Belajar Mengendalikan Hati

Oleh: Jekson Pardomuan

Firman TUHAN kepada Kain : “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?”-(Kejadian 4 : 6)

Dalam keseharian kita menjalani hidup dimuka bumi ini, seringkali kita tidak bisa mengendalikan hati dan pikiran kita saat ada persoalan yang datang silih berganti. Kadang-kadang persoalan kecil saja telah membuat kita lupa bahwa hati dan pikiran kita terlalu mudah terseret arus amarah yang tidak jelas.

Firman Tuhan dalam Matius 5 : 25 menuliskan “Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau ber­sama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada ha­kim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pem­bantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara”.

Akibat dari mudahnya kita terseret arus perasaan, banyak orang saat ini yang akhirnya masuk ke dalam perangkap yang kita buat sendiri. Contoh paling mudah adalah, saat ada seseorang menuliskan status yang intinya ingin membakar amarah orang-orang yang mem­­bacanya. Lantas, karena merasa status itu mele­ceh­kan, kita langsung berkomentar macam-macam dan tidak bisa mengendalikan hati dan perasaan kita. Tanpa sadar, kita telah membuka peluang untuk melanggar undang-undang yang telah digariskan.

Karena kita tidak bisa mengendalikan hati dan pi­kiran, kita berkomentar yang sangat radikal dan merasa bahwa komentar itu benar. Seminggu atau dua minggu kemudian, karena komentar tadi kita ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Hanya karena komentar tadi, kita jadi masuk ke dalam perangkap yang kita buat sendiri. Kita terlalu mudah terpancing dan tidak bisa mengendalikan hati.

Dalam waktu yang tidak lama lagi, kita akan kem­bali menyaksikan panggung sandiwara politik yang sangat menyayat hati ketika memandangnya dengan cara pandang duniawi. Ada banyak orang yang merasa dirinya seperti tuhan, seperti dewa penyelamat dan bisa membawa bumi ini ke arah sebuah perubahan. Ada sekelompok orang yang merasa paling tahu aturan dan menganggap orang lain salah dalam banyak hal dan hanya dirinya yang benar.

Ada sekelompok orang yang memaksakan kehendak untuk mengatur pemerintah dengan berbagai cara. Ada yang melakukan aksi demo menjurus ke demo anarkis dan menyebabkan orang lain terluka. Dimana nurani kita ? Dimana hati dan perasaan kita saat ini ? Apakah kita sudah menjadi bebal dan merasa paling tahu dari Tuhan Sang Pencipta manusia dan alam semesta ?

Sampai hari ini, masih ada segelintir orang yang sulit sekali memberikan hatinya untuk berdamai. Rasa-rasanya untuk mencari kata DAMAI saat ini sangat sulit. Berdamai dengan diri sendiri saja sudah sangat sulit dilakukan oleh manusia, apalagi berdamai denga orang lain ? Banyak manusia dan kelompok tertentu, saat ini sedang mencari nilai-nilai tentang Tuhan sebagai pegangan mereka. Dunia di sekitar kita selalu berubah-ubah, tapi Tuhan tidak pernah berubah. Dia tetap dan dapat dipercaya.

Akhir-akhir ini banyak orang yang tidak bisa mengendalikan hati dan pikirannya, merasa bahwa dirinyalah yang paling pas memimpin negeri ini. Diri­nyalah yang paling hebat dan tepat untuk menjalankan roda pemerintahan di daerahnya. Padahal, sudah ba­nyak contoh di depan mata kita, orang-orang yang sangat ‘bernafsu’ menjadi pemimpin sangat mudah dijebak dan terseret ke dalam kejahatan yang dibuatnya sendiri, yaitu KORUPSI.

Dia berkata, "Adakah Allah selain dari pada-Ku? Tidak ada Gunung Batu yang lain, tidak ada Kukenal! Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah." Tuhan selalu ada. Dia dapat diharapkan. Dia "tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." Dan Tuhan mampu membuat diri-Nya dikenal, memberikan kita suatu kedamaian hati, dan menjaga hati kita dengan aman dan tenang.

Alkitab menuliskan, ”Semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah.” (Roma 3 : 23). Tak perlu heran kalau hari-hari belakangan ini, berbagai konflik antar pribadi dan golongan bisa terjadi, mengingat lebih dari tujuh miliar orang di bumi tidak sempurna. Bagaimana kita bisa berdamai di ba­wah keadaan seperti itu? Alkitab juga memberikan na­sihat yang bagus. Allah menginginkan anak-anak-Nya di bumi menikmati hubungan yang penuh damai. Dan, Ia memberi teladan dalam hal ini.

Ketika pasangan manusia pertama menghancurkan hubungan yang penuh damai dengan berdosa terhadap Allah, Ia segera mengambil langkah-langkah agar Ia dan manusia ciptaan-Nya bisa rukun kembali. Tak perlu di­sangkal kalau saat ini ada banyak orang yang me­nunggu sampai waktu benar-benar sangat kejam terha­dap kehidupannya, barulah mereka kembali kepada Tuhan dan meminta perlindungan kepada-Nya. Namun demikian, ada juga orang-orang yang tetap setia datang kepada Tuhan saat segalanya terlihat baik-baik saja.

Masalah berdamai dengan hati memang tidak mu­dah kita lakoni, terkadang hati kita bisa kita kendalikan akan tetapi saat orang-orang yang ada di sekitar mem­buat amarah kita semakin memuncak, mungkin kesabaran kita tadi bisa jadi buyar dan amarah kita meledak dan tidak terkendalikan.

Dalam kehidupan nyata, apakah orang lain harus tahu ketika kita sedang dalam tertimpa masalah atau musibah ? Ada kalanya orang lain tahu keadaan kita ka­rena mereka memang benar-benar sangat dekat de­ngan keberadaan kita dan selalu berada di dekat kita ketika kita membutuhkan pertolongannya.

Kita tidak menginginkan kegagalan atau masalah untuk merasakan lubang persembunyian yang itu-itu juga setiap tahunnya. Lebih sering ketika kita kurang damai mengakibatkan ketidakhadiran Tuhan dalam hidup kita. Kadang-kadang berdamai dengan hati kita sendiri sulit kita lakukan.

Ketika kata hati kita mengatakan bahwa perbuatan korupsi itu tidak dikehendaki oleh Tuhan, ada perasaan bersalah dalam diri kita kalau kita melanggarnya. Tapi suara hati kita yang lain tetap menggoda dan men­do­rong kita untuk melakukan tindakan tidak terpuji itu demi untuk memuaskan nafsu dunia, memaksakan ke­hen­dak iblis yang mengorbankan hati kita yang sesungguhnya jujur dan lebih percaya dengan perintah Tuhan.

Saat Tuhan bersama dengan kita, kita dapat beristirahat dengan tenang. Saat kita mengenal-Nya dan mendengar perkataan-Nya melalui Alkitab, Dia memberikan kedamaian dalam hidup kita, karena kita me­ngenal-Nya secara lebih dekat. Kita mampu memandang hidup dari sudut pandang-Nya, menyadari akan kesetiaan-Nya dan kemampuan-Nya untuk menjaga kita dan menjaga hati kita.

Kita boleh merancang sebuah cita-cita, keinginan, rencana tahunan rencana indah lainnya. Akan tetapi, untuk mewujudkannya kita tidak bisa memaksakan kehendak. Tuhan punya peran sangat kuat dalam menggiring kita untuk mewujudkan cita-cita itu. Kuncinya adalah : Berdamai dengan hati.

Keberadaan kita sangat jauh berbeda dengan Sang Pen­cipta. Dimana, Tuhan tahu apa yang akan terjadi be­sok, minggu depan, tahun depan, bahkan dekade beri­kutnya. Dia berkata, "Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana."

Dia tahu apa yang akan terjadi dalam hidupmu dan kapan itu akan terjadi, jika saudara memilih untuk melibatkan-Nya dalam hidupmu. Dia berkata bahwa Dia dapat menjadi "tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi