Siak, (Analisa). Bupati Siak yang juga Gubernur Riau terpilih H Syamsuar MSi menghadiri panen perdana kebun sawit rakyat hasil peremajaan atau replanting di Desa Delima Jaya, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak, Selasa (4/12).
Panen kebun sawit milik masyarakat yang tergabung dalam Koperasi Unit Desa (KUD) Mulus Rahayu dari hasil peremajaan kebun ini, merupakan yang perdana di Indonesia.
Panen perdana kebun replanting itu ditandai pendodosan buah tandan kelapa sawit oleh Bupati Siak Syamsuar.
Dalam sambutannya, Syamsuar menyampaikan apresiasi kepada para petani atas tekad dan kerja keras untuk meremajakan kebun sawit agar memperoleh produktivitas yang lebih baik.
“Saya mendorong para petani lain yang kebun sawitnya sudah tidak produktif untuk mempertimbangkan dan tidak ragu melakukan peremajaan kebun sawit,’’ tuturnya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak juga menyampaikan apresiasi terhadap Asian Agri yang telah menjadi mitra KUD Mulus Rahayu dalam mendukung tahap demi tahap peremajaan kebun sawit milik petani plasmanya itu.
Dalam meremajakan kebunnya, para petani KUD Mulus Rahayu menanam bibit unggul Topaz yang berpotensi meningkatkan produktivitas secara signifikan dibandingkan dengan bibit sawit pada umumnya.
Penggunaan bibit unggul dalam peremajaan kebun sawit merupakan hal yang penting untuk menentukan keberhasilan program.
Head of Plantation Asian Agri, Omri Samosir menyampaikan, kemitraan pihaknya bersama petani plasma telah berlangsung lebih dari 30 tahun. Program peremajaan kebun kelapa sawit ini merupakan komitmen untuk mendorong kesejahteraan petani-petani lainnya.
Hingga saat ini pihaknya telah bekerja sama dengan para petani plasma dan swadaya yang mengelola 96.000 hektare kebun kelapa sawit rakyat di Riau, Jambi, dan Sumatera Utara.
Pawito Saring, Ketua KUD Mulus Rahayu menyampaikan ungkapan syukurnya atas keberhasilan koperasi petani yang dipimpinnya melewati masa peremajaan.
Diakuinya, sebelum melakukan proses peremajaan kebun, timbul kekhawatiran ketika harus menghadapi masa tunggu, dimana pendapatan berkurang karena tanaman belum menghasilkan.
Namun melalui kemitraan dengan perusahaan, selain memperoleh bantuan dan pendampingan dalam masa persiapan hingga proses peremajaan, pihaknya mendapatkan pelatihan ekonomi alternatif.
“Seperti usaha ternak ikan patin yang kami jalankan, sehingga penghasilan kami tetap terjaga hingga saat ini,” pungkasnya. (dw)