Aku Benci Tanggal itu dan Hujan

Oleh: Mutiara Elizabeth

NAMAKU Tanisha Putri, aku duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dan sekarang usiaku memasuki usia ke 14. Aku anak ke dua dari tiga bersaudara. Pada saat itu, papa ku mengambil cuti untuk berlibur denganku dan keluarga.

Tepat di tanggal dan hari itu, aku pergi bersama keluargaku. Semua rencana sudah tersusun dengan baik dan tempat yang menjadi tujuan kami berlibur. Perjalanan ini memakan waktu yang cukup lama. Kegiatanku di perjalanan ini hanya tidur dan memakan cemilan yang dibeli mama.

Hari ini hari yang paling menyenangkan bagi aku dan keluargaku. Karena saat ini kami sedang menikmati pemandangan yang indah yang tuhan ciptakan untuk dilihat manusia. Sudah hampir empat jam kami berada di tempat yang bagus ini. Langit sudah menampakkan warna ke merah-merahan yang sering disebut orang sunset

Ya, sekarang kami sudah di perjalanan hendak pulang, tapi sebelum pulang, papa mengajak kami membeli souvenir dan di saat itu papa memberi satu buah gelang warna cokelat kepadaku. Papa berpesan kepadaku untuk selalu menjaga gelang yang diberikannya itu.

Setelah puas dengan liburanku dan papa, tak terasa sudah waktunya papa pulang dan kembali bekerja. Aku dan mama ikut mengantarkan papa ke bandara dan menunggu keberangkatan papa. Setelah sampai mengantarkan papa ke ruang tunggu, aku dan mama beranjak pergi dari bandara.

Saat di perjalanan hendak pulang, papa menelpon mama dan ingin berbicara kepadaku dan menyampaikan pesan yang sama saat di tempat souvenir waktu itu. Papa mengatakannya dengan tenang.

“Tolong jaga gelang pemberian papa, simpan dan letakkan di tempat yang aman ya, Tanisha,” kata papa.

Setelah itu papa berpamitan padaku untuk pergi, karena pesawat akan segera take off. Setelah berpamitan dan memberikan pesan itu padaku dan mama. Sambungan telepon terputus, itu tandanya papa sudah di dalam pesawat dan pesawat yang dinaikinya telah berangkat.

10 menit kemudian awan berubah menjagi gelap yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan, perasaanku tidak tenang, karena aku tahu pesawat yang sedang di naiki papa berada di atas awan. Tidak lama setelah itu bulir-bulir air jatuh membasahi bumi dan menumpahkan semuanya. Perasaanku sekarang semakin tidak tenang karena aku tahu cuaca buruk dapat mengganggu penerbangan yang sedang berlangsung.

Setelah sampai di rumah, pikiranku terus tidak enak dan mempunyai perasaan buruk tentang pesawat papaku. Pada saat aku menyalakan televisi, dugaanku benar. Pesawat yang papa naiki terkena musibah, pesawat yang dinaiki papa jatuh dan belum ada keterangan apapun.

Dari saat itu aku membenci tanggal di mana pesawat yang dinaiki papa ku jatuh dan dari sana aku juga membenci hujan yang jatuh membasahi bumi.***

(Penulis adalah siswi kelas VIII-4 SMP Negeri 7 Medan)

()

Baca Juga

Rekomendasi