Nabi Muhammad SAW sebagai Teladan

Oleh: Ilham Gea SPdI MPd 

NABI Muhammad SAW adalah seorang yang terpercaya dalam segala-galanya, baik tutur kata maupun perbuatannya. Beliau adalah seorang yang terpelihara dari semua bentuk perangai jahat, keji, durhaka dan zalim, bahkan beliau adalah seorang yang telah dijamin oleh Allah SWT kebahagiaan hidupnya di akhirat.

Akhlak Rasulullah SAW yang terkenal di antaranya adalah pemu­rah, tidak kikir dengan siapa saja. Berani, tidak pernah mundur di dalam kebenaran. Adil, tidak per­nah zalim di dalam memutuskan hukum. Jujur dan terpercaya sepan­jang hidupnya. Demikianlah dian­ta­ranya akhlak dan sifat-sifat Rasulullah SAW yang patut diteladani dan diikuti. Sebagai­mana Firman Allah SWT di dalam Al-qur’an surah Al-Ahzab ayat 21.

 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab : 21)

Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, ayat ini adalah dasar yang paling utama dalam perintah meneladani Rasulullah Saw, baik dalam perkataan, perbua­tan, maupun keadaannya. Oleh karena itu, Allah Ta'ala menyuruh manusia untuk meneladani Rasulullah Saw dalam hal kesaba­ran, keteguhan, ribath (terikat dengan tugas, komitmen), dan kesungguh-sungguhannya.

Ayat ini turun semasa Perang Ahzab ketika ada anggota pasukan Islam yang takut, guncang, dan hilang keberaniannya pada perang Ahzab. Allah menyuruh orang demikian meneladani Nabi Muhammad SAW dalam kesaba­ran dan keteguhan membela agama Allah.Untuk itu, Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang terguncang jiwanya, gelisah, gusar dan bimbang dalam perkara mereka pada hari Ahzaab, laqad kaana lakum fii rasuulillaaHi uswatun hasanatun (“Sesungguh­nya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”) yaitu, mengapa kalian tidak mencontoh dan mensuritauladani sifat-sifat­nya? Untuk itu Allah ber­firman: liman kaana yarjullaaHa wal yaumal aakhira wa dzakaral­laaHa katsiiraa (“yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”)

ayat di atas juga merupakan penegasan bahwa Rasulullah SAW adalah contoh yang harus kita ikuti, sebab dengan mengikuti dan men­contoh jejak dan perilaku beliau kita akan memperoleh keri­dhaan Allah dan Allah menja­min kebaha­giaan hidup kita dihari kemudian. Oleh karena itu, Ada tiga syarat yang harus dimiliki seseorang agar sanggup menjadikan Rasululllah Saw sebagai teladan hidup:

Pertama, Mengharapkan perte­muan dengan Allah Swt. Perte­muan yang bermakna dan penuh bahagia adalah ketika seseorang bertemu dengan Khaliknya. Se­buah perte­muan yang didamba oleh sebagian orang. Soalnya, perte­mua­an luar biasa ini yang akan menen­tukan nasib manusia ketika tidak lagi berada di dunia. Mereka yang memahami mak­na pertemuan itu, akan berusaha mempersiapkan be­kal yang cukup untuk menapaki jalan kebenaran dan mempermu­dah lang­kah­nya menuju Allah SWT. Bagi orang yang meng­ha­rapkan bertemu dengan Allah SWT dengan perte­muan yang indah maka dirinya harus mampu menja­dikan Rasulullah Saw sebagai teladan hidup dalam mena­paki kehidupan ini. Karena dengan menteladani Rasulullah Saw, berarti jalan untuk bertemu dengan Allah SWT dalam keadaan selamat dan bahagia dapat diwujudkan.

Kedua, Orang yang juga sang­gup menjadikan Rasulullah SAW seba­gai teladan hidup adalah orang-orang yang meyakini dengan kedatangan hari akhir. Hari akhir merupakan suatu hari yang mutlak adanya. Se­tiap ada pertemuan pasti ada perpi­sahan dan setiap ada hari awal (kela­hiran) pasti ada hari akhir (ke­ma­tian) yang menanti dengan setia. Demikianlah kehidupan ini, akan berakhir dengan kematian dan ber­lanjut terus dengan kehidupan baru dengan alam dan suasana yang ber­beda.Bagi seseorang yang me­ma­hami makna penting ini, tidak akan menyia-nyiakan kehi­dupan dunia dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan utama dalam kehi­dupannya. Pili­han ini tepat dan benar karena kebenaran risalah Rasulullah SAW yang sudah teruji dalam sejarah pan­jang kehidu­pan manusia. Rasulullah SAW telah mem­berikan gambaran utuh bagai­mana meyakini hari akhir dan mem­persiapkan bekal untuk mengha­dapi hari akhir tersebut.

Ketiga, banyak berzikir pada Allah SWT. Hal ini merupakan syarat yang harus dimiliki sese­orang, agar mampu menjadikan Rasulullah Saw sebagai teladan hidup. Zikir adalah amalan batin yang menghubungkan dirinya (jiwa dan raga) dengan Sang Khalik. Dengan berzikir seseorang hamba akan merasakan kedekatan dan dekapan Tuhannya dengan penuh mesra.Orang yang banyak berzikir pada Allah SWT, berzikir dengan senandung iman, nyanyian kecin­taan dan lantunan kerinduan yang menggetarkan jiwa maka membuat suasana indah mempe­sona. Melalui zikir seorang hamba dapat menyebut dan menyapa Kha­liknya dengan sapaan yang penuh syahdu dan membaha­gia­kan. Rasulullah SAW telah me­ngajar­kan bagaimana seha­rus­nya kita berzikir pada Allah SWT da­lam mengisi hari-hari yang penuh makna.

Dengan mengikuti tuntunan beliau, maka kita akan dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini telah Allah jelaskan dalam Alquran surah Al-An’am ayat 126-127. “dan Inilah jalan Tu­hanmu; (jalan) yang lurus. Sesung­guhnya Kami telah menje­laskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. bagi mereka (disedia­kan) darussa­lam (syurga) pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan”

Kita hidup dalam lingkungan masyarakat yang memerlukan ada­nya hubungan baik secara pribadi maupun antara masyarakat secara keseluruhannya dalam bidang peker­jaan, kegiatan sosial dan lain seba­gainya hendaknya senantiasa selalu menunjukkan sikap yang terpuji dan memelihara keluhuran budi pekerti. mari mulai dari seka­rang kita sebagai umat harus senan­tiasa menjadikan diri dan ke­priba­dian Rasulullah adalah tolak ukur akhlak kita selama menjalani hidup dan kehidupan ini. Tidak harus dengan secepatnya karena dengan cara yang bertahap sudah merupa­kan kebaikan yang mulia. Ikuti saja bagaimana Rasulullah dalam men­jalani hidup­nya sehari-hari karena sudah pasti merupakan rahmat sekalian alam,

“Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi se­mesta alam” (QS. Al-Anbiya ayat 107). Dan yang terpenting adalah keteguhan niat di dalam diri kita harus tetap ada selama usaha me­nemukan kebenaran yang hakiki. Sehingga diri kita akan dengan lancar mendapatkan hik­mah dan manfaat baik dari Allah Swt. Wallaahu A’lam.

Penulis Guru PAI PNS di SMP Negeri 1 Delitua

()

Baca Juga

Rekomendasi