Oleh: Bhikkhu Thitavamso Thera
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
PELIMPAHAN jasa bagi sebagian umat Buddha mungkin masih membingungkan. Apakah benar jasa atau kebajikan yang kita perbuat dapat dilimpahkan/disalurkan kepada leluhur atau makhluk lain?. Buddha mengajarkan kepada Sigala Muda tentang sejumlah kewajiban, diantaranya bakti. Seorang anak harus menunjang dan membantu orang tua, memelihara kehormatan dan tradisi keluarga, menjaga warisan, mendedikasikan jasa kebajikan orangtua yang telah meninggal (D.III, 189)
Brahmana Janussoni bertanya mengenai manfaat persembahan bagi mereka yang telah meninggal, apa mereka menikmatinya? jawab Buddha, ada yang menikmatinya, ada yang tidak. Mereka yang terlahir di alam-alam surga, neraka, binatang, tidak mendapat manfaatnya. Hanya di antara hantu “peta”. ada yang membutuhkan persembahan dari keturunannya, Persembahan bagi orang yang sudah meninggal tidak akan sia-sia, karena hantu lain dapat ikut menikmati (A. V. 268-270). Ada 4 jenis hantu, yaitu Paradattupajivika-peta memakan makanan yang disuguhkan orang dalam upacara sembahyang, Khupapipasika-peta selalu kelaparan dan kehausan, Nijjhamatanhika-peta selalu kepanasan, dan Kalakancika-peta sejenis Asura.
Penjelasan Buddha di Tirokudda-sutta mengungkapkan bahwa di luar dinding, dipersimpangan jalan, di muka pintu, mereka pulang ke rumah. Di alam peta tidak ada pertanian, peternakan, perdagangan, pertukaran uang. Mereka mengharapkan persembahan makanan dan minuman, dan berdoa agar keturunannya panjang usia. seseorang yang memberi persembahan, mengingat kembali apa yang pernah mereka lakukan. “Semoga jasa-jasa ini melimpah kepada sanak keluarga yang telah meninggal. semoga sanak keluarga berbahagia,” Bila persembahan diberikan kepada Sanggha, manfaat yang diperoleh jauh lebih besar (Khp. 7).
Dengan penjelasan ini kita tau dari semenjak zaman Buddha sudah banyak yang disarankan bahwa pelimpahan jasa itu sangat berguna, sangat bermanfaat bagi para leluhur yang sangat membutuhkan pertolongan dari sanak sodaranya, karena setiap manusia memiliki leluhur yang tak terhinga sehingga kita sendiri tidak mampu mengingatnya, oleh karena itu maka pelimpahan jasa sangat diharapkan mereka yang terlahir dialam yang membutuhkannya, tentu “pattidana” pelimpahan jasa dapat dilakukan kapan saja ketika kita berbuat kebajikan disitulah kesempatan kita untuk pelimpahan jasa, karena semakin sering kita melakukannya maka semakin besar kemungkinannya untuk dapat menolong mereka yang telah menderita. ”bagaikan sungai-sungai jika penuh dapat menampung air yang mengalir untuk mengisi lautan, demikian pula pemberian yang diberikan disini dapat menolong leluhur, sanak keluarga yang telah meninggal. Adasi me, akasi me natimitta sakha ca me, petanam dakkhinam dajja, pubbe kata manussaram”. Tirokudda-sutta.
Lalu apakah pelimpahan jasa yang dilakukan akan mengurangi jasa yang dimilikinya?. Tentu ini tidak akan mengurangi jasa yang telah dimilikinya karena pelimpahan jasa ibarat seseorang yang memberi sebuah kabar baik kepada sanak sodaranya, yang mendapat kabar tentang kebaikan maka ia akan turut berbahagia, namun yang memberi sebuah kabar tidak akan kehilangan apapun tetapi justru mendapatkan sesuatu yang baik karena telah membahagiakan makhluk lain, oleh karena itu marilah kita sesering mungkin berbuat kebajikan demi kebahagiaan bersama.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia.
Sadhu Sadhu Sadhu