KEJORA

KEJORA

Mhd Ikhsan Rtg

Hadirmu membawa nuansa indah disertai rintik hujan di akhir juli kau menyapa dengan cahaya cinta penuh metafora sinarmu di kala sendiri adalah rindu yang menghancurkan nestapa pada riak air yang menggenang di depan rumah wajah itu tampak indah berseri dengan air mata suci pelipur dahaga, kejora temani malam dengan sejuta cerita indah beranjak dari pekatnya malam tanpa cahaya kejora kini kau hapuskan rindu padanya dengan sinar yang menyeka air mata

Panyabungan, 26 Juli 2018

 

DI ANTARA MEREKA

Mhd Ikhsan Rtg

Cahaya menyapa dalam kesendirian, pada bulan yang senyum merona

langit dengan taburan bintang bersama menyapa dengan cahaya sendu di antara mereka aku adalah kegelapan, menyepi dalam malam

cahaya yang berkedip sambil melambaikan tangan yang tak terjamah netra pun menyapa di antara mereka aku hanya diam sambil menyeka air mata karena ini adalah malam yang penuh dengan dusta, Juli akan berlabuh ke hati berbeda

Sipirok, 28 Juli 2018

 

MENYEKA AIR MATA

Mhd Ikhsan Rtg

Nestapa masih saja terlihat di mata itu, berlinang dengan derai air mata

berdawaikan rindu dengan sebuah mimpi yang kini jauh dari asa

biarlah tangan menjamah pipi merona, menyeka air mata pusara sudikah kiranya jika asmarandana menjadi cerita indah menabur cinta suci setiap menyeka air mata, tiada kata nan indah kecuali serumpun sajak pelipur lara, di kala senja pergi air mata akan terhenti penuh dengan metafora bermajaskan rindu dalam cakrawala

 

JULI DAN KENANGAN

Mhd Ikhsan Rtg

Sudahlah, kau jua akan di hembuskan bahari berlabuh ke cakrawala jauh dan abadi meninggalkan puing yang rapuh di sudut malam sajak ini di tuliskan bercerita tentang sukma yang sansang

saat tangan masih menggenggam dengan penuh ikatan wajah akan selalu terlukiskan dalam kanvas kehidupan menjalani kisah dalam permadani yang di ukir di persimpangan jalan

Sipirok, 28 Juli 2018

 

ASAL USUL PERPISAHAN

T.Sandi Situmorang

Dikisahkan pada sebuah zaman

kita kehilangan jalan

semestinya kita cari jalan lain

alih-alih berbalas lidah 

masih pada zaman yang sama

api-api memercik jalan-jalan kita meretak di hadapan kita

gerbang perpisahan menunggu

 

KETIKA BAPAK PERGI

T.Sandi Situmorang

Sewaktu bapak hendak pergi

kubilang tak mungkin bapak pergi

aku masih menunggu janji-janjinya

lalu kulihat bapak begitu tertatih

kuizinkan bapak pergi

biarlah janji-janjinya  jadi jalanku

 

TOPENG

T.Sandi Situmorang

pura-puranya kita bahagia selalu tertawa air mata mengalir deras di sisi kita seringkali kita saling menciprati air mata itu demi keceriaan kita

sekali waktu  bocah hanyut di aliran air mata kita terpingkal sampai air-air di mata kita berjatuhan hingga bocah itu karam 

 

MENATAP TOBA

T.Sandi Situmorang

menatapmu dari sudut Tuktuk yang sepi marahku membakar teriakan itu seperti masih mengapung di atasmu

hari-hari yang tenggelam teriakan itu masih tergenang di dadamu bagaimana kami harus mencintaimu lagi?

 

CAHAYA OKTOBER /1

Aswita Simarmata

Ketika aku mulai meragukan ikrarmu

di setiap malam nan hening terangkai doa-doa berharap setitik cahaya terang agar hatiku kembali teduh

SSSK, Senja

 

CAHAYA OKTOBER /2

Aswita Simarmata

Di bawah palung kerinduan kusatukan sajak ini melewati penantian merebahkan keraguan

SSSK, Senja

 

CAHAYA OKTOBER /3

Aswita Simarmata

Kau pernah berhutang satu cemburu

tidak perlu kutunjukkan padamu

tentang penyesalanku membencimu

lekaslah pulang bawa cahayanya ke pangkuanku

SSSK, Senja

 

CAHAYA OKTOBER /4

Aswita Simarmata

Kau tak datang langkah kakiku meninggi untuk yang kesekian kalinya

kita tak jua bertemu

hanya cahaya Oktober yang temaniku

ketika kau mengingkari pertemuan

SSSK, Senja

 

MEMBACA HUJAN YANG TINGGAL DI TUBUHMU

Isni Sarah

Ia menyimpan perih luka tak sederhana.

barangkali kau datang padaku,

tanpa peta dan alamat pasti

tapi tak kutemu, aksara senyummu.

Badai menghempas-hempas

kenangan yang kian remaja.

Beberapa orang angkat bicara

perihal hujan yang tinggal di tubuhmu

doamu adalah langit yang pucat,

sekeping kasihmu menguapkan mimpi.

dan tubuhmu berserakan dibadan jalan waktu yang paling batu

 

MELIHAT PAGI

Isni Sarah

:Untuk langit yang buru-buru memulangkan kenangan di langit, mulailah aku berjalan membawa tulisan tentang orang-orang ramai yang menghirup udara pada sisa jalan penghabisan kenangan pada air mata, pada sajak

pagi; shubuh paling tirus 

kita tak lagi mampu membeli waktu

hanya membiarkan ia datang mengusir ruh-ruh mengulur habis sisa umur

seperti mimpi kita.

 

KASUR DI RUMAH SAKIT /1/

Isni Sarah

Peta menuju mimpi telah lama hilang

tak ada yang mencari dari sejumlah botol infus berkali-kali diganti, mimpi begitu mahal di ruang administrasi

hujan petang ke malam bagian dari tubuh jendela kaca yang basah

mengembun dingin ada kata-kata yang dapat dieja sebagai langkah mengakar mimpi

 

KASUR DI RUMAH SAKIT /2/

Isni Sarah

Yang terpenjara di sudut kamar

tiga orang sekarat membaca waktu

beragam masalah aku menjaga jendela merangkum cahaya-cahaya kota bebas rimbun orang-orang

malam, aku membaca labirin putih

berharap mimpi menyerang paksa

isi kepala, dan perempuan-perempuan berbaju putih tak lagi menjual mimpi begitu mahal

 

DIAMBANG SENJA

Wahyu Rizky Indira

Jika saja kemarin

tak hanya sembilu

juga gerumul rindu

aku tak menuduh

menyemai benih berpeluh meniti waktu ke waktu bukan kau, hanya sepenggal cerita di ambang senja

 

DAYANG WAYANG

Wahyu Rizky Indira

Bisa apa sekarang?

mengubah takdir?

menghindari takdir?

mengecam Tuhan?

sedang aku tak ubahnya wayang

melenggak lenggok di atas panggung sandiwara hidup jika Allah jua sang Dalang Penguasa

 

ASMARALOKA

Wahyu Rizky Indira

Sebelumnya,

kita bak bintang pada bimasakti

terang benderang bercahaya

menyinari asmaraloka yg remang

waktu justru mendurja

layaknya andromeda

perlahan kita pun padam

 

PANJANG UMUR #1

Juandi Manullang

Siapa menyangka bahwa waktu begitu

cepat berlalu hanya sekejap mata,

lihatlah rumput hijau itu kini sudah hangus diterpa matahari, sosokmu pun sekarang sudah bertambah umur

dan sebentar lagi akan kering kerontang akibat dimakan oleh usiamu

saatnya bergegas melaju kencang jalanmu meraih cahaya bahagia itu,

sebelum masa tua itu menjemputmu.

 Alumnus Unika ST. Thomas, 2017

 

PANJANG UMUR #2

Juandi Manullang

Aku tahu hati dan pikiranmu

berada di dekat kami, jiwamu pun kami rasakan di tempat ini, tapi, percayalah jarak bukan halangan untuk merasakan kegembiraan, nanti pun kita akan bertemu dan berbagi cerita indah itu

tetap tenang dan tegar disana

karena pesan doa yang kukirim itu akan mengalir padamu mengelilingi langkahmu dan percayalah sukacita itu akan menemanimu merayakan bertambahnya umurmu, tetaplah menjadi batu karang yang teguh

meski merindu mendekapmu.

Alumnus Unika ST. Thomas,  2017

 

BERITA SEBUAH BANGSA

Novita Sari Purba

Tentang sebuah bangsa pada krisisnya kepastian di dalamnya persekongkolan yang memabukkan kebenaran yang langka ini tentang bangsa pada berita yang tersebar palsu lalu dianggap menjadi sebuah fakta

Asrama, Okt 18

 

secangkir rindu padamu di oktober

Novita Sari Purba

Pada beta yang lelah sepucuk rindu tertuai binasakah sebuah kota

atau bangkit dalam pertahanannya

negeri dalam rapuh amal silanya

mari meneguk secangkir rindu di meja kita tentang hari depan yang pernah digoreskan dalam ruang konstitusi

Asrama, Okt 18

 

OKTOBER YANG PALSU

Novita Sari Purba

Pada Oktober yang palsu kita menepi

menitip luka-luka baru goresan hati yang menyengat pada Oktober palsu hujan rintik satu satu lalu kau bersiteguh hampa; meramu luka baru tanpaku

Asrama, Okt 18

 

TEKA-TEKI

Novita Sari Purba

Adakah pilihan selain teka-teki yang berjibaku di matamu? luruhnya hati di sepertiga tahun mengujung ini puisi tanpa kata tanpa makna bila di matamu hanya tersimpan sengat-sengat dalam bisanya sesama

teka-teki pilihan tanpa tiga

Asrama, Okt 18

 

HUJAN ITU ROMANTIS

Biolen Fernando Sinaga

Hujan itu romantis,

di cerpen-cerpen remaja,

tapi di kehidupan nyata,

seringkali hujan itu sadis.

:jika berbuah banjir.

Medan, Oktober 2018

 

GE(LONDONG)AN

Biolen Fernando Sinaga

Selalu ada saja manusia yang londong*,

yang menebang pohon di hutan,

sesuka hatinya, tanpa memikirkan akibatnya, yaitu tanah longsor,

yang membawa kayu gelondongan,

bersama banjir bandang, yang menyebabkan korban harta dan nyawa.

andaikan manusia bijaksana, mereka akan menjaga hutan dengan baik, dan mengambil kayu, tanpa berlebihan.

 Medan, Oktober 2018

 

JIKA BANJIR MELANDA

Biolen Fernando Sinaga

Jika banjir melanda,tak usah kita bertanya apa penyebabnya,

pada rumput yang bergoyang.

tanya saja penyebabnya, pada kayu gelondongan yang hanyut, merenggut nyawa orang tak berdosa.

Medan, Oktober 2018

()

Baca Juga

Rekomendasi