Oleh: Letkol Laut (Kh) Hoesni El – Ibrahimy
BERAKHIR sudah kegiatan jemaah haji Indonesia, tepatnya, 25 september 2018 seluruh jemaah haji kembali ke Indonesia. Segala rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir dalam rangka menggapai prediket haji mabrur dan mabrurah telah terlewati. Banyak kabar dan kisah yang dirasakan oleh jemaah haji. Haji memang ibadah spektakuler dengan kekuatan fisik menjadi dominasi rangkaian kegitan selain faktor iman kuat melekat didada.
Para jemaah haji tentunya masih merasakan geliat kegiatan selama di tanah haram Makkatul Mukarramah dan Madinatul Munawwarah. Masih terbayang kuat dalam ingatan. Segunung lelah masih menggelantung di tubuh. Kebahagian dan kepuasan hati dengan menyempurnakan rukun Islam menjadi obat pelepas lelah. Pelepas dahaga mencapai ridha ilahi. Haji menjadi suatu kegiatan spiritual yang sulit dilupakan dan sangat membekas di dalam perjalanan hidup setiap insan yang berhaji.
Kabar Menarik
Menjadi petugas haji merupakan idaman setiap orang. Petugas haji siap memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi jemaah. Hal ini sesuai yang tertera pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah haji Bab II Pasal 3 yang berbunyi, Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi Jemaah haji sehingga Jemaah Haji dapat menun aikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.
Komitmen kuat dan keihklasan para petugas dalam mengemban tugas pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap jemaah mendapat nilai plus dari jemaah haji. Terbukti menurut hasil Survey Tim Inspektorat Jenderal Kementrian Agama bahwa sebanyak 94 % jemaah merasa puas terhadap layanan haji 1439 H/2018 M. Temuan ini disampaikan oleh Sekretaris Itjen Muhammad Tambrin saat Evaluasi Pelayanan Akomodasi, Konsumsi dan Transportasi Darat Jewmaah haji di Arab Saudi 1439 H/2018 M (29/9) di Hotel Grand Aston Yogyakarta.
Banyak kisah yang dirasakan oleh jemaah. Diantaranya tatkala malam Arafah, 8 Dzulhijjah 1439 H, ketika hujan, badai debu dan angin kencang terjadi di Arafah. Tenda pada beterbangan disapu angin ribut. Memang, kejadiannya tak terlalu lama namun efek cemas terekam jelas jika melihat raut wajah para jemaah. Kisah ini menjadi viral dan heboh bukan hanya di tanah haram nanum juga di tanah air.
Hal ini juga saya rasakan, sebagai petugas haji PPIH Arab Saudi tahun 2018, terdapat kabar menarik yang terekam dan tercatat selama melayani jemaah haji di Tanah Haram. Kebetulan saya bertugas di Daerah Kerja (Daker) Makkah atau wilayah kerja Makkah sekitarnya, bukan di Kota Madinah maupun Jeddah.
Kabar menarik penuh makna selama di tanah Haram tentunya layak menjadi konsumsi publik, mungkin bisa menjadi inspirasi dan kisah hikmah bersama. Kisah-kisah ini tidak hanya berkutat dalam melayani jemaah haji akan tetapi tertulis dari apa yang saya rasakan, jalani dan perhatikan seiring kondisi yang terjadi di tanah haram, khususnya selama di kota Makkah Al-Mukarramah dan kabar menarik tersebut sebagai berikut;
1. Komunikasi buntu.
Jemaah haji Indonesia menrupakan jemaah haji terbanyak di seluruh dunia. Mulai dari anak-anak, remaja, orang tua dan usia senja. Dalam pelaksanaan ada jemaah haji yang ketika beribadah ke Masjidil Haram Baitullah dan usai ibadah hendak pulang terdapat jemaah yang tidak hafal jalan pulang. Tidak tahu arah kemblai ke pemondokan. Sebagai petugas berkewajiban mencari dan jika ketemu diantar ke pemondokan.Persoalannya dari sekian banyak jamaah ada juga yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Misalnya, ketika ditanya dijawab bahasa daerah. Petugasnya ada yang tak faham, maka komunikasi jadi tak cair alias buntu. Menarik jika melihat dua orang berbeda tanpa mengerti makna, jadi bahasa tubuh dimainkannya. Terpaksa mencari petugas lainnya yang faham dan tuntaslah pelayanannya.
2.Tauladan sepasang jemaah.
Usai dhuhur aku lihat sepasang jemaah haji duduk istirahat dibelakang pemondokanku. Walau kelihatan tua dengan gigi sudah berguguran namun penampilannya tampak parlente dengan kacamata hitam melekat di mata. Aku hampiri dan ikut nimbrung sambil bercengkrama dan menukar informasi. Jemaah yang lanjut usia ini bernama M.Suhud (86 tahun) dan Fathonah (75 tahun). Beliau yang berangkat dari Embarkasi Padang, patut menjadi tauladan buat kita. Berbekal kerja petani (kopi dan ubi) namun sudah bisa melaksanakan haji dua kali 2006 dan 2018.
Setelah saya telusuri Pak haji dan Bu hajjah yang asalnya Ponorogo, Jatim dan hidup di Payang, Bengkulu, bahwa kuncinya berangkat haji, selain bekerja tekun beliau berpesan agar menjaga salat dhuha dan tahajjud. Dhuha dan Tahajjud bisa menjemput rezeki. Berdoalah. Dan, pesan taqwa lainnya adalah carilah rezeki yang berkah bukan rezeki untuk kaya. Kalau mencari kaya tidak akan cukup.
3. Tertib berlalu lintas.
Di Mekkah fasilitas jalan tampak lebar. Banyak mobil yang berhilir mudik.Jarang kita temui sepeda motor. Bagi jemaah haji harus berhati-hati jika menyeberang jalan. Dalam berlalu lintas jika kita melihat tak jelas arahnya. Sesuka hati,ya, mirip macam di kotaku, Medan. Pengendara mobil bagaikan Valentino Rossi jika melaju di jalan.
Namun demikian, pengendara mobil sangat tertib dengan aturan rambu-rambu di jalanan. Ada beberapa lokasi bila lampu merah pengendara mobil patuh berhenti. Mungkin kalau kita lihat di Medan, kalau lampu merah kita berhenti kadangkala atau mungkin sering akan diklakson oleh pengguna jalan lainnya. Lampu merah dan kuning serta hijau dibuat sama statusnya, boleh jalan. Ini hanya oknum bandel.
Kembali tertib di Mekkah, ada beberapa CCTV aktif yang siap menerkam pengguna jalan. Sebelum lampu merah ada tulisan Waqif artinya berhenti. Pasti berhenti dan berhentinya tidak boleh lewat sedikitpun dari batas tanda tulisan. Jika lewat maka akan kena foto dan otomatis kena denda 3000 SAR atau sekitar Rp. 12.000.000,-jika kursnya 1 SAR seharga Rp 4.000,-. Surat tilangnya langsung dikirim ke alamat pemilik kendaraan. Melanggar bayar denda, kalau tidak bayar bisa di double biayanya.Bagus juga hal ini diterapkan di negeri kita,ya, bisa jadi khususnya kota Medan dulu sebagai percontohan demi tertibnya lalulintas di jalan. Setujukan bila hal ini kita terapkan di Medan?
4. Sorban penutup aurat.
Seabagai petugas haji di Makkah, kami diberi kesempatan sesaat ziarah ke Kota Madinah.Walau hanya satu malam dicukupkan waktu untuk memanfaatkan hadir di Kota Madinah. Esoknya kami wajib pulang. Puas dan tidak harus kembali ke Makkah untuk melanjtkan tugas.
Jarak antara Madinah dan Makkah sekitar 490 KM, atau sekitar 6 jam perjalanan. Dan, jika pulang dari Madinah kami pasti istirahat atau berhenti sejenak. Kebetulan supir kami sangat kooperatif dan rombongan diberhentikan di salah satu masjid. Waktu salat tiba. Aku salat dan rehat sejenak di Masjid. Ketika rehat aku melihat seorang pemuda ikut salat sama temannya. Anehnya, ia bercelana ponggol hanya sampai di lutut. Ketika sujud ia tarik celananya agar auratnya,lutut tertutupi, walhasil celana dalamnya yang kelihatan jelas.
Spontan saja aku menghampiri dan menjukurkan sorban yang kupakai untuk menutup auratnya. Terselamatkan sang pemuda ini. Usai salat kami saling berpelukan dan terima kasih tidak terhingga ia lampiaskan. Rupanya warga Saudi asli yang bekerja sebagai supir taxi.. Hebatnya, semangat untuk beribadah walau bekerja tak melewatkan waktu untuk salat. Hal ini perlu menjadi contoh agar kita tak melupakan salat dalam hal apapun yang kita kerjakan.
5. Radio kecil di Masjid.
Aku salat di Masjid dekat pemondokan. Sekali-kali aku salat di Masjidil Haram. Status sebagai petugas gerakan rutin untuk salat lima waktu di Haram harus dilupakan. Aku bekerja untuk ibadah dan bukan ibadah untuk bekerja.
Di masjid ini aku lihat ada radio kecil. Aku heran dunia serba canggih masih ada radio kecil terletak di mihrab imam. Sifat ingin tahuku muncul. Kucari informasi, rupanya keberadaan radio itu sangat penting untuk ketepatan waktu mengumandang azan. Pusatnya adalah Masjidil Haram. Jadi tidak ada yang mendahului dan terlambat dalam mengalunkan suara azan memanggil umat. Ini perlu juga menjadi perhatian bagi kita bahwa ketika Mesjid utama azan maka mesjid lainnya bersahutan azan, namun perlu dipertemukan seluruh BKM Masjid untuk membicarakan teknis pelaksanaannya. Kalau ini memang baik kenapa tidak dilakukan.
Penutup
Kisah di tanah haram jika diceritakan mungkin tidak akan ada habisnya. Setiap orang punya kabar dan kisah menarik yang tak terlupakan. Ada kisah lucu, sedih, duka dan bahkan bahagia berkumpul menjadi satu dalam bingkai kenangan. Tentunya, cukilan kisah yang saya sampaikan merupakan bagian dari perjalanan haji saya tahun 2018 dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan bagi jemaah haji Indonesia. Dengan harapan, kabar menarik dari tanah Haram yang saya publikasikan dapat menjadi kisah hikmah dan tauladan bagi kita semua.
Penulis, Pamen Lantamal I Belawan, Alumni Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Petugas haji PPIH Arab Saudi 2018.