Oleh: Rhinto Sustono
MEMBEDAKAN batu bacan doko dengan batu garut memang agak sulit. Namun bagi penggemar batu mulia dan para pedagang batu, hal itubukanlah masalah. Meskipun secara sepintas kedua batu itu hampir memiliki kesamaan hijaunya.
"Bagi orang awam memang sulit membedakannya. Terlebih batu bacan yang sudah berwarna kristal hijau dengan batu garut. Banyak penggemar batu, khususnya para pemula, tertipu dengan fisik kedua batu ini,” Ozi saat ditemui di arena Pameran dan Kontes Batu Akik Mulia Nusantara Piala Kapoldasu 2018, di Plaza Medan Fair, belum lama ini.
Ozi menyebut, batu bacan memiliki serat-serat khusus jika disenter. Hal itu yang membedakan bacan doko dengan batu mulia garut. Kalau yang asli, maka guratan hitam akan memudar jadi hijau. Hal lainnya untuk mengetahui keasliannya, batu bacan selalu bersertifikat.
Setidaknya ada bebebrapa jenis batu bacan yang digemari pecintan batu akik. Yakni batu bacan doko, palamea, halmahera, dan obi. Keempatnya memiliki karakteristik masing-masing.
Dinamakan batu bacan doko karena diperoleh dari daerah Doko Halmahera Selatan, Maluku Utara. Batu ini juga kerap disebut sebagai bacan cincau karena warnanya hijau tua kehitam-hitaman menyerupai warna cincau.
“Sebenarnya ada 9 warna lain yang tidak kalah indah. Tapi yang hijau inilah paling digandrungi,” ungkap Ozi yang tetap bertahan menggeluti bisnis batu akik di Rawa Bening alias Jakarta Gems Center (JGC).
Batu bacan doko memang juaranya batu akik. Batu ini memiliki kemampuan untuk menjadi kristal setelah dipakai beberapa bulan dan jika dijual, harganya akan melambung tinggi.
Dalam kontes itu, Ozi dkk selain mengandalkan akik terbaiknya di berbagai, juga menjagokan batu bacan dan batu garut. Ozi juga menunjukkan bacan andalannya, yang menurutnya memiliki harga terbaik senilai Rp600 juta.
Ada juga jenis bacan palamea. Perbedaan batu bacan palamea dengan batu bacan doko yakni pada warnanya. Jika bacan doko berwarna lebih tua, baik hijau ataupun warna lainnya, maka jenis bacan palamea ini warnanya lebih muda. “Batu bacan palamea masih mengandung banyak kapur. Karena memang batu ini masih muda,” imbuh Ozi.
Biasanya bacan palamea hanya memiliki satu warna, yakni hijau kebiruan. Meskipun batu bacan palamea ini mengandung kapur, namun seiring berjalannya waktu, batu ini juga dapat berubah menjadi kristal.
Selain kedua bacan yang terkenal dengan istilah batu akik hidup, ada juga jenis bacan obi. Batu ini sering juga disebut dengan carnelian. Dinamakan batu obi karena ditemukan di Pulau Obi. Varian warnanya bermacam-macam, ada merah, kuning, biru, dan warna lainnya.
Ciri khas batu obi ini adalah bening dan tembus pandang. Batu obi tidak memerlukan proses sebelum menjadi kristal. Makanya batu ini juga menjadi barang buruan pecinta batu akik walaupun bukan merupakan batu hidup.
Kelebihan lain dari batu obi, tingkat kekerasannya lebih tinggi dibanding jenis lainnya sehingga lebih tahan banting. Meski begitu, harganya lebih terjangkau dibanding batu bacan doko dan palamea. Satu lagi jenis bacan yang jarang dibicarakan namun mulai terkenal, yakni batu bacan Halmahera.
Ozi mengingatkan, pencinta akik agar bisa membedakan antara batu bacan, batu ijo garut, batu sungai dareh, dan jenis lumut aceh. “Khususnya batu bacan dengan batu hijau garut, keduanya sangat sulit dibedakan baik warnanya maupun kristal hijaunya.”
Meski kini pasaran akik semakin sepi, Ozi dkk tidak mempersoalkan hal tersebut. Para pelaku bisnis batu akik di Jakarta tidak pernah berhenti mengupayakan agar pasar batu akik nusantara kembali menggeliat. “Kalau ingin pasar akik di Medan tetap bertahan, mestinya setiap pecan digelar pameran dan kontes seperti yang kami lakukan di Jakarta,” tandasnya.