3 Tipe Gizi Buruk

Oleh: Yulia Ng.

GIZI buruk atau malnu­trisi atau kurang energi protein (KEP) merupakan ku­rang gizi yang disebabkan oleh rendahnya asupan ener­­gi dan protein dalam ma­­­kanan sehari-hari s­e­hing­ga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) atau dengan ung­kapan lain status gizinya ber­ada di bawah standar rata-rata. Gizi buruk paling sering ditemukan di negara-negara sedang ber­kem­bang. Hal ini dapat di­pahami karena gizi buruk sering berhubungan dengan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang serta status eko­nomi yang rendah.

Berdasarkan Riset Kese­hatan Dasar tahun 2013 ter­lihat prevalensi gizi bu­ruk di Indonesia meningkat dari ta­hun 2007 (5,4%) ke tahun 2013 (5,7%). Dari segi go­longan umur, pen­de­rita gi­zi buruk paling banyak dite­mu­­kan pada usia 12-23 bulan yaitu sebesar 50%.

Hal ini disebabkan pada usia ini baru memasuki ta­hapan baru dalam proses tum­buh kem­bangnya, di antara­nya tahapan untuk mulai beralih dari ketergantungan yang besar pada ASI atau su­su formula ke makanan peng­ganti ASI. Sebagian anak mengalami ke­sulitan makan yang berat pada masa ini yang akan menyebabkan kekura­ngan gizi seperti vitamin A,C,E, protein, karbo­hidrat.

Secara garis besar sebab-sebab gizi buruk adalah:

1. Masukan makanan yang kurang

Terjadi akibat masukan k­alori atau karbohidrat, protein yang sedikit, pem­berian makanan yang tidak sesuai de­­ngan yang dianjurkan aki­bat ke­tidak­tahuan orang tua.

2. Infeksi yang berat dan lama, mi­salnya gastroenteritis, bronkop­neu­monia, pielo­nefritis, sifilis kongenital.

3. Kelainan kongenital, mi­salnya penyakit jantung ba­waan, penyakit Hirschs­prung, deformitas palatum, palatoschizis, hidrosefalus.

4. Prematuritas

Pada keadaan pemberian ASI ku­rang akibat reflex meng­hisap yang kurang kuat.

5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.

6. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, in­toleransi laktosa, ga­lak­tose­mia.

7. Tumor hipotalamus

8. Urbanisasi mempe­nga­ruhi ke­biasaan penyapihan dini diikuti pem­be­rian susu manis dan terlalu encer.

Gizi buruk terbagi menja­di 3 tipe yaitu:

1. Kwashiorkor

Merupakan gizi buruk ka­rena keku­rangan protein atau kurangnya asupan makanan yang mengandung protein hewani. Biasanya lebih se­ring terjadi pada golongan masyarakat ekonomi ke ba­wah.

2. Marasmus

Merupakan gizi buruk ka­rena keku­ra­ngan karbohidrat.

3. Marasmus-Kwashior­kor

Merupakan gizi buruk ka­rena keku­rangan protein dan karbohidrat.

Tanda dan gejala klinis anak gizi buruk:

Kwashiorkor:

1. Perubahan warna dan tekstur ram­­but seperti ram­but jagung, mudah di­cabut atau rontok

2. Kelainan kulit berupa bercak me­rah muda yang me­luas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

3. Atrofi/mengecilnya otot

4. Wajah membulat dan sembab

5. Perut buncit, pembeng­kakan pa­da kedua punggung kaki, tangan dan dapat sam­pai seluruh tubuh

6. Gangguan perubahan mental. Pada umumnya pen­derita sering rewel dan ba­nyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apa­tis atau kesa­daran yang me­nurun

7. Pertumbuhan tergang­gu

Marasmus:

1. Penampilan wajah se­per­ti orang tua (old man face)

2. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol

3. Perubahan mental, ce­ngeng

4. Kulit kering, keriput, lemak dibawah kulit sangat sedikit sampai tidak ada se­hingga terlihat seperti me­makai celana kendor (baggy pants)

5. Otot mengecil sehing­ga kontur tulang terlihat je­las (tulang iga gambang “piano sign”)

6. Sering disertai penya­kit infeksi (diare, umumnya kro­nis berulang, TBC)

7. Pertumbuhan tergang­gu

Marasmus-kwashirkor: Terdapat tanda dan gejala kli­nis marasmus dan kwashior­kor secara bersamaan.

Penentuan status gizi anak dapat diukur dengan rumus = BB sekarang/BB ideal (dihitung melalui grafik CDC) x 100%.

Obesitas             : > 120%

Overweight        : 110-120%

Normal               : 90-110%

Underweight      : 70-90%

Gizi buruk          : <70%

Diagnosis gizi buruk dapat dinilai berdasarkan pemerik­saan fisik; anak terlihat sa­ngat kurus, pembengkakan pada kedua punggung kaki, tangan atau dapat hingga seluruh tubuh (edema nutri­sional), berat badan (BB)/tinggi badan (TB) atau pan­jang badan (PB) < -3 standar deviasi (SD) (dinilai melalui tabel antropometri standar WHO), dan lingkar lengan atas (LLA) < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan).

Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita gizi buruk, khusus­nya pada gizi buruk berat. Beberapa penelitian menun­jukkan risiko kematian pada anak gizi buruk berat cu­kup besar, adalah sekitar 55%. Ke­matian ini seringkali ter­jadi karena hipotermia, hi­poglikemia, diare dan dehi­drasi berat serta penyakit in­feksi. Infeksi berat sering ter­jadi karena pada anak gizi buruk sering mengalami gangguan mekanisme perta­hanan tubuh sehingga mudah terinfeksi atau bila terkena infeksi berisiko terjadi kom­plikasi yang lebih berat hing­ga mengancam nyawa.

(Penulis adalah dokter mu­da FK UNPRI)

()

Baca Juga

Rekomendasi