Di Balik Gairah Bekerja Bangsa Jepang

PADA tahun 2014, Presiden Ame­rika Serikat saat itu, Barack Obama, melakukan kunjungan resmi ke Jepang. Pejabat Jepang harus memi­lih tempat untuk acara makan malam dan penyambutan. Akhirnya, dipilih­lah Sukibayashi Jiro, sebuah restoran sushi terkemuka dari Jepang yang terkenal di dunia. Setelah menik­mati sajian sushi di restoran tersebut, tanpa ragu Obama menya­takan sushi ter­sebut adalah sushi terlezat yang per­nah disantapnya. Apa yang mem­buat sushi di restoran Sukiba­yashi Jiro begitu istimewa?

Sukibayashi Jiro adalah milik Jiro Ono, seorang koki bintang-tiga-Michelin paling tua di dunia yang masih hidup di usia ke-91. Ternyata, Ono mengembangkan prosedur istimewa untuk menyajikan telur ikan salmon (ikura) dalam kondisi segar sepanjang tahun. Selain itu, daging ikan tertentu diasapi batang padi yang dibakar untuk menciptakan aroma istimewa. Sushi buatannya terkenal di kalangan penikmat hidangan kelas atas Jepang.

Ken Mogi, di buku ini menjelaskan esuksesan hebat Ono tentu dibentuk dari bakat dan kerja keras yang luar biasa selama bertahun-tahun. Namun, jelasnya, yang lebih penting di atas semua itu, Ono memiliki ikigai. Ikigai adalah suatu etos bangsa Jepang da­lam melakukan pekerjaan dan men­jalani hidup. Ikigai menjelaskan kese­nangan dan makna kehidupan. Secara harfiah, “iki” berarti “untuk hidup”, dan “gai” berarti “alasan”. Iki­gai ada­lah gairah hidup yang membuat orang terdorong melakukan sesuatu dengan totalitas sekaligus menikma­tinya dengan cinta dan ketulusan. Di buku ini, pembaca diajak menelusuri secara mendalam berbagai nilai dan prinsip yang menjadi pilar-pilar utama Ikigai.

Ikigai bisa tumbuh dan berkem­bang karena berbagai hal. Di buku ini, kita diajak menyusuri banyak kisah tentang kesuksesan, prestasi, dan dedikasi orang-orang yang “memiliki” atau “menemukan” ikigai dalam pekerjaannya. Sepanjang kisah demi kisah, penulis menggarisbawahi beberapa hal penting yang disebut pilar ikigai. Ada lima pilar penting ikigai, yakni “awali dari hal kecil”, “bebaskan dirimu”, “keselarasan dan kesinambungan”, “kegembiraan dari hal-hal kecil”, dan “hadir di tempat dan waktu sekarang”. Lima pilar dije­laskan secara acak dan muncul di sembarang tempat.

Tentang pilar “mengawali dari hal kecil”,kita diajak mencermati detail-detail kecil yang menjadi perhatian orang Jepang sehingga menghasilkan pelayanan memuaskan atau produk berkualitas. Para wisatawan di Jepang mendapati Jepang sebagai negara yang bersih, rapi dan tepat waktu. Ini tak lepas dari konsep kodawari. “Kodawari adalah standar personal yang dipatuhi seorang individu de­ngan teguh. Kodawari adalah pende­katan ketika kita memberikan perha­tian sangat besar terhadap detail-detail kecil. Kodawari terma­suk dalam pilar “mengawali dengan yang kecil,” tulis Ken Mogi (hlm 39).

Ikigai memang tak sekadar bekerja dengan dedikasi dan totalitas. Namun juga penghayatan dan menikmati setiap momen dalam bekerja. Pilar “bebaskan dirimu” berbicara tentang membebaskan diri dari egoisme, untuk memberi perhatian penuh pada apa yang dikerjakan (hadir di tempat dan waktu sekarang), dan menikmati apa saja yang dikerjakan (kegem­bi­raan dari hal-hal kecil). Di samping itu, apa saja yang dikerjakan jangan sampai menimbulkan kerusakan bagi lingkungan. Sebisa mungkin peker­jaan kita memberi manfaat, sehingga bisa selaras dan saling memberi manfaat bagi lingkungan (keselarasan dan kesinambungan).

Setiap orang punya atau bisa me­ne­mukan ikigai dalam diri masing-masing. Setiap orang, dari bangsa mana pun, dengan pekerjaan apa pun, bisa saja menemukan ikigai-nya sen­diri yang membuatnya terus terdo­rong dan termotivasi untuk meraih kesuksesan dan menikmati setiap apa yang dikerjakannya. Lewat buku ini, kita diberi gambaran tentang hidup yang bergairah dan bahagia.***

Peresensi: Al-Mahfud, penikmat buku, bermukim di Pati Jateng

()

Baca Juga

Rekomendasi