2017
HUJAN DI BULAN SEPTEMBER (2)
Irwan Effendi
Hujan masih turun mengoyak ingatan
menusuk dinding ketegaran
menertawai kebodohan
telah tertutup lembaran
meski September datang
mengingatkan tentang jalan setapak
yang dibanjiri perih
setelah kau pergi mengingkari janji
rindumu pada kekasih
seperti mawar yang mengelopakkan duri
hujan makin dingin menggigilkan hati
mengoyak semua mimpi.
Medan, September 2017
HUJAN DI BULAN SEPTEMBER (3)
Irwan Effendi
Hujan di bulan September kini hanya bisa meninggalkan jejak-jejak kerinduan bayangmu telah terkubur jauh di ujung ingatan tak ingin aku hanyut dalam sepenggal kenangan
biarlah semuanya mengalir seperti air
yang menggenangi jalanan
selalu ada yang datang dan pergi menggoreskan kisah
meski pada jalan yang berbeda.
Medan, September 2017
DI ATAS DERITA
Irwan Effendi
Nasi yang kau kunyah tak lagi terasa
hanya penyumbat lapar semata
sebab mimpi telah menjelma
jadi butiran air mata
tak ada lagi jalan yang tersisa
hari-hari hanya mampu bercerita
tentang hampa dan kepahitan yang ada
lalu akan kemana lagi kau melangkah.
Medan, September 2017
LANGIT WARNA WARNI
Julius Anju
Bulan tak lagi putih
mentari juga tak kuning
langit warna warni menyejuk batin
menghiasi kebun sukma yang tak menahu bumi dan surgawi
oh, sang pujaan hati
kenapa kau meninggalkanku sendiri?
kenapa kau malah melompat kearah sang musuh Illahi?
kenapa alam dan bumi tak merestui?
biarlah langit yang menemani daku
merangkai awan demi awan membentuk dirimu sedemikian rupa penuh akan warna.
WAFATMU
Julius Anju
Wafatmu menjadi puncak kemenangan bagi semua orang yang menguliti nyawamu seiris demi seiris dari kota hingga bukit tengkorak tanpa menahu apa yang mereka perbuat.
wafatmu juga menjadi pondasi lembar-lembar cerita yang sampai kini masih berlanjut menungguMu mengakhiri derita.
MASIHKAH KAU INGAT?
Julius Anju
Masihkah kau ingat?
cerita yang dulu kita sepakati di bawah trembesi disaksikan berjuta bintang di angkasa aku saat ini sedang disini berbincang dengan mereka penuh tawa dan air mata.
masihkah kau ingat?
hari dimana kita memadu kasih tanpa bisa merona karena rembulan mengintip dibalik awan kelam.
aku saat ini sedang memanggilnya keluar untuk menemaniku di malam yang dulu selalu kita jelajahi.
RUANG RINDU
Mirna Alfiani
Ruang ini sengaja kubuat
sebab rindumu kerap melebat
agar rasa yang kita rawat
tetap menjadi hangat
karna kutahu rindu yang terlalu dingin
tidak sedap disantap.
Alumni FKIP UMSU
Senja Kemarin di Jakarta
Mirna Alfiani
Tentang senja kemarin di Jakarta
ada yang tak sempat tergambarkan
oleh kata ketika kita berdua
berharap waktu membawa
beneranian kala itu untuk mengucap masa depan bersamamu
yang telah lama aku sulam hingga menjadi tempat rindu mendarat tandas nantinya.
Alumni FKIP UMSU
PENJUAL KORAN /1/
Mirna Alfiani
Mendung pagi ini membungkus
gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi
di emperan toko, si penjual koran
berharap mendapat sedikit rupiah
demi kepuasan perut dan dahaga.
Alumni FKIP UMSU
PENJUAL KORAN /2/
Mirna Alfiani
Lalu gerimis jatuh
membasahi bumi dan harapan si penjual koran
kemudian tersadar jika rezki tidak hanya menjual Koran
asalkan berusaha dan ingat berdoa.
AlumniFKIP UMSU
BIARKAN HUJAN JATUH #1
Annisa Tri Sari
Biarkan hujan jatuh
di atas rambutmu yang mulai pudar
di tengah gelap yang mulai pendar
dalam hening yang meniadakan debar jalan sudah lama sekali kau berdiam
menentukan arah melaju dalam delapan mata yang selalu kau takar ujungnya satu-satu,
ragumu membatu
Sketsa KONTAN, September 2017
BIARKAN HUJAN JATUH #2
Annisa Tri Sari
Biarkan hujan jatuh
memadamkan gelisah yang bersarang
membatalkan keinginan untuk pulang
menghapus jejakmu agar tak kembali ke belakang
mengembuni kepalamu yang lelah dibakar siang
Sketsa KONTAN, September 2017
BIARKAN HUJAN JATUH #3
Annisa Tri Sari
Biarkan hujan jatuh
biarkan hujan menari
mencari alas di tubuhmu
hingga kering benar-benar hilang
dan kulit-kulitmu yang terkelupas
segera reda, menyatu tanpa dibalut kapas
Sketsa KONTAN, September 2017
BIARKAN HUJAN JATUH #4
Annisa Tri Sari
Biarkan hujan jatuh
biarkan dirimu terbang
mungkinkah?
sebab, jalanan begitu licin
untuk kau berlari
menumpuk mimpi
Sketsa KONTAN, September 2017
SEPATU TUA DI KOTA KOSONG /I/
Deka
Kau menyeret bayangan masa silam
dahulu, kota ini pernah menjadi malam
beberapa kesempatan kau sulam jadi pualam peneduh pada mesiu peperangan-peperangan
itukah kau, prajurit yang sekarang
tinggal di kota kosong
Alumnus UMSU/FOKUS UMSU
SEPATU TUA DI KOTA KOSONG /II/
Deka
Sepatu tua yang kutitipkan
dalam mimpi dan bayangan
kau letakkan di pusat kemarahan
kau lupa, cara mengenang kenangan:
seperti mengunci pintu
dan melupakan cara membukanya
Alumnus UMSU/FOKUS UMSU

SEPATU TUA DI KOTA KOSONG /III/
Deka
Sepatu tua di kota kosong
sepert menyusun kata
lalu meningkat menjadi kalimat rindu
setiap kata kalimat kau susun naik
mulai dari perut, dada, tenggorokan
setiap aku batuk oleh mesiu
kalimat itu runtuh
Alumnus UMSU/FOKUS UMSU
SEPATU TUA DI KOTA KOSONG /IV/
Deka
Sepatu tua di kota kosong
sepatu prajurit atau siapa
ia tetap berdiri kokoh
di antara ledakan dan tembakan
mencari-cari siapa tuan
pemilik sah peperangan itu
barangkali rindu yang menikam
setiap malam di kota kosong
Alumnus UMSU/FOKUS UMSU
KENANGAN YANG TAK TERKENANG
Nia Audina
Soal rasa keriduanku kepadamu
seperti iblis yang menyebarkan dosa kepada anak cucu Adam
bergejolak hati ini ketika mengingatmu
mendengar panggilanmu
Tuhaannnnn
pernah kita bercerita tentang kehidupan dunia
tentang pilihan malaikat duniaku
pernah kita berdialog
kini memori itu hilang
aku lahir dengan tangisanku
namun ingin kembali dengan senyumanku malaikat duniaku yang mengajarkan semua itu
namun semua kembali kepadaku
kesepakatan yang tercatat dibuku kematianku
ADAKAH MENGUSIKMU #1
Ceria Kristi Br Tarigan
Adakah mengusikmu malam itu?
entah mengapa selalu ada tanya
dibalik senja mengakhiri pertemuan kita.
barang kali aku hanya sepintas saat engkau
memanggil. Hendak ke mana aku berlabuh.
kuhanya melebur hati kepadaMu.
07 September 2017
ADAKAH MENGUSIKMU #2
Ceria Kristi Br Tarigan
Ingatkah saat terakhir dirimu
memanggilku. dan saat aku menembus titik hujan
mengguyur kotaku. tak juga lupa kuhitung sehelai daun
berjatuh saat musim gugur. adakah mengusikmu
tanpa ragu? sedang ku menunggu
menikmati ramuan hidup
dibawah pohon rindang itu.
08 September 2017
SAJAK-SAJAK DOA #1
Ceria Kristi Br Tarigan
Nak, hendak kemana engkau berlayar
tak usah gusar akan anganmu berujung
pergi. langkahmu tentu menyusuri
hatimu sebab mimpi adalah pertanda
dimana hatimu berada.
09 September 2017
SAJAK-SAJAK DOA #2
Ceria Kristi Br Tarigan
Nak, pulanglah sebab awalnya
pulangmu tak ragu atas anganmu.
meskiku tahu hendak ingin pergi menyusuri
asa menggelut relung hati namun cahaya tetap
berbinar. doaku akan menelurkan
tujuanmu untuk berkabung.
09 September 2017
BERDAMAI
Lathifah Elfitri
Seperti halnya aku,
yang menunggu di puncak rindu
jangan berpaling, nanti berbalik perih
jangan menghindar, nanti menguak sedih
berjalanlah ke tengah
langkahmu, langkah kita
agar tiada nestapa,
mari berpelukan.
PHPS, September 2017

A L P A
Lathifah Elfitri
Kabarmu bisa menguatkan segala yang mulai rapuh
senyummu mampu menyinari yang telah usang bak tersentuh sesiapa yang dikagumi bukan, bukan tak merasa. hanya mengawang iri,
dapat hadir manakala kalbu terpanggil.
deru ombak, bunga bangkai, awan gelap, serta anak kecil berlarian membawa gelas
PHPS, September 2017
P I S A H
Lathifah Elfitri
Lampu taman mulai redup, saklarnya terlepas dari rumah
bisa jadi, tak mengapa, jangan diambil pusing dia juga tak peduli
bagaimana ruh tak bertatap namun relung menjawab
berteriak sama saja,
sudah tak sejalan alamat yang kau haturkan.
PHPS, September 2017
MENJEMPUT
Lathifah Elfitri
Jangan menunggu, takkan mau begitu
hati-hati di jalan
sedikit lembab dan dingin, habis dimakan waktu
ingin dipandu bukan dimadu,
tapi siapa sangka
sangkarnya terlalu abu-abu untuk menjadi hitam atau putih
bersiaplah, bangun
ia segera menjemput di ambang waktu
PHPS, September 2017