Oleh: Adelina Savitri Lubis
KREATIVITAS muncul bukan tanpa alasan. Seperti ada pinta yang tak disadari, secara alami muncul dan ketika melalui prosesnya, ide yang mampir di benak berujung pada peluang dan kesempatan yang datang berulang kali. Agaknya era digital yang teknologinya kian cerdas berkembang, menjadi ruang media atas munculnya para kreator asal Medan, Sumatera Utara (Sumut).
Apalagi wacana ekonomi kreatif telah dicanangkan pemerintahan negeri ini sepanjang satu dekade ke belakang sebagai alternatif untuk menolong perekonomian masyarakatnya. Melalui alat sederhana dan ruang media sosial yang marak diakui sebagai tren kekinian, profesi-profesi baru pun muncul ke permukaan. Sebutlah youtubers, vlogers, hingga selebgram.
Profesi ini pun melejit menjadi sebuah gaya hidup baru. Apalagi syarat untuk melakoni profesi itu mudah dan tak neko-neko. Siapa pun bisa melakukannya. Siapa saja. Dalam konteks lokal, di Kota Medan, warganet tidak bisa menampik Alvin Matondang yang dikenal sebagai kreator atas tokoh Mamak Gardam. Agaknya pria yang lebih dikenal sebagai tokoh ciptaannya itu, ketimbang sosoknya dalam kehidupan nyata sebagai Alvin terbukti menunjukkan berhasilnya sebuah kreativitas.
Apalagi menariknya tokoh Mamak Gardam yang diciptakannya sangat lekat dengan nilai-nilai kearifan lokal derah Sumut. Sosok yang dia ekspresikan sebagai karakter mamak-mamak khas Sumut. Menggunakan sarung juga penutup kepala khas Sumut. Kisah-kisah yang dia tawarkan pun sangat realis. Persis dengan sosok ibu yang cerewet, tapi sangat mencintai anak semata wayangnya.
“Saat ini kita memang dituntut untuk kreatif. Kalau tidak, ya tak makan, hehehe,” bilangnya saat ditemui di salah satu acara di Medan.
Dikenal sebagai selebgram, Alvin mencetuskan ide sosok Mamak Gardam itu sebagai sosok ibunya dalam nyata. Sebuah episode dalam video berdurasi pendek yang dia ciptakan terinspirasi secara nyata dari hubungan antara dia dan ibunya. Kala itu Alvin baru saja pulang kerja dari kantornya. Karena merasa lelah, dia ingin bersantai sejenak menonoton televisi, tanpa mengganti seragam kerja yang dia kenakan.
“Melihat aku begitu, mamakku pun langsung merepet dan layaknya anak, aku pun merengek, hehehe,” ujarnya.
Entah mengapa, tiba-tiba muncul ide di benaknya. Bersama dua temannya, mantan pegawai perhotelan ini pun lantas iseng membuat adegan parodi yang kemudian direkam dengan ponsel. Saat diunggah ke ranah media sosial, rupanya yang mereka lakukan direspons dengan cepat dan ditonton banyak orang.
Reaksi yang diberikan warganet itu pun membuat ketiganya lebih bersemangat untuk mengunggah video parodi yang lainnya. Yang dilakukan Alvin bersama timnya itu pun membawanya sebagai orang yang dikenal khalayak luas. Penyebutan selebgram yang ditujukan kepadanya pun ditangapi sebagai hal yang positif. Bonusnya Alvin juga mendulang rupiah dari kreativitas yang dia dan kedua temannya lakoni itu.
Jangan Lupa Subscribe
Faktanya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sejak 2015 profesi youtubers menjadi profesi yang diminati dan menjanjikan. Pada 2016 bahkan boleh dikatakan sebagai tahunnya para youtuber. Meskipun Alvin tidak memberikan nilai pendapatannya secara spesifik, namun tak ditampik para kreator ini mendulang rupiah yang terbilang jumlahnya tak sedikit.
Berdasarkan hasil amatan Analisa, dengan tolok ukur viewers dan subscribe, terangkum beberapa nama youtubers dengan penghasilan tertinggi. Sebutlah, Edho Pratama (Rp44.317.000/bulan), penghasilan Edho ini berasal dari dua kanal youtube-nya, Edho Zell dan Edho Zell Days.
Jika Kedua kanal ini digabung maka total subscribe-nya mencapai 1.153.340 orang dengan total viewers 225.429.714. Jumlah ini tentu saja akan terus bertambah seiring waktu. Rata-rata penghasilan kanal Edho setiap bulannya mulai dari $2.700 AS hingga $42.700 AS. Urutan kedua ditempati Raditya Dika (Rp37.700.000/bulan)
Raditya awalnya yakni seorang blogger yang berkembang jadi komika hingga menjadi raja media sosial. Pencapaian tertinggi Radit dengan total subscribe mencapai 2.045.431 orang. Ia juga dikenal sebagai tokoh di balik maraknya orang-orang membuat kanal youtube di Indonesia.
Ada Reza Arap Oktovian (Rp37.700.000/bulan). Arap mendokumentasikan seluruh agresi main gamenya lalu meng-upload-nya di youtube. Belakangan dia mulai membuat video wacana kehidupan sehari-harinya dan beberapa lagu rap. Young Lex (Rp32.500.000/bulan), pemuda kelahiran 1993 ini hadir dengan karya-karya rap yang melabrak kebiasaan di Indonesia. Namun begitu, ia digilai banyak wanita.
Alvin sendiri mendefinisikan Mamak Gardam sebagai sesuatu yang positif, yaitu seorang ibu dengan didikan yang keras, sebuah gambaran tentang sosok ibu awam di Medan. Kata Gardam sendiri tidak memiliki arti hanya saja Gardam adalah bahasa Medan, orang Medan mengartikannya dengan berbagai makna tertentu.
Menariknya sejak 2018 dia bersama timnya serius menggarap tema-tema yang berkaitan dengan kearifan lokal, juga lekat dengan pariwisata di belahan Sumut. Alvin juga secara konsentrasi mengangkat budaya lokal. Alvin berharap yang dia lakukan menginspirasi kaum muda di Sumut; khususnya di Kota Medan. “Kota Medan sudah terkenal sebagai kota penghasil kreator. Banyak orang-orang kreatif yang berasal dari kota ini dan berhasil hingga di mata dunia,” tutupnya mengakhiri wawancara. Hm, ide itu mahal, kawan!