NABIi Muhammad Saw adalah seorang pemimpin yang senantiasa memberi inspirasi banyak orang. Kepemimpinannya tetap menjadi role model, terutama bagi umat Islam, sehingga patut diteladani oleh setiap pemimpin di setiap lintasan zaman.
Dalam hal kepemimpinan, Rasulullah bukan saja diakui oleh para sahabatnya, bahkan para orientalis mengakui gaya kepemimpinannya yang ‘merangkul’ semua pihak. Ini terjadi ketika beliau memimpin Kota Madinah yang pada waktu itu masih bercampur dengan beberapa kepercayaan.
Salah satu penulis bernama Michael H. Hart. menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh paling berpengaruh pada urutan pertama di antara 100 tokoh yang ia tulis. Alasannya yang bisa kita baca dalam bukunya tersebut antara lain bahwa: “Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.”
Selain itu, Rasul bagaikan katalog ketika kita berada di sebuah perpustakaan. Apa yang kita inginkan ada padanya. Mau bicara tentang keluarga, beliau menjadi maknet prototipe-nya. Bila bicara tentang politik ia berada di depan. Bila ingin membicarakan masalah akhlak ialah cerminnya. Bila ingin menceritakan tentang suami teladan, ia lah contohnya, bila ingin membicarakan pedagang yang sukses ia juga orangnya. Semuanya ada padanya, makanya ia adalah orang yang patut dicontoh. Wajar ketika Allah berfirman: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah/9: 128).
Bulan ini (Rabiul ‘Awal) merupakan bulan kelahiran Rasullah. Kita diingatkan untuk mencoba melakukan rekontruksi terhadap apa yang telah dilakukan Rasulullah Saw. Berbagai tempat baik di masjid, mushalla dan lapangan melaksanakan kegiatan dalam merayakan hari kelahiran sang Rasululah Saw tersebut.
Perayaan ini tujuannya untuk mencoba mengingatkan kita akan keteladanan Rasulullah Saw. Sosok manusia yang mampu memberi keteladanan bagi umatnya. Ia tidak hanya pandai beretorika tetapi mempraktikkannya dalam kehidupannya. Sehingga sangat pantas kalaulah ia menjadi cermin bagi umat manusia.
Apapun profesi kita hari ini kita bisa bercermin lewat Rasulullah Saw. Tidak ada yang tidak bisa kita contohkan darinya karena Rasulullah adalah manusia biasa seperti kita, karena itu keteladanan yang ia berikan bukanlah keteladanan yang ‘melangit’ tetapi keteladanan yang ‘membumi’. Artinya siapa saja bisa mencontohkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Walaupun ada sifat-sifat khususiyah yang tidak bisa kita tiru.
Di saat negara ini krisis akhlak, maka rujukan kita haruslah kepada Rasulullah Saw. Misi Rasulullah Saw adalah menyempurnakan akhlak manusia. “Innama buistu liutammimma makarimal akhlak” (Tidaklah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak). Ini artinya selain misi kenabian yang dibawa oleh Rasullah juga ia mempunyai misi yang lain yaitu menyempurnakan akhlak manusia yang waktu itu sudah berubah menjadi akhlak binatang. Ketika Islam datang maka akhlak kebinatangan yang hidup di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada waktu itu sedikit demi sedikit mulai hilang dan akhirnya ‘tercipta’ manusia-manusia yang berakahlak, tidak saja berakhlak sesama manusia juga berakhlak kepada makhluk lainnya.
Hari ini tanpa kita sadari secara berangsur-angsur nilai-nilai akhlak sudah mulai ‘terkoyak’ di negeri yang kita cintai ini. Salah satu contoh yang sering kita lihat bagaimana kondisi anak-anak muda sekarang ini yang semakin bebas bergaul tanpa batas. Tingkat kesopanan mereka terhadap yang lebih tua terkadang tidak ada lagi. Ini merupakan hal-hal yang harus diwaspadai. Bila ini dibiarkan semakin lama maka akan semakin jauhlah nilai-nilai keislaman itu berganti dengan nilai-nilai yang lebih mengedepankan kebebasan tanpa batas. Bila ini sudah terjadi, maka kita akan kembali seperti di zaman ketika Rasulullah Saw belum terlahir ke dunia ini.
Begitu juga dengan politisi kita saat ini, yang terkadang membuat narasi-narasi yang nyeleneh demi untuk pencitraan dan keterpilihan dirinya pada pemilu legislatif dan pemilu presiden. Oleh karena itu, momentum kelahiran Rasulullah Saw, tidak hanya dilakukan dalam bentuk seremonial saja, tetapi harus dimaknai secara mendasar. Artinya nilai-nilai akhlak yang dikembangkan oleh Rasulullah Saw itulah yang harus kita amalkan agar umat ini tidak lari dari apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Bulan Rabi’ul Awal tidak hanya dimaknai sebagai bulan maulid (kelahiran dari Rasulullah) semata, tetapi kita harus mampu memaknai bulan ini dalam mengenang sekaligus mencoba mengembalikan ‘semangat’ yang pernah diajarkan Rasulullah Saw dalam kehidupannya. Karena bagaimanapun Rasulullah adalah cermin kehidupan. Bila kita belajar dari cermin tersebut, insha Allah, jangankan manusia alam pun pasti akan berteman dengan kita. Mudahan-mudahan ini bisa kita lakukan.