Oleh: Jekson Pardomuan.
"Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir. Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan orang ini berkata: "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu." (2 Raja Raja 4 : 6-7).
Ketika kita sedang berada dalam kesusahan, maka kita akan sangat dekat dengan Tuhan. Tapi sebaliknya, banyak dari antara kita yang lupa mengucap syukur ketika Tuhan menolong kita dan memberikan kita harta yang berlimpah. Tapi, saya yakin dan percaya bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang tak pernah lupa dengan pertolongan Tuhan.
Firman Tuhan yang dituliskan dalam 2 Raja Raja 4 : 1 - 7 menceritakan tentang Minyak Seorang Janda yang menggambarkan tentang kemiskinan yang melilit hidup janda nabi. Ia hidup dengan anak-anaknya dan terlilit hutang yang sangat banyak. Penagih hutang sudah datang menjemput kedua anaknya untuk dijadikan budak, menggantikan hutang yang tak terbayar. Lalu janda itu mengadukan nasibnya kepada Elisa.
"Hambamu ini tidak punya sesuatu apa pun di rumah, kecuali sebuah buli-buli kecil berisi minyak.”Elisa menyuruh janda dan anak-anaknya untuk meminjam bejana-bejana kosong dari para tetangga, sebanyak mungkin yang bisa mereka peroleh. Lalu Elisa menyuruh janda itu menutup pintu rumahnya, dan menuangkan minyak ke dalam bejana-bejana kosong. Bejana demi bejana pun diisi penuh dengan minyak, sampai perempuan itu berkata kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi." Namun, tidak tersedia lagi satu pun bejana, dan berhentilah minyak mengalir dari buli-buli.
Tuhan kita sungguh ajaib. Hanya sedikit minyak dari buli-buli kecil si Janda itu, dapat memenuhi bejana-bejana kosong yang besar. Ini adalah sebuah mujizat Tuhan bagi keluarga si Janda dan anak-anaknya. Setelah merenungkannya berulang-ulang, sepertinya ada maksud Tuhan dibalik cerita "Minyak Seorang Janda" ini.
Kenyataan yang dihadapi si Janda dengan anak-anaknya tampaknya tidak selaras dengan janji Tuhan, karena kita tahu bahwa Tuhan tidak akan membiarkan orang benar menderita kelaparan (Amsal 10 : 3). Tetapi di sinilah si janda – boleh dibilang hanya mengandalkan satu buli-buli minyak dan menyampaikan kesusahannya kepada Elisa.
Meskipun keadaannya tampak tidak sesuai dengan janji Tuhan, ia mempertahankan imannya kepada Tuhan dan pergi meminta tolong kepada nabi. Keputusan ini sepertinya sepele – tentu saja ia akan minta tolong kepada Elisa, siapa lagi yang bisa ia mintai tolong selain guru suaminya?
Tindakan ini menjadi sebuah lompatan iman yang besar bagi si janda yang harus mengatasi kebimbangan dan prasangkanya sendiri ketika dihadapkan pada kemalangan yang amat berat. Terkadang, di dalam kehidupan kita saat ini meminta tolong kepada orang terdekat seperti saudara kandung pun sangat susah. Yang kita dapat terkadang makian dan ribuan kata-kata yang kurang mengenakkan hati. Mematahkan semangat dan cenderung merendahkan kita yang sedang dalam kesusahan.
Dalam Alkitab ada banyak contoh tokoh yang imannya melemah ketika kenyataan yang mereka hadapi tidak sesuai dengan janji Tuhan. Pada tahun-tahun awalnya di Kanaan, Abraham pindah ke Mesir karena terjadinya kelaparan; bertentangan dengan janji Tuhan. Ketika Elia sedang diburu untuk dibunuh setelah kemenangannya melawan nabi-nabi palsu, ia melarikan diri dan merasa ingin mati saja karena takut kepada Izebel. Meskipun murid-murid telah mengikuti Yesus dan melihat banyak mujizat, mereka semua melarikan diri dan meninggalkan-Nya ketika Dia ditangkap di Taman Getsemani.
Tindakan si janda kelihatannya sepele, tetapi keputusannya yang sederhana untuk meminta tolong kepada Elisa merupakan pertanda bahwa imannya besar, karena para tokoh besar sebelum dan sesudah dia sekalipun, mengalami juga pergumulan iman ketika menghadapi situasi yang sulit.
Janda yang hampir putus asa itu membawa minyak di botol kecil kepada Elisa, bicara mengenai minyak, kita pasti teringat akan cerita gadis bijaksana dan gadis bodoh. Dengan masih adanya minyak di pelita si gadis-gadis bijaksana, mereka dapat bertemu sang raja. Cerita ini bukanlah cerita nyata, tetapi sebuah perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Cerita Saul, Daud, dan raja-raja Israel ketika mereka dipilih menjadi raja pasti diurapi dulu. Dan mereka diurapi pakai minyak. Setelah mereka diurapi, Roh Tuhan ada pada diri mereka. Sehingga ada kekuatan luar biasa yang mereka miliki.
Dibalik cerita si janda dengan minyaknya, Tuhan tidak akan dan tidak dapat mengadakan mujizat pada orang-orang yang ragu akan kuasa dan maksud-Nya (Markus 6 : 5-6). Firman Tuhan digenapi hanya ketika ada penyerahan penuh dan keyakinan tak tergoyahkan dari janda tersebut. Tetapi tanggapan-Nya tidaklah datang seketika itu juga. Sebaliknya, Ia menyuruh si janda mengisi bejana-bejana, menuang minyak, dan, dalam prosesnya, menempatkannya dalam pengujian.
Amin.