Perpaduan Arsitektur Modern dan Tradisional

Oleh: Rhinto Sustono.

KEKINIAN menjadi hal lumrah adanya konsep bangunan, baik untuk hunian maupun hotel yang menerapkan gaya arsiektur tradisional berbalut modern, atau sebaliknya. Semakin jamak pula, perpaduan kedua gaya arsitektur ini dinilai menyimpan sisi artistik tersendiri.

Perpaduan arsitektur modern-tradisional ini bisa ditilik dari aspek bentuk desainnya, bisa juga dicirikan dengan kekhasan ornamen tradisional yang diterapkan, pun material yang digunakan. Ornamen tradisional ini tentu mengadopsi karakter budaya lokal tertentu. Untuk di kawasan Medan dan sekitarnya, tentu karakter Melayu lebih dominan.

Kecuali menerapkan kekhasan ornamen etnis, arsitektur modern-tradisional juga bisa dibangun dari renovasi hunian tradisional murni yang dilengkapi aspek modern. Sayangnya, demikian banyak bangunan tradisional di Medan berubah bentuk menjadi bangunan modern tanpa meninggalkan sedikit pun karakter tradisionalnya.

Padahal jika mau menyiasati, gaya tradisional yang selalu dianggap kuno dan ketinggalan zaman, bisa dipercantik dan menjadi hunian elegan jika mampu menga­win­kannya dengan sedikit sentuhan modern. Sentuhan modern ini bisa  lewat permainan ornamen dan pewarnaan.

Belum lama ini, ada sebuah rumah tradisional Melayu di Medan yang dibangun sejak 1920-an yang disulap menjadi bangunan kantor bergaya modern-tradisional. Bahkan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) memberikan IAI Awards 2018 dalam kategori pelestarian. Kini bangunan tersebut digunakan sebagai kantor.

Memang tidak mudah untuk bisa mewujudkan sebuah rumah panggung (tradisional) berdinding bata yang mendapat sentuhan modern. Agar bisa tahan lama, sentuhan memperkuat keutuhan bangunan pun harus dilakukan, termasuk merubah desain sejumlah ruangan sesuai fungsi yang diinginkan.

Banyaknya faktor kesulitan yang kerap dihadapi, sehingga sangat langka hunian rumah tinggal yang mengaplikasikan gaya modern-tradisonal ini. Selain perkantoran, adaptasi kedua gaya arsitektur ini  kerap ditemukan pada bangunan hotel.

Samosir Villa Resort misalnya, menyuguhkan sentuhan tradisional yang kental dengan interior kamar bergaya modern. Persis menghadap lanskap Danau Toba, bangunan modern-tradisional ini menjadi elegan karena menyatu dengan keaslian alam dan tempat ornamen tradisional Batak Toba yang diterapkan pada bangunan tersebut.

Tak hanya pada kamar huniannya, gaya tradisional juga kental pada desain bangunan layaknya menara penatapan yang mudah diakses dari berbagai sudut di kompleks vila tersebut. Sentuhan modern pada ruang terbukanya, juga disempurnakan dengan kolam renang yang mengemas material kekinian.  

Di Jawa, beberapa bangunan yang bisa mewakilkan perkawinan kedua gaya arsitektur ini, jamak ditemukan. Dengan nuansa Jawa yang sangat kental terihat, Solo memiliki banyak hotel berarsitektur modern-tradisional.

Mirip Joglo

Tidak hanya bentuk bangunannya, bahkan suasana yang disuguhkan juga benar-benar bernuansa Jawa. The Margang­sa Hotel adalah salah satunya. Tampak depannya, bangunan hotelnya tidak bertingkat layaknya bentuk bangunan modern. Sepintas lebih mirip bangunan rumah khas Jawa, joglo.

Lebih jelas lagi, hampir sejumlah kantor pemerinthan di Provinsi Sumatera Barat bergaya khas. Krakter gaya bangunan tradisonal lokal menyatu  dengan desain modern. Tak heran, meski mulai dibangun pada 1961, Kantor Gubernur Sumbar yang berlantai empat itu sudah menerapkan konsep modern-tradisional. Hingga akhirnya renovasi dilakukan pascagempa Padang, 2009.

Hal mencolok usai renovasi, adanya perubahan pewarnaan yang justru memperkuat tampilan baru berdi­mensi sangat lokal. Masyarakat Minang mahfum dengan tigo tunggu sajarangan (3 warna), yang lazim digunakan pada marawa (bendera/umbul-umbul) – sebagai simbol dari alim ulama (hitam), niniak mamak (kuning), dan cadiak pandai (merah).

Kecuali kantor kepala daerah, karakter gaya modern-tradisional juga banyak diterapkan pada sejumlah bangunan perkantoran lainnya di Sumatera Barat. Misalnya pada Gedung DPRD Provinsi Sumbar, Gedung Kejaksaan Negeri Padang, bahkan pada konsep desain rumah makan.

Di sebuah gerai rumah makan, di Jakarta,  ada perpaduan konsep modern-tradisional yang juga unik. Kesan modern terpatri sepintas melihat, hampir semua desain fasadnya dirancang tak simetris dengan permainan bentuk yang dinamis dan atraktif. Desain fasad bangunannya dirancang dengan konsep yang tidak biasa.

Hal paling menarik dan selalu mencolok dari fasad restoran ini, yakni tampilan elemen batik yang terpajang di fasad depan bangunan.  Jika di fasadnya batik dihadirkan sebagai aksen, pada interiornya elemen batik dihadirkan sebagai konsep interior yang menyeluruh. Mulai aksesori dinding,  kap lampu, sarung bantal di kursinya, hingga aksen interior lainnya.

Tak kalah elegan, restoran bambu Jardin De Mexico, selain menyuguhkan fasad interior modern-tradisional dengan bahan ramah lingkungan, ternyata interiornya juga menakjubkan. Meja dan sofa bambu yang melengkapi interiornya mungkin terlihat biasa. Tapi kalau melihat pilar dan langit-langitnya, sungguh luar biasa.

Antara konsep arsitektur modern dan tradisional bukanlah suatu konsep yang harus dibenturkan. Sebaliknya, jika kedua gaya arsitektur ini digabungkan sesuai kebutuhan dan fungsinya, maka justru melahirkan kekhasan tak ternilai.

()

Baca Juga

Rekomendasi