Dilupakan dan Melupakan

Oleh: M Arif Suhada

SIKLUS kehidupan sangat memungkinkan kita sebagai manusia untuk mengalami dua hal ini: dilupakan dan melupakan seseorang, baik itu yang kita sadari maupun tidak. 

Kedua keadaan ini sama-sama menun­jukkan situasi atau kondisi yang kurang begitu mengenakkan. Bagai­mana tidak, yang namanya dilupakan tentu menim­bulkan rasa kecewa atau paling tidak rasa bertanya-tanya pada diri kita. Apa sih yang salah pada diri saya, sehingga saya begitu mudah dilupakan oleh seseorang atau orang lain? Sementara di sisi lain, barangkali kita masih sangat mengingat orang tersebut.

Terkait hal itu, menurut penulis ada dua kemungkinan penyebabnya. Per­tama, kita sebenarnya tidak sedang dilupakan oleh orang itu, atau tepatnya orang tersebut tidak sedang berusaha melupakan kita. Hanya saja ini adalah faktor alamiah bagi manusia yang memiliki kecenderungan untuk lupa. Boleh jadi karena faktor umur yang menua, faktor jarak yang terpisah jauh, serta kualitas komunikasi yang reng­gang.

Kemungkinan kedua, kita tidak benar-benar begitu berharga bagi orang tersebut, sehingga dia menganggap kita layaknya menganggap orang lain yang tidak dia kenal. Kita begitu rentan untuk dilupakan dalam pikirannya, sebab memang tak ada sesuatu yang bisa menjadi alasan bagi orang tersebut untuk mengingat kita.

Faktor utamanya adalah kualitas interaksi yang terjalin ketika masih bersama dahulu kurang begitu dekat dan akrab, sehingga tidak memberikan kesan apa-apa bagi salah satu atau kedua belah pihak.

Faktanya, daya ingat kita sangat kuat dalam merekam sesuatu yang sifatnya mengesankan. Contohnya, sewaktu SD kita mengenal semua teman SD kita. Ketika naik ke SMP dan SMA, yang kita akrabi adalah teman-teman SMP atau SMA kita. Sementara secara perlahan tapi pasti, teman-teman SD yang sudah tidak berada dalam lingku­ngan yang sama dengan kita, mulai terabaikan komu­nikasinya.

Seterusnya, ketika kita masuk per­guruan tinggi, masuk dunia kerja, dan dengan berbagai kesibukan dan rutinitas kita. Maka, di suatu saat ketika kita mencoba untuk mengingat kembali memori masa lampau tentang teman-teman SD kita dalam hal ini, yakinlah yang akan kita ingat wajah dan namanya dengan baik hanyalah segelintir orang dari keseluruhan teman SD kita itu. Dan menariknya, orang-orang itu adalah mereka yang telah memberikan suatu kesan berharga sewaktu zaman SD dahulu.

Melupakan

Tak jauh berbeda dengan proses dilupakan, proses melupakan juga demi­kian. Namun kecenderungan dalam proses melupakan ini dilakukan oleh banyak orang karena adanya unsur konflik atau ketidaksukaan terhadap orang tersebut. Contoh terdekat misal­nya, seseorang yang disakiti temannya sendiri sehingga menimbulkan rasa kecewa yang begitu dalam untuk tidak menjalin hubungan perte­manan de­ngannya lagi.

Sama halnya juga ketika seorang wanita dikhianati pasangannya, sehing­ga membuatnya telanjur sakit hati dan memutuskan untuk melupakan pria tersebut. Sebab menurutnya, dengan melupakan orang itu bisa melegakan hati dan pikirannya dari rasa dendam dan supaya bisa lebih tenang.

Satu hal yang menarik dalam proses melupakan ini adalah seseorang itu akan semakin sulit melupakan orang lain ketika ia berusaha dengan kesadaran penuh untuk melupakan orang tersebut.  Ma­kanya ada sebuah pepatah menga­takan, cara terbaik melupakan seseorang adalah dengan tidak berusaha untuk melupa­kannya.  Karena, semakin kuat ego kita untuk melupakan orang tersebut, maka semakin kuat pula ingatan kita terha­dapnya.

Sebaliknya, kita akan semakin mudah melupakan orang lain yang dalam hal ini tanpa kesadaran untuk berusaha melupa­kannya, contohnya seperti teman-teman SD yang disebutkan tadi. Dengan kata lain, tak ada yang lebih mudah daripada mudahnya dilupakan orang lain. Dan tak ada pula yang lebih sulit daripada sulitnya melupakan orang lain.

Oleh karena itu, pelajaran yang bisa kita petik dari pemaparan di atas adalah, selagi kita masih bersama, baik bersama keluarga, teman, masyarakat sekitar atau siapa pun itu, maka jalinlah keber­samaan itu dengan erat. Dengan rasa cinta dan kasih sayang yang tulus kepada sesama, bukan hanya dibangun berlandaskan hubungan yang bersifat kepentingan semata. Tujuannya, agar kelak ketika kita sudah berpisah, tak lantas membuat kita mudah untuk dilupa­kan. Sebab, ketika kita dilupakan sese­orang, pada dasarnya kita telah mati dalam pikirannya, meskipun tidak mati secara hakiki. Semoga berman­faat!

* Desember 2015

()

Baca Juga

Rekomendasi