Dianggap Kontroversial

Sepuluh Buku Dilarang Beredar Abad 21

SEJARAH pelarangan buku sudah terjadi sejak berabad-abad silam. Di zaman modern, keben­cian terhadap buku khususnya yang berbau kontroversi sering­kali diekspresikan dalam beragam bentuk, mulai dari pelarangan dan sensor hingga menghancurkan fisik buku tersebut.

Berikut beberapa buku yang telah dilarang di abad ke-21 seperti dikutip dari laman listverse.com:

1. The Peaceful Pill Hand­book (Philip Nits­chke)

“The Peaceful Pill Handbook” tidak berhubungan dengan politik, seks, atau rahasia pemerintah. Na­mun, ini berbicara tentang bunuh diri.

Lebih khusus lagi, buku ini menjelaskan bagaimana seorang individu mungkin memilih cara terbaik untuk bunuh diri dan mendiskusikan sejumlah pilihan, termasuk overdosis insulin atau opioid.

Di banyak negara, bunuh diri ada­lah tindakan ilegal. Tetapi Philip Nitschke, penulis buku itu, berpendapat bahwa orang memi­liki hak atas hidup mereka sendiri, termasuk pilihan kapan harus mengakhiri hidup mereka.

2. Fifty Shades Trilogy (E. L. James)

Fifty Shades of Grey adalah novel yang menceritakan hubung­an antara seorang mahasiswa muda dan seorang CEO kaya. Buku ini dikotori dengan adegan seks eksplisit.

Banyak kelompok konservatif juga memberi respons negatif terhadap keberadaaan novel ini terutama me­ngenai bagaimana isinya yang dikhawatirkan akan memengaruhi perilaku remaja yang lebih muda dan orang dewasa.

Banyak perpustakaan umum dan universitas di Amerika Serikat (AS) telah menolak untuk menyimpan buku ini karena me­nganggapnya "Pornografi."

Sejumlah negara, seperti Malaysia, telah melarang seluruh seri serta adaptasi film dari buku kontroversial ini karena dianggap sebagai "ancaman terhadap moralitas,"

3. Into The River (Ted Dawe)

Novel “Into the River” adalah kisah seorang bocah remaja Suku Maori yang harus menghadapi perubahan mendadak dari kehi­dupannya yang tenang di pede­saan untuk bersekolah di kota.

Buku ini menggambarkan semua pengalaman anak laki-laki - baik, buruk, dan di antara ke­duanya.

Di antara pengalaman-penga­laman ini adalah penggunaan narkoba dan hubungan seksual. Adegan-adegan itu menyebabkan banyak kalangan khu­sus­nya ka­langan konservatif menolak keberadaan buku tersebut.

Dewan Review Film dan Literatur Selandia Baru dengan cepat merespons polemik ini dan mengeluarkan pelarangan pada buku itu. Namun semua pemba­tasan terhadap buku ini dicabut pada 2015.

4. The King Never Smiles (Paul M. Handley)

Sebelum kematiannya pada Oktober 2016, Raja Thailand Bhumibol Adulyadej ditahbiskan sebagai raja paling lama berkuasa di dunia.

Selama ini dia mena­namkan citra sebagai orang yang baik hati serta tidak tertarik dalam politik. Namun, dalam buku biografi “The King Never Smiles” karya penulis dan jurnalis Paul M. Handley memberi perspektif berbeda.

Dalam buku ini dicerita­kan bahwa Bhumibol sebenarnya lebih suka menjaga ketertiban atas demokrasi lebih lanjut.

Penerbit buku ini, Yale Univ­ersity Press, sempat ditekan pe­merintah Thailand untuk tidak merilis buku ini. Meskipun de­mikian, “The King Never Smiles” tetap dirilis pada 2006. Sontak pemerintah Thailand menge­luar­­kan larangan terhadap peredaran buku ini.

5. Operation Dark Heart (Anthony Shaffer)

Memoar “Operation Dark Heart” menceritakan seorang tentara Angkatan Darat AS An­thony Shaffer yang memimpin tim black-ops di Afghanistan pada 2003.

Ketika berusaha menerbitkan buku itu, Shaffer meminta izin kepada Angkatan Darat untuk memastikan bahwa materi yang termasuk dalam buku itu tidak memicu kontroversi.

Dia menerbitkan buku itu pada 31 Agustus 2010. Tiga badan in­telijen pemerintah (Badan Inte­lijen Pertahanan, NSA, dan CIA) memutuskan bahwa buku itu berisi banyak informasi sensitif.

Pada 20 September 2010, Departemen Pertahanan AS telah menghabiskan lebih USD47.000 untuk membeli dan menghan­curkan 9.500 eksemplar dari buku ini.

6. The Da Vinci Code (Dan Brown)

Novel Da Vinci Code terjual sekitar 80 juta eksemplar di seluruh dunia dan menjadikan buku ini sebagai salah satu novel terlaris di dunia.

Da Vinci Code mengikuti seorang simbolis dan ahli crypto­logi ketika mereka mencoba mengungkap rahasia-rahasia sebuah kode kuno.

Buku berkisah tentang tokoh-tokoh yang menemukan rahasia gelap yang disembunyikan oleh Gereja Katolik selama berabad-abad khususnya menyoroti soal keilahian Kristus.

Novel ini juga mengkritik Vatikan bahwa mereka hidup da­lam suatu kepalsuan namun tetap bertahan demi mempertahankan.

7. The Cover-Up General (Edwin Giltay)

Diterbitkan pada 2014, buku ini menjelaskan pengalaman penulis Edwin Giltay terkait upaya pemerintah Belanda menutup-nutupi pembantaian Srebrenica, konflik Perang Bosnia di mana lebih 8.000 pria dan anak lelaki militer dibunuh secara keji.

Pada 2015, seorang mata-mata Belanda mengklaim bahwa dia adalah salah diwakili dalam buku ini. Belakangan, buku itu dilarang di Belanda berdasarkan perintah penga­dilan.

Giltay ditolak memberikan informasi palsu, dan pada 2016 larangan itu dicabut Penga­dilan Banding Den Haag, salah satu dari lima pengadilan banding di Belanda.

8. Love Comes Later (Mo­hanalakshmi Raja­ku­mar)

Love Comes Later adalah no­vel karya Mohanalakshmi Raja­kumar, seorang profesor bahasa Inggris di sebuah universitas di Qatar.

Novel ini menceritakan kisah seorang pria Qatar yang bertu­nangan dengan sepupunya sete­lah istri pertamanya meninggal. Upaya keduanya memperjuang­kan cinta menjadi salah satu kon­flik kunci dalam buku ini.

Hingga pada satu titik, si pria mencium wanita yang bukan tunangannya. Inilah alasan me­ngapa banyak orang menduga bu­ku itu dilarang meskipun peme­rintah gagal memberikan alasan apa pun atas putusan mereka.

Rajakumar menawarkan diri untuk merevisi bagian-bagian buku yang bermasalah, tetapi dia tidak menerima balasan dari pemerintah Qatar.

9. Persepolis (Marjane Satrapi)

Persepolis adalah memoar Marjane Satrapi yang mencerita­kan kehidupannya saat Revolusi Iran. Buku Persepolis dilarang beredar di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS).

Dalam buku itu, tergambar bagaimana relasi AS dan Iran sebelum revolusi Iran terjadi.

10. You: An Introduction (Michael Jensen)

Pendidikan seks adalah topik yang sangat kontroversial. Secara tradisional, organisasi-organisasi keagamaan telah berada di sisi konservatif terkait tema ini.

Buku ini dibuat untuk menja­wab beberapa pertanyaan umum yang ditanyakan orang dewasa seperti siapa mereka atau apa tu­juan mereka, dari perspektif Alkitab.

Ditulis Michael Jensen, buku ini adalah bagian dari SRE (Pendidikan Agama Khusus ) di New South Wales sebelum di­hentikan Departemen Pendidikan dan Komunitas (DEC) Australia pada 2015. DEC mengutip kebijakan departemen sebagai alasan pelarangan buku ini. (ozc/listvc/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi