Bincang Perempuan

Risiko

Oleh: Adelina Savitri Lubis.

KALA dunia sibuk membicarakan Adele Laurie Blue Adkins (Adele), penyanyi kelahiran Tottenham, London, Inggris pada Mei 1988, 31 tahun silam ini. Linkin Park; grup musik beraliran nu metal dan rock alternatif yang berasal dari Agoura Hills, California, di Amerika Serikat memberikan sebuah ‘kejutan’ dalam acara iTunes Festival (saat ini dikenal sebagai Apple Music Festival) pada 4 Juli 2011, persis tanggal ulang tahun kemerdekaan Amerika Serikat, tujuh tahun lalu.

Chester Bennington, pemilik vokal yang berkarakter, berkepala plontos ini tampil impresif membawakan lagu Rolling in the Deep milik Adele. Semua orang terpana, memandang pria yang piawai melakukan scream (teriakan) pada setiap bagian lagu yang dia bawakan. Namun tidak kali ini, scream justru keluar dari seluruh penonton yang hadir dalam acara itu. Ahhhhhhh...., chester..., plok, plok, plok. Bunyi jari-jari yang saling bertepuk riuh bersahutan di barisan penonton.

Penonton takjub terhadap vokalis utama Linkin Park ini. Agaknya tepukan tangan tak cukup untuk menyahuti ketotalitasnya membawakan lagu Adele saat itu. Secara jenis musik, Adele dan Linkin Park memiliki genre musik yang berbeda. Lalu mengapa Linkin Park mau menyanyikan lagu Adele?

Kota Medan pada pertengahan Oktober 2018. Hujan telah jatuh sejak tadi malam, ketika sunyi mengambil peran sejak pukul 23.00 WIB. Pun pagi ini, bau tanah yang basah, aromanya bukan hanya menusuk hidung, dinginnya cuaca juga menggigit tulang. Kamis yang basah di antara karut marutnya situasi Indonesia. Hujan tak sekadar mengetuk malas, juga memanggil-manggil lapar pada lambung.

Sebentar lagi pukul 12.00 siang. Sarah duduk bermalas-malasan di ruangan kantornya. Sebuah pesan telah dia kirimkan, menawarkan ajakan makan siang kepada Manda, Ira, dan Nona. Respon pesan  (sandek) yang dia kirimkan baru dijawab oleh Manda dan Nona. Sedangkan Ira, memohon maaf, karena kawasan di depan kantornya mengalami banjir lokal. “Sangat sulit untuk keluar kantor pada jam segini Sar, aku izin tak bisa bergabung.” Begitu isi sandeknya.

Sarah pun maklum. Kemudian mengaminkan sandek Ira. “Ya sudah tak apa,” balasnya cepat.

Perempuan berambut pendek ini pun bergegas. Kini dia sudah melaju di atas sepeda motornya, menuju tempat yang mereka sepakati. Lokasi yang diyakini cukup strategis bagi jarak tempuh ketiga perempuan itu. Maklum saja, basah hujan yang tak kunjung berhenti ini membuat drainase di Kota Medan seperti berontak, air tak hanya memenuhi drainase yang penuh sampah, juga mengairi jalan-jalan di Kota Medan. Bukan memberikan percikan semata, tapi juga menggenangi jalanan hingga setinggi lutut manusia.

“Huh, sebuah perjuangan untuk sampai ke tempat ini,” kata Sarah.

“Banjir di mana-mana,” sahut Manda.

“Selama di jalan, hatiku tak tenang, aku tak hafal lubang-lubang di jalan. Aku khawatir kendaraanku menginjak lubang,” bilang Nona.

“Kalian pesan apa? Kita pesan yang paketan saja apa yang manual?” ujar Sarah sembari memperhatikan daftar menu yang diletakkan pramusaji di atas meja mereka.

“Hujan-hujan begini, enaknya makan yang berkuah. Ada sop di menu itu Sar?” tanya Nona.

“Boleh juga, yang berkuah. Kalau soto, ada Sar?” timpal Manda.

“Kalau begitu, aku pesan ikan sambal ini saja ya, dua porsi. Sepertinya enak, kuah sop dicampur ikan sambal yang pedas,” kata Sarah.

“Eh minumnya apa? Aku teh manis hangat ya,” bilang Manda.

“Aku pesan pahit panas ya Sar,” ucap Nona.

“Eh sebentar itu lagu Adele kan, Rolling in The Deep,” bilang Sarah.

“Eh iya, tapi vokalnya kok khas sekali persis dengan si Chester,” sahut Manda.

“Si Chester, sok kenal kamu Man, hahahaa,” bilang Sarah.

“Hahaha, maksudku vokalis Lin­kin Park lho Sar, namanya kan Chester Bennington,” ucap Manda tertawa malu.

“Sar, jangan lupa kalau boleh minumnya dulu yang duluan diantarkan,” sela Nona.

“Aih keren, kok bisa dia membawakan lagu Adele ini ya Man. Sorry, soalnya saya ngefans,” bilang Sarah, mengacuhkan kalimat Nona.

“Mengapa rupanya Sar, kok heran? Memang tak boleh?” tanya Manda.

“Genre musik mereka berbeda, dan bukankah biasanya setiap band itu punya egonya masing-masing Man,” ungkap Sarah.

“Berarti itu artinya mereka terbuka untuk perubahan, dan jika ini kamu anggap sebuah kejutan, mereka berhasil Sar,” bilang Manda.

The scars of your love remind me of us. They keep me thinking that we almost had it all

The scars of your love they leave me breathless, I can’t help feeling....,” nyanyi Sarah.

“Serius aku tidak paham perbincangan kalian berdua. Bolehkah kita serahkan dulu pesanan kita ke si mbak, yang sejak tadi sudah melirik-lirik ke sini?” tanya Nona.

“Hahahaha, Sar, sudah lengkap pesanan kita?” tanya Manda.

“Totalitas sekali vokalis Linkin Park itu menyanyikan lagu Adele itu Man?” sahut Sarah.

“Oke, kesimpulannya sudah didapat, perubahan, kejutan, dan totalitas. Mana catatan pesanannya, biar Nona saja yang kasih sama si mbak pramusaji,” ucap Nona sembari menarik catatan pesanan dari tangan Sarah.

“Saya terpana Man, serius, baru kali ini mendengar lagu ini dibawakan Linkin Park,” ungkap Sarah.

“Cukuplah terpananya Sar. Ada hal yang lebih penting dari ketakjubanmu itu Sar. Bagiku jika Chester alias Linkin Park saja mau fleksibel terhadap sebuah energi baru yang diciptakan Adele dalam ranah musik dunia, lalu mengapa kita di sini masih sibuk menopang dagu, seolah-olah tak mau tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia kita saat ini,” beber Manda.

“Hm, perubahan tidak semudah kalimatmu, pasti ada risiko. Kita bukannya tak siap dengan perubahan, tapi tak siap dengan risiko. Karena risiko atas perubahan, tidak memberikan sebuah kepastian. Bisa menguntungkan, tapi bisa merugikan,” sahut Sarah.

“Linkin Park adalah contoh nyata Sar, apa itu tidak menohok?” ta­nya Manda.

“Hahahaha..., Linkin Park uji coba, dan dia totalitas. Berhasil memang, tapi apa dia akan berubah memilih genre musik seperti Adele seterusnya, kan tidak Man?” bilang Sarah.

“Sar, Man, pesanan kita sudah habis. Kita harus ganti menu pesanan. Laku keras menu yang kita pilih tadi,” bilang Nona mengejutkan mereka.

“Hm, ini situasi nyata, pertanyaannya apakah kita akan memilih menu yang lain, atau mengganti tempat, yang berarti keluar dari sini?” sahut Sarah.

“Itu artinya kita harus mulai dari nol lagi Sar, mencari tempat, mencari meja, dan memesan menu kembali,” kata Manda.

“Betul. Apa kamu siap dengan risikonya?” tanya Sarah.

“Lalu bagaimana ini jadinya? Aku lapar....,” sahut Nona.

()

Baca Juga

Rekomendasi