BANYAK orang sudah kenal betul dengan apa yang namanya Segitiga Bermuda, jalur laut maut dan terkenal angker di lepas pantai Florida, dimana banyak kapal dan pesawat yang melintas di kawasan itu hilang tanpa jejak.
Ternyata ada satu lagi yang kurang terekspos barang kali, yang bahkan lebih maut adalah rekannya Segitiga Bermuda di Pasifik, yakni “Devil’s Sea”, juga dikenal sebagai “Dragon Triangle”(Segitiga Naga).
Terletak tidak jauh dari pesisir pantai Jepang yang menghadap Samudra Pasifik, terbentang sebuah kawasan misterius yang disebut sebagai Segitiga Bermuda versi Asia yang fenomenal.
Kawasan misterius tersebut dijuluki Segitiga Naga, yang merujuk pada garis imajiner berbentuk segitiga yang menghubungkan Kepulauan Jepang, Taiwan, dan Kepulauan Bonin di utara Laut Filipina.
Pemberian nama Segitiga Naga konon berasal dari sebuah legenda di tengah masyarakat Tiongkok tahun 1000 Sebelum Masehi. Menurut legenda dikisahkan bahwa seekor naga hidup di istana bawah laut.
Naga tersebut diyakini menguasai wilayah perairan terkait, dan disebut akan menelan siapa saja yang dianggap mengganggunya. Mitos tersebut kemudian dipercaya sebagai alasan di balik terjadinya berbagai kasus kehilangan dan kecelakaan di perairan tersebut.
Seperti halnya misteri yang melingkupi Segitiga Bermuda, kawasan perairan Segitiga Naga juga dianggap sebagai penyebab kapal dan pesawat hilang sejak era pasca-berakhirnya Perang Dunia II.
Pada 1955 silam, pemerintah Jepang sempat mengirim sekelompok ahli untuk melakukan penelitian menggunakan sebuah kapal bernama Kawamaru. Namun nahas, bukannya membawa jawaban, kapal Kawamaru justru bernasib sama, hilang tanpa jejak di perairan Segitiga Naga.
Banyak pendapat yang mengatakan kawasan ini mampu membuat siapa pun melintas di atasnya, terperangkap dalam pusaran waktu yang aneh, seperti yang sering terjadi Segitiga Bermuda.
Alat-alat elektronik juga dilaporkan tidak berfungsi ketika berlayar atau terbang mendekati Segitiga Naga.
Segitiga Naga juga disebut menjadi penyebab utamanya hilangnya pilot wanita pertama yang berambisi mengelilingi Bumi, yakni Amelia Earhart asal Amerika Serikat (AS).
Segitiga Naga dianggap oleh banyak masyarakat di Asia Timur seperti di Tiongkok, Jepang, dan Taiwan sebagai pusat kerajaan mistis terbesar. Kerajaan mistis ini diyakini dipimpin sesosok jin berwujud naga.
Kerajaan mistis terkait dianggap sebagai sebuah komunitas gaib yang sangat protektif terhadap wilayahnya. Bahkan, kontak dengan manusia pun hampir tidak pernah disebut dalam berbagai kisah dan mitos rakyat setempat.
Gelombang magnetis
Eksistensi Segitiga Naga selalu diceritakan sebagai pusaran energi negatif yang mengancam keamanan hidup umat manusia.
Menariknya, ada pula legenda yang mengatakan bahwa Segitiga Naga sejatinya adalah semacam penjara yang dibuat oleh sesosok orang suci untuk menghukum kekuatan jahat, yang dalam hal ini adalah seekor naga raksasa.
Yu, nama orang suci itu, merupakan sosok yang sangat melegenda di tengah masyarakat Tiongkok, dan diyakini hidup pada tahun 2205 hingga 2197 SM. Dia diyakini sebagai manusia setengah dewa yang diamanahkan untuk menyelamatkan Bumi dari kegelapan.
Melalui perang hebat selama bertahun-tahun, Yu akhirnya mampu mengalahkan kekuatan gelap dan membuangnya jauh dari daratan Tiongkok. Khalayak pun kemudian mengaitkan Segitiga Naga sebagai tempat "kurungan" kekuatan gelap tersebut.
Dalam pembahasan dunia modern, misteri yang melingkupi Segitiga Naga jarang diangkat seperti halnya Segitiga Bermuda.
Ada yang menyebut alasannya karena kawasan tersebut memiliki sedikit laporan kehilangan. Ada pula yang beranggapan karena wilayah perairan misterius tersebut jauh dari daratan Benua Asia dan pulau-pulau utama di kawasan Timur Jauh.
Hanya satu penelitian yang pernah dilakukan di Segitiga Naga oleh seorang peneliti asal AS bernama Terrence Sanderson.
Sanderson berpendapat bahwa sebagian besar segitiga-segitiga misterius memiliki satu kemiripan, yakni berlokasi di tempat pertemuan arus panas dan arus dingin.
Hal ini, menurutnya, memicu terjadinya pusaran air raksasa akibat gelombang magnetis yang disebabkan pertemuan perairan suhu panas dan suhu dingin yang ekstrem.
Namun, oleh banyak peneliti, teori yang diajukan oleh Sanderson tidak bisa menjelaskan secara pasti penyebab Segitiga Naga menjadi begitu misterius.
Teori itu juga gagal menjawab pertanyaan seputar alasan mengenai kapal-kapal yang berlayar tanpa keberadaan satu awak dan penumpang di dalamnya. (bms/msc/ptc/es)