Gempa Lebak Akibatkan 1.231 Rumah Rusak

1 Meninggal, Belasan Luka

Jakarta, (Analisa). Gempa berkekuatan 6,1 skala Richter (SR) di Lebak, Ban­ten, Selasa (23/1) sekitar pukul 13.34 WIB, menga­kibatkan satu orang me­ninggal dunia, beberapa lainnya luka berat dan ringan, serta ribuan rumah dan bangunan rusak berat dan ringan. Korban luka serta rumah dan bang­unan rusak itu tercatat juga di luar Lebak, seperti di Jawa Barat.

“Satu orang meninggal dunia atas nama Nana (40), warga Kam­pung Cikawung, Bayah, karena kaget saat gempa,” kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Mad­lias kepada wartawan, Banten, Selasa (23/1). Dua orang juga dilaporkan mengalami patah tulang.

Sementara, menurut Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, tercatat enam orang luka berat akibat gem­pa dan dua lainnya luka ringan. Mereka adalah pelajar di Kabu­paten Cianjur. Mereka menderita luka akibat tertimpa gempa.

Selain itu, Kementerian Sosial menyebutkan, sebanyak 92 kepala ke­luarga (KK) penduduk Kecamatan Panggarangan, Lebak, meng­ungsi ke rumah tetangga dan keluarga akibat gempa tersebut.

Selain korban meninggal dan luka-luka, menurut BPBD Lebak, menurut data BPBD Lebak sampai kemarin malam pukul 21.00 WIB, sebanyak 1.231 rumah rusak. Rinciannya, 1.125 rusak ringan dan 106 rusak berat. Kerusakan ini terjadi di 16 kecamatan di daerah pesisir selatan Banten.

Selain rumah, Gempa Lebak juga mengakibatkan beberapa seko­lah dan masjid di kabupaten itu mengalami kerusakan berat dan ringan. Gedung-degung sekolah itu tersebar di beberapa kecamatan.

Selain di Lebak, menurut BNPB, di daerah lain beberapa bangunan dan fasilitas umum/sosial juga terdampak Gempa Lebak. Bangunan itu tersebar di Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur.

“Data akan bertambah karena diper­kirakan masih terdapat bang­unan yang rusak,” tambahnya.

Sampai kemarin, Petugas dari Ke­men­sos masih melakukan pen­dataan terhadap dampak gempa di tempat lain lain selain Bogor dan Lebak. Petugas tersebut tergabung dalam tim reaksi cepat penang­anan gempa oleh Pemprov Banten.

Selain itu, Tagana dan Dinas Sosial Banten telah mendistribusi logistik ke beberapa titik di Panggarangan. Ban­tuan logistik difokuskan kepada 92 KK yang rumahnya berat dan mengungsi di rumah tetangga dan keluarga.

Tim dari Direktorat PSKBA juga sedang menuju lokasi untuk me­lakukan pendampingan dan penilaian kebutuhan pengungsian.

Tingkat guncangan

Menurut Sutopo Purwo Nugroho, ketika terjadi gempa, masyarakat di Jakarta, Tangerang Selatan dan Bogor, merasakan guncangan gempa dengan skala IV-V MMI yang tergolong ringan hingga sedang. Akibatnya, mereka berhamburan keluar bangunan dan rumah.

Masyarakat yang berada di perkan­toran, apartemen, hotel dan bang­­unan yang tinggi merasakan guncangan lebih keras sehingga panik dan berhamburan keluar bangunan. Mereka berkumpul di beberapa tempat yang aman.

Karyawan dan pengunjung perkan­toran di Jakarta, kemarin, me­mang terlihat berhamburan keluar kantor setelah merasakan gempa tersebut.

Aktivitas masyarakat di perkantoran, sekolah dan rumah sakit di Cianjur, Jawa Barat, juga terhenti akibat Gempa Lebak tersebut.

Kepanikan terlihat di sejumlah se­kolah. Ratusan siswa SD Islam Kreatif di Jalan Abdulah Bin Nuh, Cianjur, berhamburan keluar dan berkumpul di tengah lapangan sesuai intruksi guru untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

“Gempanya terasa cukup kencang dan lama, sehingga kami me­minta seluruh siswa keluar dari kelas dan ber­kumpul di tengah lapangan. Saat gempa ter­jadi siswa sedang belajar di dalam kelasnya masing-masing,” kata Hertin, guru SD IK kepada wartawan.

Dia menambahkan setelah bertahan selama beberapa puluh menit di tengah la­pangan, siswa dipulangkan karena sebagian besar siswa takut untuk kem­bali ke ke­lasnya terutama yang berada di lantai dua dan tiga.

Hal serupa dilakukan ratusan pegawai di kantor pemerintah dan swasta, bahkan mereka tetap bertahan diluar ruangan hingga bebe­rapa puluh menit karena takut terjadi gempa susulan.

“Gempa sangat terasa di lantai dua kantor ini. Saya sempat panik karena saat itu saya sedang salat. Usai salat, beberapa orang pegawai langsung lari keluar ruangan karena gempa cukup keras dan lama,” kata Leny Haryati, pegawai Pemkab Cianjur.

Setelah berbagai kepanikan tersebut, Ba­dan Meteorologi Kli­ma­tologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, kondisi Ibukota Jakarta sudah stabil pascagempa tersebut, kemarin siang.

“Saat ini kondisi sudah stabil, ada gempa susulan tapi kekuatannya sudah menurun, jadi saya kira tidak perlu panik,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Moch Riyadi di Jakarta.

Menurut Riyadi, pascagempa terjadi beberapa kali gempa susulan namun dengan kekuatan yang terus menurun sehingga diharapkan warga tidak lagi panik.

“Setahun rata-rata terjadi 365 kali gempa, artinya rata-rata sehari terjadi gempa yang dirasakan dengan kekuatan di atas 5 SR. Se­dang­kan gempa yang merusak rata-rata setahun dua kali terjadi,” tambahnya.

Berita bohong

Ironis, di tengah bencana alam ini, sem­pat beredar kabar akan ada gempa susulan berkekuatan 7,5 SR di wilayah Banten dan seki­tarnya. Bencana itu disebutkan terjadi Selasa malam. BMKG langsung menegas­kan bahwa kabar tersebut adalah berita bohong.

“Berita tersebut tidak benar karena BMKG tidak pernah meng­eluar­kan infor­masi tersebut,” tegas Kepala Bidang Infor­masi Gem­pabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, kemarin.

Dia memastikan, informasi akan terjadi gempa bumi berkekuatan 7,5 SR antara pukul 22.30-23.59 WIB di Banten dan seki­tarnya adalah bohong. Sampai saat ini, gem­pa bumi belum bisa diprediksi dengan tepat dan akurat.

“Perlu diketahui bahwa hingga saat ini peristiwa gempa bumi belum dapat dipre­diksi dengan tepat dan akurat: kapan, bera­pa kekuatan, dan di mana akan terjadi,” jelasnya.

Dalam pernyataannya tersebut, BMKG juga menjelaskan, sampai Selasa petang, gempa susulan di selatan Banten sudah mencapai 26 kali kejadian dengan kekuatan yang terus melemah, sehingga sangat kecil potensi akan terjadi gempa susulan yang kekuatannya besar.

“Dari sekian banyak isu akan terjadi gempa bumi, selama ini tidak ada satupun yang terbukti kebenarannya. Untuk itu, ma­syarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak mudah percaya isu akan terjadi gem­pa,” tandasnya. (dtc/Ant)

()

Baca Juga

Rekomendasi