Kentaur, dalam mitologi Yunani, kentaur atau Hippokentaur adalah makhluk yang berwujud setengah manusia setengah kuda. Dalam lukisan vas Attika dan Boiotia awal, kentaur digambarkan berupa bagian belakang kuda yang menyatu dengan tubuh manusia yang utuh.
Sementara dalam perkembangan selanjutnya, penggambaran kentaur adalah bagian tubuh manusia (dari kepala sampai pinggang) yanng menyatu dengan gumba kuda.
Komposisi setengah-manusia dan setengah-hewan ini telah membuat banyak penulis menganggap kentaur sebagai makhluk liminal, berada di antara dua sifat, diceritakan dalam mitos yang berlawanan, baik sebagai perwujudan dari alam liar, seperti ketika para kentaur berperang dengan suku Lapith, atau sebaliknya sebagai guru, contohnya Kheiron.
Kentaur biasanya disebut terlahir dari hubungan Iksion dan Nefele (dewi awan yang dibuat sesuai wujud Hera). Versi lainnya adalah bahwa ras kentaur merupakan keturunan Kentauros, yang berhubungan seksual dengan kuda-kuda betina di Magnesia.
Kentauros sendiri kemungkinan adalah putra Iksion dan Nefele atau putra Apollo dan Stilbe, putri dewa sungai Peneus.
Dalam versi yang kedua, Kentauros memiliki saudara bernama Lapithos, leluhur suku Lapith. Dengan demikian, ras kentaur dan suku Lapith, yang bermusuhan, masih merupakan saudara.
Kentaur dikatakan menghuni daerah Magnesia dan Gunung Pelion di Thessalia, hutan ek Foloi di Elis, dan semenanjung Maleia di Lakonia selatan.
Kentaur muncul secara individual atau berkelompok dalam kisah-kisah Yunani kuno, seperti pada kisah penculikan Deianeira oleh Nessos dan kisah perkawinan Pirithous. Kentaur individual yang terkenal adalah Nessos, Kheiron, Folos, Eurition. Banyak kentaur yang muncul dalam kisah Herakles.
Kata kentauros dalam bahasa Yunani secara umum dianggap memiliki asal usul yang tidak jelas. Etimologi dari ken - tauros, “banteng yang menusuk-pelekat” merupakan sebuah pendapat yang Euhemeris dari Palaifatos dalam karyanya, Dalam Kisah-kisah Luar Biasa: para pemanah berkuda dari desa yang disebut Nefele membunuh sekawanan banteng yang mengganggu kerajaan Iksion.
Kemungkinan asal kata lainnya dari kentauros adalah “pembunuh banteng”. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa bangsa Yunani mengadopsi rasi bintang Centaurus dan juga namanya “banteng yang menusuk”, dari Mesopotamia.
Di sana, rasi bintang itu merupakan simbol dewa Baal yang melambangkan hujan dan kesuburan. Dia bertarung melawan iblis Mot, yang melambangkan kekeringan di musim panas, dan dengan tanduknya Baal “menusuk” Mot.
Di Yunani, rasi bintang Centaurus diamati oleh Eudoksos dari Knidos pada abad keempat SM dan oleh Aratos pada abad ketiga.
Asal usul
Teori paling umum mengenai asal usul legenda kentaur adalah bahwa legenda tersebut muncul atas reaksi dari bangsa yang bukan penunggang kuda, seperti dunia Aigea Minoa, terhadap kaum nomad yang menunggang kuda.
Teori ini menyatakan bahwa para penunggang kuda pada awalnya dilihat sebagai makhluk setengah manusia setengah kuda. Bernal Diaz del Castillo melaporkan bahwa salah tafsir semacam ini pernah terjadi ketika bangsa Aztek pertama kali melihat para penunggang kuda Spanyol. Budaya penjinakkan kuda sendiri dimulai pertama kali di padang stepa selatan di Asia Tengah, kemungkinan di Kazakhstan modern.
Suku Lapith di Thessalia, yang masih merupakan sanak famili kentaur, digambarkan oleh para penulis Yunani kuno sebagai penemu kebudayaan menunggang kuda. Suku-suku di Thessalia juga mengklaim bahwa kuda-kuda mereka merupakan keturunan dari para kentaur.
Dari berbagai penulis Yunani klasik yang menyebutkan tentang kentaur, Pindaros adalah yang pertama kali menggambarkan suatu monster campuran.
Para penulis sebelumnya (Homeros) hanya menggunakan kata-kata semacam pheres (bandingkan dengan theres, “hewan buas”). yang juga bisa bermakna “orang biadab yang menunggangi kuda”. Namun penggambaran kentaur hibrida dari masa yang sama dapat ditemukan dalam seni Yunani arkais.
Lucretius dalam sajak filsafatnya De rerum natura (abad pertama SM) menolak keberadaan kentaur berdasarkan tingkat pertumbuhan mereka yang berbeda. Dia menyatakan bahwa pada usia tiga tahun, kuda ada pada masa utama hidup mereka sedangkan manusia berusia tiga tahun tidak lebih dari bayi mungil, sehingga tidak mungkin ada makhluk campuran manusia dan kuda.
Bidadari
Robert Graves (mengandalkan karya Georges Dumezil yang berpendapat bahwa legenda kentaur berasal dari bidadara India) berspkelusasi bahwa kentaur hanya samar-samar diingat, dan kemungkinan berasal dari kultus persaudaraan bumi pra-Hellen yang menggunakan totem kuda.
Teori serupa juga terdapat dalam The Bull from the Sea karya Mary Renault. Kinnara, makhluk berwujud setengah burung setengah manusia dari mitologi India, muncul dalam berbagai naskah kuno, seni dan juga patung serta relief di seluruh India. Makhluk tersebut digambarkan sebagai seekor burung dengan torso manusia di tempat kepala burung seharusnya berada, sehingga mirip dengan kentaur Yunani.
Identifikasi sementara terhadap dua patung terakota Mikenai fragmentaris sebagai kentaur, di antara tembikar Mikenai yang ditemukan di Ugarit, mengindikasikan bahwa mitos kentaur berasal berasal dari Zaman Perunggu.
Sebuah kentaur terakota yang berwarna ditemukan di “makam Pahlawan” di Lefkandi. Pada Periode Geometris, figur kentaur adalah salah salah satu tokoh terawal yang dilukis pada tembikar Yunani.
Sebuah prasasti berbentuk prajurit yang berhadapan dengan satu kentaur kini ada Metropolitan Museum of Art.
Salah satu legenda terkenal mengenai kentaur adalah pertempuran mereka melawan suku Lapith. Pertempuran tersebut dikenal sebagai Kentauromakhia (“Perang kentaur”) dan bermula pada pesta pernikahan Pirithous, raja Lapith.
Pirithous mengundang para kentaur untuk menghadiri pesta pernikahannya. Di sana mereka disuguhi dengan minuman anggur yang membuat sifat liar mereka muncul. Ketika Hippodameia, sang mempelai wanita, muncul di depan hadirin, kentaur Eurition melompat dan berusaha memperkosanya. Serentak, para kentaur yang lain mengikuti ulah Eurition. Masing-masing kentaur mencoba memperkosa perempuan yang ada di pesta tersebut.
Orang-orang Lapith tidak tinggal diam dan melawan para kentaur. Akibatnya terjadilah pertempuran antara ras kentaur dengan suku Lapith. Theseus, pahlawan sahabat Pirithos, ikut membantu melawan para kentaur. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Lapith berhasil memotong telinga dan hidung Eurition, lalu melemparkannya.
Pada akhirnya para kentaur berhasil dikalahkan. Mereka lalu melarikan diri dari Thessalia ke arah barat laut.
Salah satu pahlawan Lapith yang terbunuh adalah Kaineus. Dia adalah pahlawan Lapith yang terkenal. Kaineus pada awalnya adalah seorang perempuan bernama Kaenis yang disukai oleh Poseidon. Kaenis membiarkan tubuhnya dinikmati oleh Poseidon dengan syarat Poseidon mengubahnya menjadi seorang lelaki yang jago bertempur dan kebal terhadap senjata. Kaenis ingin berubah menjadi lelaki supaya tidak mudah diperkosa lagi. Setelah menjadi pria, Kaenis berganti nama menjadi Kaineus.
Dalam Kentauromakhia, Kaineus mengalahkan banyak kentaur sampai akhirnya dia dihantam dengan batu besar dan batang pohon besar oleh para kentaur. Kaineus pun terjatuh menembus bumi sampai dunia bawah dan muncul kembali sebagai seekor burung. (fdc/ar)