Kualasimpang, (Analisa). Tanggul tanah penahan arus sungai di Desa Gelung, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang, jebol diterjang banjir, Jumat (5/12) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.
Akibatnya, ratusan rumah penduduk, sekolah, ruas jalan dan lahan pertanian warga terendam banjir setinggi rata-rata 50-60 sentimeter. Hal itu memaksa puluhan kepala keluarga (KK) ikut mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Sebelumnya dikabarkan, ada sejumlah titik tanggul sungai yang jebol. Air bah yang tumpah dari Sungai Tamiang langsung merambat begitu cepat menggenangi rumah-rumah warga. Meski dari awal banjir sudah terditeksi, namun warga tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya dapat menyaksikan bertambahnya debit genangan air dari kegelapan malam.
Pemantauan Analisa di lapangan, Jumat (5/1) pagi, debit air sungai Aceh Tamiang di sebagian besar wilayah Seruway lebih tinggi dari ruas jalan utama kecamatan. Ruas jalan poros Pusong Kapal yang melintasi Desa Gelung rata dengan air dengan kedalaman bervariasi mencapai sepaha orang dewasa. Untungnya kondisi itu masih bisa dilintasi oleh kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Sementara gemuruh air melimpah di lokasi tanggul yang jebol terdengar hingga radius 100 meter.
Bupati Aceh Tamiang, H Mursil, SH, M.Kn dan Wakilnya HT Insyafuddin bersama Ketua DPRK Fadlon didampingi unsur Kepala SKPK terkait pada pukul 14.15 WIB turun ke lokasi memantau kondisi banjir. Kepala daerah yang baru dilantik tersebut langsung dikerumuni ratusan warga Gelung yang telah mengungsi di Kantor Datok Penghulu setempat.
Tapi sayangnya, kehadiran orang nomor satu di Aceh Tamiang tersebut berlangsung singkat tidak lebih dari satu jam. Bahkan, Mursil tidak sempat meninjau tanggul sungai yang jebol. Bupati dan wakilnya hanya menyaksikan banjir dari bawah tenda di posko bencana di halaman Kantor Datok Penghulu Desa Gelung.
Sekitar 50 menit duduk, kemudian Mursil dan rombongannya bergegas pulang. Padahal masih banyak warga yang rela antre menyaksikan kehadirannya berdiri di badan jalan aspal yang tergenang air setinggi betis orang dewasa tersebut.
Empat titik
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Aceh Tamiang melalui Kabid Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Damkar, Muhammad Husni dikonfirmasi Analisa dari lokasi banjir mengatakan, jumlah tanggul yang jebol ada di empat titik dan dua di antaranya merupakan yang terparah dengan lebar jebol sekitar lima meter.
Air keruh dari tanggul sungai yang jebol mengalir ke permukiman penduduk sehingga semua rumah nyaris terendam. “Sejak tadi malam sekitar 80 KK sudah mengungsi ke Kantor Datok Penghulu (Kades). Kampung ini hampir tidak ada tempat dataran tinggi, sehingga sulit mencari tempat pengungsian yang aman,” ungkap Husni.
Menurutnya, pihak BPBD Atam dan petugas lainnya akan bermalam di Desa Gelung memantau kondisi banjir yang susah ditebak. “Kita sudah membuat dapur umum untuk pengungsi. Posko juga akan dibangun sehingga lebih cepat memberikan pertolongan jika banjir bertambah parah, karena di kawasan hulu masih terjadi hujan,” terangnya sembari memberitahukan, selain di Desa Gelung, tanggul sungai di Desa Rantau Pakam, Kecamatan Bendahara juga jebol mengakibatkan 267 rumah warga terendam.
Camat Seruway, Husaini, SH didampingi Sekretaris Camat (Sekcam), Cakra Agie W menuturkan, sejauh ini Pemda Aceh Tamiang sudah menanggulangi kebutuhan utama bagi para korban banjir dari menyediakan tempat pengungsian dan dapur umum. Bantuan logistik makanan juga telah disalurkan termasuk pakaian dan obat-obatan. “Kedatangan Pak Mursil tadi sekalian mendata korban banjir Gelung untuk memberikan bantuan logistik dan keperluan lain kepada warga yang berhak dan pantas menerima,” ujarnya.
Saat disinggung kenapa bupati tidak melihat tanggul yang jebol, Camat Husaini menepisnya, bahwa peninjauan tanggul yang jebol tidak begitu urgen, di samping itu kondisi menuju tanggul tidak memungkinkan bupati untuk ke lokasi. Warga Gelung sudah merasa puas Bupati Mursil mau mengunjungi desanya yang dilanda banjir meskipun tidak sempat melihat tanggul yang jebol, namun sudah mengetahui kondisi yang sebenarnya.
“Kondisi tidak memungkinkan untuk pergi ke tanggul itu. Namun begitu bupati sudah memerintahkan Dinas PUPR pada hari Senin depan untuk melakukan survey lokasi untuk langkah-langkah perbaikan tanggul yang jebol,” ungkapnya.
Pihaknya memprediksi, kondisi banjir ini belum berakhir sampai hari ini andai melihat debit air sungai Tamiang semakin besar. Jika di kawasan hulu terjadi banjir, maka 10 jam kemudian banjir kiriman air sungai akan sampai ke hilir.
Bantuan berdatangan
Datok Penghulu (Kades) Gelung, Muhajir memaparkan, banjir di desanya akibat faktor tanggul yang jebol. Jarak tanggul sungai dan permukiman hanya bersebelahan sekitar puluhan meter saja. Rata-rata kedalaman air yang merendam rumah warganya mencapai setengah meter. Hal itu membuat aktivitas warganya terhenti di pengungsian.
Menurut dia, Desa Gelung dihuni oleh 168 KK atau sekitar 685 jiwa. Sejak pagi berbagai bantuan sosial dari Kemensos RI dan pemda setempat sudah berdatangan ke desanya. “Hampir seluruh rumah warga di empat dusun telah terendam banjir, sebagian warga sudah mengungsi di Kantor ini,” paparnya.
Menurut datok penghulu, tiga tahun lalu juga pernah terjadi banjir di Desa Gelung akibat tanggul jebol. Namun banjir kali ini lebih parah dibandingkan tiga tahun silam, karena tanggul yang jebol lebih dari satu titik. (dhs)