Oleh: Suhaiza
"NAH, ini rumah kita," kata ayah sambil meletakan tas di atas kursi. Amira dan Elya memandang sekeliling.
"Hore!!" jerit Amira kegirangan sambil melompat-lompat. Lain pula dengan Elya, dia terus membuka tingkap untuk melihat keindahan alam. Terasa nyaman.
"Kamar kalian di tingkat atas," ucap ibu sambil mengusap rambut Elya. Elya tersenyum. Elya dan Amira adalah saudara kembar yang berumur 7 tahun.
"Sore nanti kita jalan-jalan ya, ayah," pinta Amira sambil membuat muka secomel mungkin. Mereka ketawa melihat tingkah laku Amira.
"Okay kalau kamu dan Elya sudah selesai mengemas kamar tidurmu," ujar ayah. "Siap kapten!" kata Elya dan Amira sambil membuat gaya seperti seorang pemimpin upacara, mengangkat tangan sebagai tanda hormat.
Ding! jam menunjukkan tepat pukul 12 tengah malam. Amira dan Elya masih bermain di kamar mereka. "El, anak yang di maksudkan pak Zakwan tadi siapa ?" tanya Amira, penasaran Elya memandang Amira."Yah anak pak Zakwan, emangnya kenapa?" tanya Elya. Amira memberitahu bahwa dia ingin berkenalan dengan anak pak Zakwan.
Tiba-tiba mata Elya terpandang suatu banyangan hitam di balik jendela mereka. Elya tidak berkata apa-apa hanya mulutnya yang terkumat-kamit seperti terlihat sesuatu yang aneh. Amira pernasaran lalu melihat ke arah jendela yang dilihat Elya. Dan... "Hantu!!!"
Keesokan harinya, mereka mengadukan hal itu kepada ibu dan ayah mereka. Pak Zulham, ayah mereka mengerutkan dahinya.
"Sayang, tiada hantu di dunia ini," ucap ibu mereka.
"Mungkin yang kamu lihat itu adalah anak pak Zulham, Shamimi siapa tau?" ujar pak Zulham.
"Masak sih? anak perempuan main malam-malam di luar?" protes Elya.
Amira terus berfikir, siapa di belakang jendela itu? Shamimi atau memang...?***
(Penulis adalah siswa SMPN 2 Tanjung Pura)