Pantai Labu, (Analisa). Masa lanjut usia (Lansia) merupakan masa sensitif secara psikologis dan rentan terhadap serangan berbagai macam penyakit seiring menurunnya ketahanan kekebalan tubuh karena digerus usia. Akibatnya masa lansia menjadi masa sulit, dan acapkali berdampak terhadap stress. Pembiaran kondisi stress tentu akan berdampak negatif terhadap sikap hidup dan kualitas kesehatan lansia sehingga dibutuhkan penangan lebih intensif.
“Butuh motivasi dan edukasi yang disesuaikan dengan umur mereka untuk mengembalikan semangat menapaki hidup diusia lansia,” ungkap Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Cendana Patimah, kepada Analisa belum lama ini.
Patimah yang memprakarsai berdirinya Kelompok Lansia Cendana khusus perempuan lansia di pesisir Pantailabu sejak 2016 lalu ini mengungkapkan, dalam perspektif pendidikan, usia lansia berjenjang. Usia dari 45-59 tahun masuk dalam kategori Pralansia, atau Menuju Lansia. Usia 60-70 tahun masuk kategori Lansia Pratama, dan 70 tahun ke atas masuk kategori Lansia Madya.
Rawan
Secara umum bila seseorang sudah masuk kategori lansia, sangat rawan terserang berbagai jenis penyakit dan derajat kesehatan pun sering menurun. Banyak orang yang sudah masuk lansia menjadi kurang peduli terhadap kesehatan mereka. Padahal justru usia lansia harus cerdas berperilaku agar tetap menjadi lansia berdaya dan tangguh.
Perlu langkah persuasif dan preventif untuk mengedukasi para lansia. Salah satunya adalah program warga belajar Multi keaksaraan yang dilakukan oleh PKBM Cendana dalam mengedukasi para lansia perempuan pesisir Pantailabu.
“Mereka semuanya warga belajar Multikeaksaraan. Jumlahnya ada sekitar 80-an dan lebih 100 orang karena ada wali murid dari PAUD Cendana yang ikut bergabung,” terang patimah.
Diakuinya selama ini beberapa program telah dilakukan terkait edukasi terhadap perempuan lansia agar mereka berdaya dan tangguh. Pasalnya, banyak lansia yang menjadi ketergantungan dalam melakukan hal-hal rutinitas sehari-hari. Sebutlah seperti mandi, memakai pakaian, makan dan lain sebagainya. Ketergantungan ini dipicu oleh tingkat kesehatan yang rendah akibat penyakit yang diderita, akibatnya para lansia menjadi tidak produktif dan sangat ketergantungan dengan keluarganya.
Hal ini pula yang melatarbelakangi keberadaan Kelompok Lansia Cendana Perempuan yang didirikan Patimah. Kelompok ini mencoba mengedukasi lansia berhimpun dengan beberapa program edukasi, dengan sasaran menciptakan produktivitas terhadap kehidupan lansia. Selain Senam Lansia yang rutin dilakukan setiap pertemuan, juga dilakukan sehari-hari di rumah, ada program kesehatan rutin setiap bulan dengan memeriksakan tingkat kesehatan mereka baik gula, kolesterol, jantung dan lain sebagainya melalui “Posyandu Lansia”.
Adapun program-program yang dilakukan, bekerja sama dengan Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (BP-PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Provinsi Sumatera Utara (Provsu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) serta Pemerintah Desa masing-masing.
Tidak ketergantungan
Menurut Patimah penekanan hidup sehat terhadap lansia harus dilakukan agar mereka berdaya dan tangguh serta produktif. Minimal dengan kondisinya yang mungkin secara fisik tidak lagi bisa menghasilkan pekerjaan di luar kemampuannya, setidaknya para lansia tidak ketergantungan dengan perilaku yang menjadi akvitas kesehariannya.
Khusus untuk kondisi lansia yang sudah sakit-sakitan, dijelaskan Patimah tentu perlakuan terhadap lansia dengan kondisi seperti itu berbeda. Penanganannya tentu lebih fokus kepada penanganan medis. Sisi lain kumpul bersama bagi para lansia memberikan efek yang positif. Justru diungkapkannya, kumpul-kumpul bersama banyak membuat lansia semakin sehat.
“Mereka bisa saling bercerita dan tertawa bersama setiap kali berkumpul dalam pertemuan. Hal ini semacam obat juga untuk mereka,” imbuh Patimah.
Motivasi serupa juga dilontarkan Pembina Kelompok Lansia Perempuan Cendana, Wastianna Harahap. Dijelaskannya kehidupan lansia selalu ingin dalam situasi bernostalgia mengenang masa lalu. Terlebih mereka yang sudah tidak lagi produktif mencari nafkah hanya untuk kebutuhan secukupnya saja.
“Para lansia ini senangnya bernostalgia. Makanya kita dalam usia seperti ini lebih senang berkumpul dan bercerita, bertemu dengan teman-teman,” ungkap Wastianna.
Dia juga menilai, program-program edukasi untuk lansia sejatinya lebih fokus mengedukasi kesehatan mereka baik dengan menjaga kebugaran tubuh, dan mengonsumsi vitamin. Para lansia juga diharapkan tidak terlalu memaksakan diri bekerja di luar kemampuan karena keterbatasan fisik. Terpenting para lansia juga mengiringi waktu-waktu yang ada untuk senantiasa beribadah dengan terus tak jemu berdoa. (Amirul Khair)