Sebagai Simbol Kecantikan dan Kepintaran

Suku Mangbetu Mengubah Kepala Mereka Memanjang

SETIAP suku di dunia  me­miliki berbagai keunikannya tersendiri. Ritual, bahasa, maupun fisik mereka sendiri. Salah satu suku yang dapat langsung Anda kenali adalah Suku Mangbetu. Suku Mangbetu memiliki fisik yang khas yang memudahkannya un­tuk dikenali orang luar.

Suku Mangbetu mendiami Provinsi Orientale di bagian utara Kongo, Afrika Tengah. Provinsi yang wilayahnya didominasi hutan belantara.

Dalam kasus suku Mangbetu, modifikasi kepala dilakukan sebagai ekspresi keca­ntikan dan tanda kepintaran. Mereka melaku­kannya dengan mengikat kepala bayi mereka dengan tali. Lalu, ikatan itu akan dikencangkan setiap beberapa bulan sehingga meng­hasilkan bentuk kepala yang diinginkan.

Melonjongkan kepala dilaku­kan pria dan wanita. Namun kebanyakan, hal ini dilakukan para wanita. Para wanita dengan kepala yang lonjong, akan lebih menarik di mata para pria suku Mangbetu.

Rambut para wanita yang keriting, kemudian akan dihias sedemikian rupa agar terlihat lebih cantik. Bahkan konon kabarnya, semakin lonjong kepala wanita, artinya semakin bertambah lagi nilai kecantikannya.

Saat lahir, kepala bayi akan dibungkus dengan erat menggu­nakan sebuah kain agar memben­tuk sebuah kepala yang meman­jang. Proses pengikatan ini akan berlangsung minimal selama enam bulan.

Untuk mendapatkan ukuran kepala yang diinginkan, mereka dapat mengikatnya selama ber­tahun-tahun. Bahkan banyak juga yang melakukannya seumur hidup.

Tidak diketahui suku mana yang pertama kali memulai praktik memanjangkan kepala ini. Na­mun praktik ini telah dilakukan beberapa suku Chinookan (Ame­rika Utara), suku Hun (Asia Tengah), dan suku Mangbetu (Afrika).

Meski begitu, pada 1950-an tradisi ini telah hilang karena kedatangan orang Eropa dan terpengaruh dengan budaya barat. Tradisi ini juga dilarang  Peme­rintah Belgia yang kala itu me­merintah Kongo.

Alasan pelarangannya hanya satu, karena dianggap bisa me­nyakitkan bayi-bayi yang baru lahir.

Walau seperti itu, suku Mang­betu ada yang masih tetap mem­pertahankan tradisi Lipombo ini. Dari informasi para peneliti, Lipombo sudah berlangsung jauh sebelum abad ke-17. Membentuk kepala yang lonjong, juga dinilai tidak tidak mempengaruhi fungsi otak.

Beberapa jenazah dengan tengkorak yang lonjong ditemu­kan di Australia dan Meksiko. Tidak heran bila kemudian ba­nyak orang mengaitkan tengkorak berbentuk lonjong yang dite­mukan ini sebagai tengkorak alien. (bms/ngi/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi