Kondisi ini tidak sama untuk semua orang, selalu berbeda. Ada yang mengatakan dirinya seperti bergerak, ada yang mengatakan mual pada lambung dan lainnya. Ketika berkendaraan otak manusia merespons kondisi yang sedang dialami tetapi tubuh tidak merespon maka muncul mabuk. Bila otak manusia merespons dan tubuh ikut merespons maka tidak terjadi mabuk.
Mabuk di kendaraan ketika melakukan perjalanan terjadi bila informasi yang dikirim sistem vestibular (pusat keseimbangan tubuh di telinga bagian dalam) dan informasi yang dikirim indera penglihatan tidak direspons dengan baik maka mengalami gangguan pada kerja otak.
Penyebabnya karena adanya ketidaksesuaian informasi yang dikirimkan dua indra tubuh sehingga otak kurang sempurna meresponsnya. Akibatnya menimbulkan reaksi mual atau muntah. Dalam rongga telinga ada tiga kanal berisi cairan yang disebut labirin. Masing-masing kanal memiliki arah lingkar berbeda.
Biasanya ketika kepala digerakkan maka cairan di dalamnya ikut bergerak. Cairan tersebut akan menginformasikan ke arah mana kepala bergerak. Bila informasi yang disampaikan telinga dalam dan mata ke otak berbeda akan menimbulkan mual.
Hal ini tidak dialami semua orang, hanya orang tertentu saja misalnya penderita vertigo dan migrain. Namun, tidak mutlak penderita vertigo dan migrain otomatis akan mabuk ketika berkendaraan. Faktor psikologis seperti rasa cemas, takut dan traumatis terhadap kendaraan yang ditumpangi bisa memicu mabuk perjalanan. Tidak heran orang selalu mengatakan bila menaikan mobil tertentu akan mabuk.
Untuk itu bisa dialihkan rasa mual dengan mendengarkan musik yang disenangi. Bernyanyi ria, dengan begitu perasaan gembira tercipta dan rasa mual bisa hilang. Aktivitas memutar musik favorit, mengajak bernyanyi orang-orang yang ada dalam kendaraan atau mengobrol santai sehingga tidak muncul rasa bosan, rasa jenuh. Cara ini dapat mengurangi cemas dan tegang selama dalam perjalanan yang akhirnya bisa memicu mabuk.
Soal rasa juga terbukti orang bisa tidak mabuk tergantung dari supir yang mengemudikan kendaraan. Bila supirnya Si A akan mabuk, tetapi jika supirnya Si B tidak mabuk. Cara atau gaya supir mengemudikan kendaraan tidak sama untuk semua supir. Ada supir yang mengemudi ugal-ugalan sehingga laju kendaraan tidak stabil dan itu memicu mual dan mabuk.
Dulu para orangtua selalu berpesan sebelum berpergian atau berkendaraan harus makan, jangan perut dalam kondisi kosong. Untuk itu makanlah secukupnya. Pilih makanan sehat dan hindari bisa memicu mual seperti makanan banyak mengandung santan, berbumbu dan berlemak. Hindari kondisi perut kosong dan perut kembung, terutama bila perjalanan yang ditempuh dalam waktu lama. Perut kosong akan membuat iritasi lambung dan merangsang refleks mual.
Perlakuan Fisik dan Non-Fisik
Mabuk ketika berkendaraan dipicu faktor psikologis dan faktor fisik yakni ketika kondisi tubuh atau kesehatan yang tidak prima ketika berkendaraan bisa mabuk. Kondisi tubuh (fisik) berkorelasi dengan kondisi non-fisik seperti kondisi tempat duduk yang berpengaruh kepada goncangan.
Posisi duduk pada setiap kendaraan berbeda. Duduk dekat jendela dan menghadap ke depan, hindari duduk menghadap ke belakang. Bila duduk dibelakang tentu goyangan lebih besar. Ketika duduk usahakan kepala tidak banyak bergoyang dan sedapatnya tercekap pada sandaran kursi. Dalam posisi duduk diupayakan tubuh tidak terkejut ketika menerima goyangan ketika kendaraan berbelok.
Caranya ikuti gerak belok mobil dengan santai. Selama perjalanan usaha perhatikan jalan di depan. Pusatkan perhatian jauh ke depan ke arah pemandangan atau benda yang tidak bergerak. Bagi yang mabuk usahakan tidak melihat ke kiri atau ke kanan melihat pemandangan sebab bisa memicu mabuk perjalanan.
Bila cara fisik dan non-fisik belum juga bisa mengatasi mabuk di perjalanan maka diberikan minuman menghangatkan tubuh seperti minuman mengandung jahe. Dari beberapa penelitian tercatat bahwa kandungan senyawa 6-gingerols dan galanolactone pada jahe mampu mencegah timbulnya mual dan muntah.
Hal itu karena komponen utama pada jahe (zingiberol) dapat mengatasi mual. Berikan air seduhan jahe yang dicampur dengan madu. Sebaiknya diminum satu jam sebelum berangkat. Kemudian diminum juga selama perjalanan yakni tiap satu jam sekali agar air seduhan jahe tersebut membuat hangat dan nyaman pada tubuh.
Namun, bila dengan memberikan minuman menghangatkan tubuh juga masih mabuk boleh diberikan obat anti mabuk perjalanan. Hal ini langkah terakhir sebab pemberian obat anti mabuk dikhawatirkan menjadi ketergantungan terhadap obat karena sesungguhnya mabuk berkendaraan bukan merupakan penyakit. Obat anti mabuk yang dianjurkan masuk golongan Antihistamin Dimenhidrinat.
Mabuk di perjalanan sesungguhnya masalah psikologis orang yang berkendaraan maka dari itu hal yang perlu diperhatikan adalah faktor pencetus mabuk atau rasa mual selama perjalanan seperti kondisi kendaraan yang kurang nyaman menurut orang yang mabuk. Hal itu karena kondisi kenderaan nyaman atau tidak tergantung dari orang yang mempergunakannya, tidak ada standar yang berlaku umum. Hal ini membuktinya dominan masalah perasaan, perilaku.
Faktor pencetus lainnya seperti aroma parfum kendaraan terlalu kuat. Hal ini juga tergantung dari orang yang mempergunakan kendaraan itu, tidak ada standar umum. Faktor kurangnya sirkulasi oksigen, juga tergantung dari orang yang mempergunakan kendaraan maka ada orang yang suka angin bebas masuk atau banyak angin masuk ke dalam kendaraan, kaca mobil dibuka lebar-lebar.
Namun banyak juga orang justru sebaliknya tidak suka angin banyak masuk ke dalam kendaraan bisa membuat rasa mual. Kesemuanya itu masalah psikologis dari yang mempergunakan kendaraan. Artinya, mabuk ketika berkendaraan lebih dominan dari rasa, perasaan dari setiap orang, tidak sama untuk semua orang sehingga masalah perilaku atau psikologis.
(Penulis alumni Fakultas Psikologi UMA Medan, pemerhati masalah psikologi kesehatan masyarakat)