Medan, (Analisa). Hanya manusia berkarakter yang akan punya manfaat untuk diri, gereja dan negara, demikian ditegaskan Ketua Perguruan Katolik Yayasan Seri Amal (YSA) Medan, Suster Gerarda Sinaga, KSSY, M.Pd saat memberi sambutan pada Perayaan HUT ke- 60 tahun YSA di Kompleks Perguruan St. Ignasius, Jalan Karya Wisata, Medan Johor, Sabtu (6/10).
Hadir dalam acara itu Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr. Ancitus B. Sinaga OFM Cap yang sekaligus memimpin ibadah ekaristi sebelum acara perayaan ulang tahun dimulai, Walikota Medan dalam hal ini diwakili Albon Sidauruk, Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Kota Medan, Suster Yosephine Situmorang, Ketua Kongregasi Suster Santo Yosef (KSSY) Medan sekaligus Dewan Pembina YSA, Ir. Ramses Simbolon MSC pengurus YSA dan undangan lain.
Menurut Suster Gerada Sinaga, spiritualitas sekaligus visi Perguruan Katolik YSA adalah mewujudkan imago dei (kesecitraan Allah), di wilayah dimana pelayanan pendidikan yang dikelola YSA berada. Saat ini YSA mengelola 18 unit sekolah yang tersebar di empat kabupaten/kota (Medan, Tobasa, Dairi dan Langkat) dan dua provinsi (Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah), mulai unit Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), TK, SD, SMP sampai SMA.
Imago Dei adalah spiritualitas yang berasal dari para suster Kongregasi Suster Santo Yosef (KSSY) Belanda ketika merintis pelayanan pendidikan untuk pertama kali tahun 1938 di Kampung Petisah, Medan. Sasaran utama yang menerima layanan pendidikan awalnya adalah warga Tamil miskin dan orang-orang berkebutuhan khusus (tuna netra). Orang-orang yang tersisih secara sosial itu harus dimanusiawikan karena mereka juga manusia yang menyandang Citra Allah (Imago Dei).
Spiritualitas Imago Dei itu menurut Suster Gerarda Sinaga, sampai sekarang masih menjadi ciri utama penyelenggaraan proses pendidikan diseluruh unit sekolah yang sejak 1958 lalu diurus di bawah manajemen YSA.
Lima Nilai Utama
Dalam perjalanan waktu, spiritualitas Imago Dei lalu lebih didetailkan lewat lima nilai utama(core values), yakni cinta kepada kehidupan (prolife), pemberdayaan (empowering), tegur sapa dan belarasa (compassion), kejujuran (honesty), membangun hubungan sehingga dipercaya (trust and worthy).
"Salah satu wujud prolife adalah mengurangi sampah plastik dengan mewajibkan siswa dan guru membawa botol dari rumah," ujarnya. Makanan dan jajanan instan juga tak ditemukan di kantin sekolah. Menjaga kesehatan diri adalah wujud dari prolife. Menurut Suster Gerada Sinaga hal itu bisa dimulai dengan tidak mengkonsumsi makanan dan jajanan instan yang sarat bahan kimia dan pengawet.
Tegur sapa, menerima siswa berkebutuhan khusus dan miskin, menumbuhkan sikap jujur, semua itu adalah nilai-nilai yang telah membentuk karakter peserta didik di lingkungan Perguruan Katolik YSA.
Atau dalam istilah Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr Ancitus B. Sinaga, OFM Cap, apa yang dilakukan Perguruan Katolik YSA selama 60 tahun dapat dirumuskan dengan sebuah kata: "Sepadan, atau setia pada agama (Katolik) dan negara," ujar Uskup AB Sinaga.
Namun sekalipun Perguruan Katolik, unit-unit sekolah YSA juga tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan yang diberlakukan pemerintah. Menurut Uskup AB Sinaga, seperti namanya, Yayasan Seri Amal, dan unit-unit sekolah yang ada juga telah menjadi sinar atau cahaya bagi Kota Medan, khususnya dalam memelopori sebagai sekolah yang sangat peduli dengan isu lingkungan.
Momen Refleksi Diri
Ketua KSSY Medan, Suster Yosephine Situmorang KSSY, menegaskan perayaan 60 tahun YSA artinya juga merayakan berkat penyertaan Tuhan. Menurut alumni Jurusan Filsafat STT Siantar tahun 2005 itu, YSA boleh berbangga karena sekolah-sekolah yang diselenggarakan turut melahirkan manusia-manusia yang mengembangkan karunia akal budi, bakat dan keterampilan serta mengembangkan kepribadian dan meneguhkan keberimanan. Semua itu menjadi tanda-tanda tercapainya pengembangan manusia sebagai citra Allah.
Momen perayaan 60 tahun karena itu sudah seharusnya menjadi momen untuk melakukan refleksi. Setiap unit pendidikan diminta harus tetap berpegang pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dan perlu dan harus menyadari perubahan berlangsung dinamis dipicu perkembangan teknologi komunikasi.
Acara penutupan juga diisi dengan pemberian hadiah kepada para siswa mulai unit TK, SD, SMP dan SMA yang memenangkan berbagai lomba yang digelar dalam rangka memeriahkan ulang tahun. Sejumlah guru senior dan berprestasi juga mendapat penghargaan. (Ja)