(Menyambut MTQN ke XXVII di Sumatera Utara)

Musabaqah MIQ; Refleksi Keilmuan Alquran

Oleh: Muhammad Syukri Albani Nasution

INSYA Allah pada tanggal 7 Oktober 2018 ini Musabaqah Tilawatil Quran Nasional ke XXVII akan dibuka di Sumatera Utara Me­dan. Sebuah acara yang sangat prestisius dan penuh khidmad sebab melalui Alquran kita menyemarakkan kehidupan dan keummatan. Sesuai dengan tema yang di usung yaitu MTQ Mewujudkan Revolusi Mental Menuju Insan yang Qur’ani.

Selain dari kompetisi membaca Alquran, yang tak kalah pentingnya adalah Kompetisi Makalah Ilmiah Alquran (MIQ). Selain dari lantunan yang merdu, maka Musabaqah ini akan melahirkan “mufassir” kandungan alquran yang berkolaborasi dengan perkembangan keummatan dan ke­bang­saan. Maka patut kita apresiasi secara mendalam kegiatan ini sebab akan melahirkan generasi yang Qurani.

Alquran; Musabaqah

Dan Kandungannya

Sungguh besar makna yang terkan­dung dalam Alquran ketika semua umat manusia menggali potensi tersebut sampai pada hal yang sangat subtan­sial. Kita sering mengabaikan nilai-nilai yang terdalam dari pesan Alquran, apalagi nilai yang berkaitan dengan alam semseta. Kejadian-kejadian alam kerap dimaknai sebagai kekuasaan Allah belaka, tanpa ada unsure peringatan dan keilmuan didalamnya yang harus digali manusia. Inilah makna lain dari penggalian ayat-ayat Alquran, termasuk ayat kauniyah yang seharus­nya banyak digali umat Islam untuk lebih mende­katkan keima­nan dengan kejadian-kejadian alam.

Salah satu warisan Nabi Muhammad bagi ummatnya adalah Alquran. Harapan yang besar dari Nabi Muhammad, kelak ummatnya bisa menjalankan kehidupan dengan nilai-nilai Qurani. Selain itu, Alquran juga menjadi media ampuh bagi manusia untuk meneguhkan dirinya, baik dari godaan dzahir maupun bathin. Sebab itulah mengapa banyak orang yang ketika bersedih, ketika gundah gulana menja­dikan Alquran sebagai sahabat­nya untuk mengobati rasa itu. Inilah salah satu “I’jaz” kemukjizatan Alquran yang bisa dirasakan langsung bagi siapa saja yang membaca dan memaha­minya.

Ada satu pepatah arab yang mene­gas­kan “ Umat Islam akan mundur jika meninggalkan kitabnya, sebaliknya umat selain Islam akan maju jika me­ning­galkan kalimatnya”. Meski eksisten­si pepatah arab ini memiliki ragam pe­maknaan, paling tidak, kita bisa menya­dari bahwa Alquran bisa menjadi sarana umat Islam untuk maju, berkembang tidak hanya dalam masalah ke-akhiratan tapi juga keduniaan.

Alquran Dan Musabaqoh Makalah Alquran

Objektivikasi Alquran termasuklah didalamnya menggali ilmu dan kandu­ngan Alquran, bisa dalam bentuk pemahaman, dan tak kalah pentingnya dalam bentuk karangan ilmiah Alquran. Alquran harus mampu di represen­tasikan bukan hanya melalui bacaan, tapi juga melalui pemahaman dan kajian ilmiah.

Ada beberapa pendekatan untuk memaknai Alquran di tengah-tengah umat Islam. Pertama, Alquran diguna­kan dengan pendekatan Mymical Reading. Alquran menjadi sarana bacaan bagi umat Islam dan mem­berikan suasana supra rasional bagi siapa saja yang membacanya. Bagi masyarakat awam, dengan membaca Alquran saja, sudah memberikan nilai tersendiri bagi kedamaian dan ketena­ngan diri dan jiwa.

Kedua, dengan pendekatan Mystical Reading, yaitu memahami Alquran dengan nuansa yang bisa melahirkan harapan. Dengan pemahaman ini pula banyak orang yang mengamalkan ayat dan Surat-Surat tertentu untuk menda­patkan sesuatu, atau meraih sesuatu. Ini juga membuktikan bahwa Alquran menjadi sarana lain dari masyarakat sebagai perantara kepada Allah untuk mendapatkannya.

Ketiga, dengan pendekatan Analyti­cal Reading. Melalui pendekatan inilah seharusnya umat Islam bisa merasakan secara utuh betapa Alquran menjadi Hudaan (petunjuk) bagi semua manu­sia. Dengan segala pemaha­mannya dan pemaknaannya, baik yang muhkam maupun mutasyabih. Penggalian Alquran dengan mempelajarinya, meng­analisa akan mengantarkan umat Islam sampai pada tujuan Islam itu sendiri.

Umat Islam seharusnya menjadikan Alquran penting dalam kehidupan bukan terikat waktu, terikat keadaan tertentu dan terikat hal hal yang sifatnya kondisional. Berakrab diri dengan Alquran akan secara otomatis memberi­kan nilai yang tidak dapat diteorikan lewat kalimat ilmiah sekalipun. Ketena­ngan hati, kesejukan jiwa, kekuatan bathin, keoptimisan hidup, dan beragam keadaan lainnya akan menyertai hidup manakala telah menjadikan Alquran penting dalam kehidupan.

Selanjutnya Allah juga dalam ayat lain memberi tantangan terhadap siapa saja yang bisa membuat semisal Al Qur‘an “ Dan jika kamu berada dalam keragu-raguan tentang Al qur‘an yang telah kami turunkan kepada hambaKu Muhammad, maka buat saja satu surat yang sama persis dengannya dan ajaklah teman temanmu selain Allah, jika memang kamu adalah orang orang yang benar “(QS Al Baqarah 23). Dalam ayat ini justru Allah memberi tantangan bagi orang yang merasa “ ragu” terhadap keautentikan Al quran. oleh karenanya, orang yang masih malas dan susah untuk dekat dan akrab dengan Alquran berarti memberi indikasi “ ragu” terhadap Alquran. tantangan tersebut seharusnya menjadi penguat bagi kamu muslimin untuk memaknai Al quran dengan arti yang bisa mempengaruhi diri menuju kualitas kehambaan yang sempurna.

Akhirnya, kita menyambut baik Muasabaqoh Tilawatil Quran Nasional ke XXVII yang diadakan dari tanggal 4-13 Oktober ini. Besar harapan kita, di tengah menguatkan krisis kepercayaan kemanusiaan, dan bencana di bangsa ini, dengan kekuatan Musabaqoh Quran ini, Allah berikan hidayah kepada kita, kepada bangsa ini menjadi bangsa yang baldatun thayyibatun warobbun gha­fuur. Yang didalamnya masih mayoritas umat Islam menghidupkan Alquran dari berbagai sisi dan kehidupan.

Wallahu a’lam

Penulis: Staf Pengajar Di Fak Syariah & Hukum UIN SU, Sekretaris Umum MUI Kota Medan

()

Baca Juga

Rekomendasi