Ilmuwan Meneliti Kehebatan Navigasi Merpati

KALANGAN ilmuwan telah lama menyelidiki kemampuan navigasi burung merpati yang menakjubkan. Burung yang satu ini memang sangat cerdas. Kemampuan mereka dalam me­nemukan arah jalan membuat ma­nusia memanfaatkannya sebagai bu­rung pembawa pesan selama ribuan tahun. Tapi bagai­mana mereka bisa bernavigasi dengan baik?

“Ini pertanyaan sederhana, tapi ternyata tidak mudah menjawabnya,” kata Charles Walcott dari Cornell University di Ithaca, New York. Walcott adalah se­orang ahli biologi yang telah mempelajari navigasi merpati sejak tahun 1960-an.

Manusia dulu berpikir bahwa mer­pati mengandalkan posisi matahari un­tuk membimbing mereka. Tapi kemu­dian William Keeton, ahli biologi lain dari Cornell, memulai percobaannya. Ia membawa merpati lokal ke suatu tem­pat yang berjarak 100 mil (160 ki­lometer) dari kampusnya dan mem­biarkan mereka terbang.

Dengan teropong ia memantau arah merpati itu terbang. Meski langit bera­wan dan matahari tersembunyi, merpati itu tetap bisa terbang ke arah yang be­nar. Keeton menyadari bahwa mer­pati pasti menggunakan sesuatu selain matahari untuk menuntun arah ter­bangnya.

Keeton menduga bahwa pada saat langit mendung, merpati menentukan arah terbang­nya menggunakan medan geomagnetik bumi, yakni gaya magnet tak terlihat yang mengelilingi bumi. Besi dan nikel cair berputar dalam inti luar bumi dan menghasilkan medan ini.

Untuk menguji dugaannya, Keeton memasang magnet kecil di kepala merpati untuk meng­ubah medan magnet di sekitar­nya. Hasilnya sama seperti yang ia harapkan, merpati sering kebi­ngungan dan banyak dari mereka yang tersesat.

Bidang geomagnetik tidak selalu sama di setiap belahan bumi. Kekua­tannya berubah sesuai lintang atau jarak dari kutub bumi. Tarikan magnet ter­kuat ada di kutub utara dan selatan, se­dang­kan yang terlemah ada di kha­tulistiwa.  Arah tarikan juga bervariasi. Pada khatulistiwa, medan magnet sejajar dengan permukaan bumi, tapi di kutub medan magnet menunjuk atas dan ke bawah.

Merpati mungkin bisa mendeteksi per­bedaan-perbedaan ini dan meng­gu­nakannya untuk memetakan lingku­ngan mereka, kata Walcott.

Terbang

“Merpati yang terbang di sekitar kan­dangnya akan mengerti bahwa me­dan magnet bumi berubah saat mereka bergerak,” jelas beliau. “Ketika mereka dibawa ke suatu tempat yang belum pernah mereka da­tangi sebelumnya, me­reka mungkin berkata, ‘Inilah rasa­nya bila kami ber­gerak ke uta­ra, jadi ka­mi harus terbang ke selatan untuk pulang.’”

Walcott berpikir merpati menggu­na­kan magnet bersama dengan penun­juk lain, seperti pemandangan, suara, dan bau untuk membantu mereka me­ne­mukan jalan.

Manusia membutuhkan instrumen seperti kompas untuk mendeteksi medan magnetik bumi, karena manusia tidak da­pat melihat atau merasakannya. Jadi bagaimana merpati merasakan medan magnet bumi? Menjawab per­tanyaan ini tentu tidak mudah.

Selama bertahun-tahun, para pe­neliti berpikir bahwa partikel magnetik kecil di paruh merpati­lah yang men­deteksi magnet. Namun pada tahun 2011, eksperimen menunjukkan bahwa partikel-partikel ini sebenarnya bagian dari sistem kekebalan merpati untuk melawan penyakit dan tidak memiliki peran apapun dalam navigasi.

Kunci kemampuan navigasi merpati yang luar biasa ini sebenarnya terletak di otak mereka. David Dickman, se­orang ilmuwan otak dari Baylor College of Medicine di Houston, Texas, men­jelaskan hal ini. David me­nem­patkan subjek tes, merpati, di dalam cin­cin magnet raksasa.

Ia memantau otak mereka meng­gunakan elektroda atau kawat logam yang bisa mendeteksi arus listrik. Ke­tika cincin magnet berputar, sel-sel di das­ar otak burung mendenyutkan listrik.

“Tergantung pada arah me­dan magnet, sel yang berbeda akan meres­pon­nya,” kata Dickman. Di alam liar, ia ber­pikir sel-sel ini bertindak seperti kom­pas untuk memberitahu merpati arah yang harus mereka tuju. Sel-sel ini hanyalah salah satu bagian dari sis­tem kompleks yang memberikan ke­mam­puan navigasi luar bia­sa pada merpati.

Merpati tidak sendirian dalam menggunakan medan magnetik bumi untuk bepergian. Beberapa burung, ikan, penyu, dan hewan lainnya diya­kini juga menggunakan magnet untuk memandu mereka bermigrasi. Mem­pelajari bagaimana merpati merasakan magnet akan membantu para ilmuwan memahami fenomena ini, kata Dick­man. (wpd/kpc/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi