Tantangan dan Langkah Strategis Tapanuli Utara

Wujudkan Daerah Tujuan Wisata Berdaya Saing

Oleh: Emvawari Candra Sirait

KABUPATEN Tapanuli Uta­­­ra (Taput) yang beribu­kota Ta­rutung merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara (Su­mut). Secara geo­grafis Taput diapit dan ber­batasan dengan lima kabu­paten. Sebelah utara berbata­san Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), sebelah ti­mur ber­batasan dengan Kabu­paten Labuhan Batu, sebelah sela­tan berbatasan dengan Tapa­nuli Selatan (Tapsel), dan se­belah barat berbatasan de­ngan Kabupaten Humbang Husundutan (Humbahas) dan Tapanuli Tengah (Tapteng).

Daerah ini mempunyai po­­­tensi dan segudang objek wisata serta kekayaan alam yang cukup menggiurkan. Mulai dari objek wisata alam, sejarah, dan wisata rohani yang tersebar di beberapa ke­camatan. Adapun berbagai objek wisata yang berada di Kabupaten Taput antara lain, objek wisata alam meliputi Pantai Muara yang berada di pinggiran Danau Toba.

Air Soda, Air Panas, Pa­cuan Kuda di Siborong­bo­rong. Pulau Sibandang atau yang sering disebut Pulau Mangga, dan Huta Ginjang. Kemudian wisata budaya dan sejarah meliputi Sopo Partu­kokoan, Gua Natumandi di Hutabarat, Situs Hindu Ho­pong di Kecamatan Sima­ngum­ban.Selain itu, Taput juga memiliki objek wisata rahoni yang meliputi Salib Kasih di puncak Siatas Barita, Makam Munson dan Leman di Kecamatan Adiankoting, Kantor Pusat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pearaja Tarutung, Semina­rium Sipoholon, Tugu No­men­sen di Saitnihuta, Onan Sitahurung, Gereja Da­me.Se­lain itu masih banyak lagi kawasan objek wisata yang tersembunyi di wilayah Ta­put dan kini sedang di­kem­bangkan pihak Peme­rintah Daerah (Pemda). Akan tetapi, meskipun Taput mempunyai segudang objek kawasan objek wisata, kepa­riwisataan di daerah ini be­lum menga­lami kemaju­an. Sektor ke­pariwisataan di Taput masih berjalan lambat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kunjungan wisata ke daerah ini yang masih terbi­lang minim.

Namun dengan berdiri­nya Bandara Internasional Sila­ngit Siborongborong dan seiring program pe­ngem­bangan wisata Danau Toba yang dilakukan peme­rintah pusat melalui lembaga Badan Otorita Danau Toba (BO­DT), pariwisata Taput mulai me­ma­suki masa ke­bangkitan. Dengan adanya Bandara Internasional Sila­ngit, kini Taput menjelma menjadi sa­lah satu daerah lintasan wi­satawan khusus­nya yang akan berkunjung ke Danau Toba.

Keberadaan Bandara In­ter­na­sional Silangit dan program BODT pemerintah pu­sat secara tidak langsung te­lah menjadikan Taput men­jadi salah satu daerah yang selalu ramai dikunjung wisa­tawan. Baik domestik mau­pun internasional. Hal ini di­se­babkan karena Ban­dara Internasional Silangit yang berada di wilayah Ta­put menjadi pintu gerbang jalur wisata menuju kawasan wisata Danau Toba. Silangit menjadi akses transportasi udara yang cepat bagai wisa­ta­­wan menuju sejumlah dae­rah kawasan Danau Toba.

Tantangan

Seiring dengan adanya jalur transportasi udara Ban­dara Internasional Silangit Siborongborong dan program BODT pemerintah pu­sat, tentu menjadi tan­tangan ter­sendiri sekaligus peluang bagi Taput dalam Mewu­judkan Daerah Tu­juan Wisa­ta yang Berdaya Saing. Baik di kan­cah na­sional maupun di in­terna­sional. Adanya Ban­dara In­ternasional Si­langit dan program BODT pemerintah pusat ini menjadi kesem­patan emas bagi Taput untuk me­ngembangkan sek­tor ke­pari­wisataannya. Se­bab de­ngan adanya Bandara Sila­ngit dan program BODT se­cara tidak langsung akan membantu Taput dalam hal mengem­bangkan industri wisata, khu­susnya dalam bi­dang akses transportasi, serta tingkat kun­jungan wisa­ta. Karena itu ke­sempatan emas ini harus be­nar-benar diman­faatkan de­ngan baik untuk mengem­bangkan pari­wisata.

Adapun yang menjadi tan­tangan yang dimaksud dalam hal ini, adalah bagai­mana kesiapsiagaan Kabupa­ten Ta­put dalam menyambut kun­jungan wisatawan de­ngan adanya Bandara Inter­na­sional Silangit dan program peme­rintah pusat mela­lui BODT. Selain itu, bagai­mana masya­rakat setempat dalam mene­rima kunjungan wisa­tawan dan program pe­me­rintah pu­sat BODT ini nanti­nya. Tentu hal ini men­jadi tan­tangan serius yang harus diperhati­kan. Namun meski­pun tan­tangan ini sa­ngat sulit, Pem­da Taput harus bisa mam­pu berbenah diri dan me­lakukan berbagai program terobosan di sektor pari­wi­sata dan me­ngajak serta mem­berikan pemahaman bagi masyarakat agar mau bekerjasama me­man­faatkan kesempatan ini. Hal ini perlu dilakukan agar nantinya para wisatawan yang akan ber­kun­jung ke Da­nau Toba me­lalui Bandara Sila­ngit mau berkunjung dan tertarik ber­wisata ke daerah Taput. Ta­put harus mampu meng­gaet wisatan dengan membe­rikan sajian wisata yang mam­pu memanjakan para wisa­ta­wan. Sebab pada umum­nya, wisatawan mau berkunjung atau singgah pada suatu daerah mengha­biskan waktu­nya, harus be­nar-benar di­man­jakan pela­yanan wisata yang mapan serta didukung sarana dan pra­saran yang me­madai. Selain pelayanan yang ma­pan, wisatawan juga harus merasa nyaman di dae­rah tersebut. Memang dalam upa­ya membenahi sektor pa­ri­wisata yang bertujuan me­ng­gaet wisatawan me­mang bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan kese­rius­an dan sinergitas antara Pemda, masyarakat dan sta­keholder lainnya untuk men­dukung pro­gram ini.

Karena itu, dengan adanya peluang ini Taput harus melakukan pembenahan dan berbagai te­robosan berbagai sektor pa­riwisata yang ino­vatif.

Langkah strategis

Dalam melakukan pembe­nahan dan terobosan yang inovatif di berbagai bidang pariwisata perlu dilakukan berbagai langkah-kangkah strategis. Pertama, mencipta­kan daya tarik. Daya tarik biasanya selalu menjadi hal yang utama bagi wisatawan melakukan perjalanan wisa­ta. Tanpa adanya daya tarik mustahil seseorang mau ber­kunjung ke suatu tempat. Kon­sep daya tarik ini bisa dilakukan dengan membuat even atau pertunjukan-per­tun­jukan menarik dengan ca­ra menghidupkan kembali budaya dan seni tradisional lokal. Misalnya, menghidup­kan kembali tradisi kesenian batak, seperti opera, maupun totor, termasuk memutar film-film yang bernuansa kehidupan masyarakat tanah Batak yang disesuaikan de­ngan lokasi objek wisata. Kemudian membangun ber­ba­gai fasilitas yang menarik di kawasan objek wisata. Hal ini perlu agar pengunjung ti­dak pernah merasa bosan da­lam setiap melakukan perja­lanan wisata.

Kedua, modernisasi dan menciptakan kawasan wisata baru. Dalam upaya mengem­bangkan industri pariwisata perlu dilakukan modernisasi dan menciptakan kawasan wisata baru, agar objek wi­sata tidak melulu pada suatau tem­pat tertentu dan tidak mem­­bosankan bagi wisata­wan. Untuk itu, dalam me­wujud­kan Taput sebagai daerah tujuan wisata yang berdaya saing baik di nasonal maupun internasional, Pem­da harus melakukan moder­nisasi dan menciptakan ka­wa­san objek wisata yang ino­vatif. Misal­nya, saat in Pem­kab Taput telah mempro­gram­kan kawa­san kota ban­dara yang men­dukung mo­der­nisasi suatu kota di sekitar bandara se­perti kota bandara (aero­city) di kawasan luar Bandara Silangit. Bupati Taput Nik­son Nababan me­nye­butkan bahwa konsep aerocity ber­tu­juan untuk me­ngembang­kan kawasan luas Bandara Silangit sekali­gus untuk me­nunjung pari­wisata. Kon­sep ini merupa­kan ino­vasi baru yang tentu harus direalisikan dan sema­kin ditingkatkan untuk me­nun­­jang industri pariwisata.

Ketiga permodalan. Per­mo­dalan sangat dibutuhkan dalam kepariwisataan yang bertujuan untuk membangun seluruh fasilitas pendukung kawasan objek wisata. Hal ini merupakan salah satu faktor memengaruhi tingkat kunjungan wisata. Bila fasili­tas pendukung wisata minim, tentu tingkat kunjungan wi­sata juga akan semakin mi­nim.

Keempat keamanan dan kenyamanan. Masalah ke­amanan dan kenyamanan ba­gi semua orang tentu sangat penting. Apalagi bagi para wisatawan. Sebab hal ini ber­kaitan dengan keselama­tan seseorang maupun ba­rang-barang yang dibawa ke ka­wasan wisata. Tidak hanya itu, kenyamanan dan ke­aman­an juga dipengaruhi oleh karakter masyarakat daerah kawasan wisata, mi­sal­nya dalam etika maupun sopan santun dalam bertutur sapa. Menyangkut etika ber­tutur sapa ini merupakan hal yang sensitf karena sangat berpotensi dengan tingkat kenyamanan wisatawan pe­ngun­jung. Misalnya Taput yang merupakan daerah ma­yoritas suku dan kultur Batak, mempunyai karakter bertata krama dan bertutur sapa ter­ke­san bernada kasar. Bagi masyarakat Batak hal ini merupakan hal yang biasa dan tidak ada masalah. Na­mun beda ceritanya ber­tata kra­ma dan bertutur sapa de­ngan nada kasar bagi wi­sa­tawan. Bagi wisatawan ber­tata kra­ma dan bertutur sapa bernada kasar biasanya se­ring menjadi momok yang menakutkan. Pemda Taput sebenarnya te­lah berupaya merubah stig­ma bertutur sapa yang berna­da kasar ini men­jadi yang halus dengan mem­buat slogan 3 S yang di­sing­kat sen­yum, salam, sapa. Slogan 3 S ini diartikan sebagai pola tata krama de­ngan me­nyapa de­ngan se­nyum. Han­ya slogan ini belum bisa se­utuhnya me­ngubah karakter masya­rakat di daerah. Na­mun demi­kian, slogan ini di­ha­rapkan dapat terus di­so­sialisasikan sehing­ga se­cara perlahan bisa di­a­dopsi oleh masyarakat.

Untuk itu demi kemajuan wi­sata, stig­ma karakter berta­ta krama dan bertutur sapa yang ber­nada kasar ini perlu dirubah dan diganti dengan cara halus.

Terakhir kerja sama masya­­­­ra­kat dan seluruh stake­holder. Dalam menge­lola sektor pariwisata Pemda harus menjalin kerja sama dengan masyarakat, dan stakeholder lainnya. Kerja sama ini perlu dilakukan agar semua pihak bisa saling men­dukung dan satu pemi­kiran dalam upaya pengembangan pariwisata. Dengan adanya kerja sama ini maka masya­rakat akan ikut terlibat dan berpartisipasi dalam me­ngem­­bangkan pariwisata. Misalnya, masyarakat bisa berpartisipasi dalam pe­ngem­­bangan wisata dengan cara turut terlibat menyajikan kar­ya dan kerajinannya untuk ditampilkan pada even-even pariwisata. Tentu hal ini sa­ngat menguntungkan bagi sektor wisata maupun masya­rakat sendiri. Selain itu kerja sama ini juga perlu dilakukan agar masyarakat merasa me­miliki kawasan objek wi­sata dan turut berperan dalam pe­ngembangannya.

Kesimpulan dan saran

Semoga berbagai konsep dan program terobosan ino­va­tif yang dipaparkan ini da­pat bermanfaat untuk me­ning­katkan pertumbuhan wi­sata Taput.

Untuk itu, Pemda Taput juga diharap­kan nanti­nya dapat meme­lajari dan men­cer­mati serta bersedia merea­lisasikan ber­bagai program dan konsep ini demi mema­jukan industri pari­wisa­ta dan mewujudkan Ta­put sebagai daerah tujuan yang berdaya saing, baik di kancah nasional maupun di dunia interna­sio­nal. Horas.

Karya tulis ini di­ikut­ser­takan pada Lomba Karya Tulis Insan Pers yang dilak­sanakan oleh Dinas Kominfo Taput 2018.

()

Baca Juga

Rekomendasi