Gempa Bumi di Tano Batak

Oleh: M. Anwar Siregar 

MEMBICARAKAN gempa bumi yang terjadi di Tapanuli Utara tidak terlepas dari pemben­tukan Punggungan Pegunung­an Bukit Barisan. Sepanjang sejarah terbentuknya Pulau Sumatera, seluruh gempa didarat­an berpusat disekitar daerah lembah Pegunungan Bukit Barisan yang mem­ben­tuk Patahan Besar Sumatera.

Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera terdapat jurang-jurang yang terjal dan lem­bah yang dalam dan terkunci. Apa­bila terjadi tumbukan Lempeng Indo-Aus­tralia dengan Lempeng Eurasia maka Lempeng Sumatera akan menga­la­mi penekanan dari berbagai jurusan yang menghasilkan goncangan yang hebat.

Hal ini dikarenakan di daerah daratan Sumatera dipisahkan oleh bidang pata­han yang satu menyembul membentuk Horts dan satu lagi mengalami tekanan turun yang dikenal graben. Di­antara dua Pegunungan Bukit Barisan Barat dan Ti­mur terdapat zona bergempa yang se­lama ini digunakan untuk jalan raya lin­tas darat Sumatera akan ikut bergetar, dan getaran ini ter­gantung pada tenaga yang terkumpul di dalam bumi Su­matera yang dilepaskan secara tiba-tiba.

Perbedaan morfologi pada punggung Pe­gunungan Bukit Ba­risan di bagian Ba­rat di wilayah Tapanuli, dicirikan ada­nya arus deras pada bagian hulu sungai, seperti dijumpai air terjun dan lubuk-lubuk dan bermuara ke Samudera Indonesia, disertai juga adanya penuru­nan di zona graben dan mengalami peli­patan, tersesar sejak zaman Pra Tersier yang membentuk Pegu­nungan Bukit Barisan Barat dan Pegunungan Bukit Barisan Ti­mur.

Penyebaran Pegunungan Bukit Bari­san bagian Barat meli­puti pantai-pantai yang sempit, jalur ini terbentang dari Tapak Tuan, Pakkat, Sibolga, Barus, Ta­rutung, Padang Sidimpuan-Tapsel-Ma­dina, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lam­pung. Sedangkan jalur Pegunungan Bu­kit Barisan bagian Timur me­liputi dae­rah yang memanjang dari Langsa, Kuta­cane, Sidi­kalang menerus ke Bras­tagi, membelok ke Prapat, Simalungun, dan menerus ke Gunung Tua, Riau, Jam­bi dan Sumatera Se­latan.

Untuk membedakan dengan kedua jalur tersebut adalah pegu­nungan sebelah Barat mempunyai ciri lereng yang terjal dan terdapat struktur sesar (patahan) nor­mal dan gawir sesar (membentuk cermin se­sar), dengan beberapa lembah dalam. Se­dangkan jalur Pegunungan Bukit Ba­risan bagian Timur menunjukkan ciri to­po­grafi lereng yang relatif landai dengan de­formasi yang cenderung membentuk struktur antiklin (pelengkungan naik) dan struktur siklin (perlipatan turun), banyak ditemukan didaerah Jambi dan Gunung Tua. Pe­gunungan Bukit Barisan didasari oleh batuan sedimen dan ba­tuan beku mencapai lebih kurang 700 meter sam­pai 2000 meter diatas permukaan air laut.

Graben Tapanuli

Pembentukan graben di Sumatera Uta­ra berhubungan de­ngan tiga gejala, yaitu pengangkatan, pembentukan pata­han dan vulkanisme. Morfologi yang mem­­bentuk graben di Ta­panuli berada di­jalur sempit, memanjang dengan ke­nam­­pakan topografi yang agak datar yang diselingi oleh bukit-bukit kecil. Zona graben memanjang seiring dengan patahan Sumatera dari Sumatera bagian Utara, terdiri Aceh dan Tapanuli, Suma­tera Barat, Riau hingga ke Lampung. Kenampakan graben di wi­layah Tapanuli dapat dilihat di wilayah Sidikalang, Pe­matang Siantar, Muara Soma, Tarutung dan Padang Sidimpuan. Semua ditutupi oleh batuan aktivitas Gunungapi Toba Purba, berupa endapan batu tufa. Dan tanah yang mudah mengalami longsoran karena mirip seperti "bubur", lembek dan di bawah­nya terdapat gejala panas yang menyebabkan banyak ditemu­kan sumber panas bumi, terdapat di daerah Patahan Sa­rulla (Tapsel dan Taput), menerus ke daratan Penyabungan. Daratan Brastagi di kaki Gunung Sibayak dan juga di pa­tahan Sibolga.

Graben-graben yang terletak di atas kulminasi Bukit Barisan terutama yang ada di wilayah Tapanuli bagian Utara ber­bentuk tidak memanjang tetapi ber­bentuk persegi empat. Ketika terjadi gempa, bergerak secara horizontal dan juga telah mengalami pe­ledakan gunung api (vulkanisme) yang mengganggu pem­­ben­tukan graben yang memanjang dan kemudian dikenal seba­gai depresi (ben­tuk negatif) atau lekukan dalam (kal­dera) dari vulkano tektonik. Bentuk depresi vulkanik ada di Kaldera Ranau (Sumatera Selatan) dan Kaldera Danau Toba dengan volume dari 160 km2, kira-kira 100 km dalamnya, lebar sekitar 135 km dibagian utara, dalamnya air menca­pai 1000 meter.

Depresi vulkanik Toba dibatasi oleh lembah-lembah dan punggung-pung­gung gunung yang sudah tua dan tertutu­pi batuan tufa Toba yang sangat tipis. Daerah graben merupakan daerah topo­grafi rendah yang banyak ditempati oleh penduduk karena mudah ditemukan air, tetapi daerah ini sebenarnya menyimpan po­tensi bahaya gempa bumi yang luar bia­sa karena termasuk daerah jalur pa­tahan bumi di daratan Sumatera dan Dunia.

Lokasi inilah yang paling sering me­ngalami gempa di wi­layah Tapanuli Uta­ra seperti kejadian gempa yang ber­lang­sung sekarang karena bagian sesar aktif.

Lembah Tektonik Tapanuli

Hasil ledakan vulkano tektonik mem­bentuk wilayah horts dan graben. Di­an­taranya dipisahkan oleh lembah-lembah yang mengalami ruas-ruas terkunci, di­mana batuan yang berada lem­bah tek­tonik terus menerus mengalami gang­guan dan kese­imbangan selama peng­ge­rakan dan umumnya jenis batuannya mu­dah mengalami peretak­kan karena belum mengalami pema­da­tan. Tidak menghe­ran­kan jika sering ter­jadi gempa diwila­yah ini Tapanuli Utara, karena termasuk ruas yang penguncian dan sebagai zona hancuran dari penum­bukan antar lem­peng di Patahan Aek Latong hingga ke Sarulla Pahae Jae di Tapanuli Utara.

Beberapa lembah tektonik di Tapanuli yaitu Lembah Batang Toru/Batang Ang­kola Gadis, Lembah Sibuhuan dan Lem­bah Silindung, terlihat jelas melalui pe­nga­matan citra geologi foto Patahan Su­ma­tera terdapat ruas utama patahan, yaitu ruas Banda Aceh-Baturedan-Dairi, Ruas Baturedan-Sarulla, Ruas Padang Sidimpuan Lubuk Sikaping, Ruas Lubuk Si­kaping-Liwa. Gempa Tapanuli Utara sering berlangsung akibat tekanan patahan pada ruas Banda Aceh-Batu Redan-Dairi dan Baturedan-Sarulla atau segment Renun-Toru.

Jika dicermati sepanjang Pantai Barat da­ratan Sumatera me­nerus dari Aceh ke Dairi dan Lubuk Sikaping-Padang Si­dim­­­puan akan mengalami penyero­ngan penekanan ke arah utara ke kiri-kanan yang menekan ruas Baturedan-Sarulla. Pada kedua Ruas antara Aceh-Baturedan dan Padang Sidempuan-Lubuk Sikaping mempunyai cabang-cabang lembah yang ba­nyak seperti lembah Batang Toru yang meliputi daerah Batang Toru, dan Lem­bah Angkola Gadis terdapat di daerah Pi­jor­­koling-Pintu Padang,-Simaningir, Sipirok, Aek Godang hingga ke Madina (Muara Soma, Penyabungan dan Muara Sipongi). Sedangkan pada ruas Bature­dan-Sarulla tidak terdapat cabang lem­bah dan mengalami penjepitan (ruas ter­kunci/penahan te­kan­an, atau "tembok ter­akhir"), terlihat pada satu jalur Jalan Lintas Propinsi. Disini terdapat Lembah Silindung meliputi wilayah Lumbang Panggung-Tarutung-Sarulla-Sibulan-bulan. Tidak menerus ke Lembah Sibu­huan dan Lembah Batang Toru Angkola Ga­dis. Akibatnya wilayah Tapanuli khu­susnya wilayah Tapanuli Utara (termasuk pemekaran) yang paling pa­rah menga­lami bencana gempa diantara tiga wila­yah Tapa­nuli di daratan.

Jadi, tidak mengherankan mengapa se­ring terjadi bencana di Tano Batak, ter­utama di Tapanuli Utara karena tatanan geo­logi daerah itu yang telah terbentuk aki­bat vulkano tektonik Toba Purba di­masa perkembangan periode geologi hing­ga ke abad sekarang.

Mewaspadai Siklus Gempa

Akibat berbagai tekanan pada daerah lem­bah tektonik didaerah Tapanuli Utara telah mengalami perubahan yang baru. Dan merupakan akibat rangsangan dan te­kanan aktivitas gempa-gempa besar yang sering berlangsung di Sumatera ter­uta­ma dari gempa Aceh hingga gempa Nias pada tahun 2004-2005 meng­ak­tifkan sesar-sesar lokal yang terdapat di 16 ruas lembah tektonik yang ada di Pulau Sumatera, khusus didaerah Tapa­nuli bagian Utara yang harus diwaspadai se­lama ini sering mengalami gangguan seismik sejak gempa bumi Nias tanggal 28 Maret 2005.

Siklus energi gempa kini memusat di tiga ruas segment Patahan Sumut antara lain : Patahan Angkola, Patahan Renun, Pa­tahan Toru, semua sudah matang untuk antri melepaskan energi kepenatan.***

* Penulis Geolog, ANS, Kerja di Lingkungan Pemprov Sumatera Utara

()

Baca Juga

Rekomendasi