Oleh: Sari Ramadhani
PERGI berjalan-jalan ke negeri tetangga menjadi salah satu yang digemari warga Indonesia. Salah satunya berplesir ke Malaysia. Tak melulu wisata belanja (shopping), kini negeri jiran menyajikan homestay bernuansa kampung dan alam.
Hal itu dapat saya rasakan ketika mendapatkan kesempatan dari Tourism Malaysia untuk berkunjung ke negeri yang berjargon Truly Asia itu. Terletak di Kuala Kangsar, Negeri Perak, Malaysia, Kampung Labu Kubong sudah menjadi destinasi wisata pilihan sejak 2014. Letaknya berjarak sekitar empat puluh kilometer dari ibukota Perak, Ipoh. Tempat ini tidak terlalu jauh diakses berkendara dengan bus atau mobil pribadi.
Wisatawan dari Tourism Malaysia yang datang dari Indonesia, Filipina dan Brunei Darussalam langsung disambut dengan tari-tarian dan musik tradisional ketika tiba di kampung tersebut. Nuansanya sangat kental Melayu. Penduduk lokal menghiasi dirinya dengan tampilan memakai baju kurung untuk wanita dan teluk belanga untuk para pria. Mereka pun dengan sangat ramah menyapa para pengunjung yang datang.
Sambil memainkan alat musik rebana, wisatawan disambut dengan dendang Melayu khas negeri jiran. Sangat terasa nuansa keakraban dan keramahan antara pengunjung dan penduduk pemilik homestay di sini.
Bagi para wisatawan yang 'haus' akan pemandangan alam nan hijau serta budaya tradisional, tempat ini cocok dimasukkan dalam daftar perjalanan ketika ingin berkunjung ke Malaysia. Turis pun dapat berbaur dengan masyarakat lokal. Jika tidak bisa berbahasa Melayu, tak perlu khawatir karena warga lokal dengan mahir menyapa dalam bahasa Inggris. Pengunjung pun tidak kebingungan.
Kepala kampung setempat, Meor Samsudin Bin Abu Hassan menetapkan tarif cukup terjangkau untuk bermalam di homestay ini. Bagi para backpakcker, agaknya harga ini tidak terlalu ‘menguras’ kantong. Jika dirupiahkan hanya kira-kira Rp1 jutaan.
"Para turis biasanya menghabiskan tiga hari dua malam di homestay dengan total biaya RM300 . Itu sudah termasuk makan, malam kebudayaan (tarian dan musik lokal bersama penduduk), berperahu di danau kecil, mendaki bukit, menanam padi, mendulang biji dan banyak lagi aktivitas lainnya," ungkap Samsudin.
Bagi para pendatang baru yang belum pernah ke Perak, aksesnya juga tidak sulit. Ketika sampai di bandara di Kuala Lumpur atau Penang bisa menaiki bus atau kapal. Bisa juga dengan langsung travel agent setempat atau mendatangi tourist information centre yang ada di bandara.
Kuala Kangsar adalah Kota Kerajaan Perak yang di dalamnya terdapat Istana Iskandariah. Sultan Perak tinggal di istana tersebut. Homestay Labu Kubong, Lubuk Merbau berada di distriknya, di bagian yang dipenuhi pepohonan rindang dan bentangan sawah di sepanjang jalan. Ada juga sungai-sungai kecil untuk tempat berperahu bersama pengunjung.
Di sini, juga ditemukan peternak madu lebah tanpa sengat yang masih tradisional. Wisatawan dapat membeli madu asli yang langsung diambil dari sarangnya. Untuk satu botol harganya dibanderol RM70 atau kira-kira Rp250 ribuan.
Tak hanya peragaan budaya tradisional, turis juga disuguhi dengan makanan lokal yang membuat lidah 'bergoyang'. Makanan itu di antaranya karipap, pisang bungkus bakar, donat ubi kayu, sayur cendawan, ikan bekasam dan lalapan. Kesemuanya menjadi ciri khas dan selalu disajikan untuk pengunjung homestay.
Kampung homestay ini memiliki luas 390 hektar. Terdapat 400 penduduk dengan jumlah 100an rumah. Terdata 25 rumah telah terdaftar di Kementerian Pelancongan Malaysia sebagai homestay tetap dan 10 rumah menunggu kelulusan untuk menjadi homestay lainnya.
"Wisatawan bisa memilih homestay yang mana saja. Turis mancanegara biasa paling suka jalan ke hutan dan sawah. Lalu mereka bermain perahu di sungai dan bermain bola di sawah," jelasnya.
Tak sedikit wisatawan dari dalam dan luar negeri berkunjung ke sini. Samsudin menyampaikan, pelancong umumnya paling banyak datang dari Filipina, Singapura, Jepang, Korea, Amerika dan Eropa.
Selama Februari, sambungnya, wisatawan internasional yang sudah berkunjung terdata 500 orang. Sedangkan turis domestik dari seputaran Malaysia sebanyak 100 orang. Jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Kalau orang Indonesia ada juga, cukup banyak. Kita di sini juga sedang mengusahakan insect tourism (wisata serangga). Karena di bukit-bukit dekat sini banyak serangganya, jadi bisa dikembangkan," jelasnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga sedang mempromosikan Homestay Labu Kubong melalui 'Festival Orang Kuat' atau Badang Challenge. Kegiatan ini rutin diselenggarakan tiap tahun pada September atau November untuk menarik para wisatawan. Warga lokal berkolaborasi dengan persatuan orang kuat dunia dalam penyelenggaraannya.
"Harapannya banyak wisawatan bisa berkunjung dan bergabung di homestay ini untuk menikmati wisata dengan keindahan alam," pungkasnya.