Pengabdian Masyarakat Polmed

Tingkatkan Nilai Limbah Industri Penggergajian Kayu

Langkat, (Analisa). Warga Desa Selayang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat menerima bantuan berupa mesin bubut kayu untuk dimanfaatkan mengolah limbah industri peng­gergajian kayu dari perusahaan pengolahan kayu logs (sawmill) di kecamatan setempat.

Dengan adanya proses pe­ngolahan limbah tersebut diha­rapkan me­ningkatkan nilai tambah limbah dan mem­bantu perekonomian masyarakat.

Bantuan mesin bubut kayu tersebut diserahkan tim pengabdian masyarakat Politeknik Negeri Medan, baru-baru ini, yang diketuai Drs Nursuar ST Mkom dan anggota Drs Indra Fauzi MT, Drs. Infarizal. MT. Dasar penyerahan bantuan tersebut dilatar belakangi oleh kehidupan ma­sya­rakat setempat yang berhubungan dengan jasa dan hasil perkebunan.

Di Desa Selayang, dengan jumlah pen­­duduk 4000 orang, warga menjalankan bermacam usa­ha di antaranya buruh harian lepas dan usaha sam­pingan khususnya para ibu meraut lidi kelapa sawit.

Masyarakat pengumpul lidi daun kelapa sawit selama ini hanya bisa menjual dengan nilai bahan baku saja. Mereka tidak mendapatkan nilai tambah atau pengetahuan untuk mengolah lidi kering daun kelapa sawit.

Di Kecamatan Selesai, terdapat perusahaan pengolahan pengergajian kayu logs. Pengolahan pengergajian kayu logs ini menghasilkan sisa atau limbah. Limbah itu sekarang digunakan masyarakat untuk bahan kayu bakar merebus kacang kedelai bagi perajin (UKM) membuat tahu dan tempe.

"Limbah sawmill yang berukuran ekonomis, sebe­nar­nya masih dapat digunakan selain hanya menjadi kayu b­akar. Jika limbah diproses maka nilai kayu tersebut men­dapat nilai tambah lebih.

Salah satunya dengan menjadikannya sebagai bahan pembuatan gagang/tangkai kayu sapu lidi. Selama ini, para ibu rumah tangga di desa setempat hanya menjual lidi kering ke pengepul dengan nilai jual yang kecil ka­rena masih terkelompok bahan baku," kata Nursuar, kepada wartawan, Senin (26/11).

Jika lidi kelapa sawit diolah menjadi sapu, diperlukan komponen lain yaitu tangkai/gagang sapu. Selama ini untuk mendapatkan tangkai sapu lidi, perajin membeli dari pabrik pengolah kayu dengan harga yang cukup ma­hal, hal ini akan membuat nilai jual sapu lidi jadi ikut lebih mahal.

"Dengan adanya limbah sawmill yang dapat diolah menjadi tangkai sapu lidi kelapa sawit. Dengan demikian harga tangkai sapu akan lebih murah, tidak akan semahal kalau didatangkan kayu tangkai sapu dari dari luar ke­camatan." Tambahnya.

Dikatakan, Korea Selatan, Malaysia dan Jepang mem­punyai pasar yang potensial kerajinan sapu lidi. Sekarang sapu lidi dipasok dari propinsi Jawa Barat, bahan baku dari daun pohon kelapa.

Padahal Kabupaten Langkat juga terdapat banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit, yang juga banyak menghasilkan lidi.

Lidi kering daun kelapa sawit yang selama ini dijual ke pengumpul dapat dibuat sapu lidi dan dijual ke ma­syarakat di daerah perkotaan. Dengan adanya usaha perajin pembuat sapu lidi, dibutuhkan tenaga kerja untuk mem­buat tangkai sapu, juga memerlukan tenaga untuk men­jualnya ke pasaran.

"Dengan adanya rangkaian kegiatan untuk membuat suatu produk ini, masyarakat desa yang mempunyai profesi sebagai tenaga kerja buruh harian lepas (BHL), dapat bergabung untuk kegiatan tersebut.

Walaupun tidak menyediakan waktu penuh untuk me­ngerjakannya, tetapi mereka dapat bekerja secara sam­bilan, jika para buruh tidak dapat borongan kerja seperti biasanya," ungkapnya. (rel/st)

()

Baca Juga

Rekomendasi