Thibbun Nabawi: Kedokteran Islam

• Oleh: Heri Firmansyah, MA

Secara bahasa Thibbun Nabawi adalah ilmu pengobatan kenabian, cara pengobatan menurut petunjuk dan teladan dari Nabi Muhammad saw. Thibbun nabawi adalah konsep pengobatan/kedokteran Islam yang sumbernya berdasarkan pada Alquran, Sunnah dan Atsar para sahabat dan lalu dikem­bangkan oleh para ulama sesudahnya yang menggeluti dunia kedokteran. Ibnu Qayyim al-Juziyyah menjelaskan dalam kitab-Nya Zaadul Ma’ad “Pengobatan cara Rasulullah saw memiliki perbedaan dibanding dengan metode pengobatan lainnya. Karena metode ini bersumber dari wahyu, petunjuk kenabian dan akal yang sempurna, memiliki derajat kepastian yang meyakinkan disamping memilik nilai ke-Ilahi-an.

Thibbun Nabawi merupakan sistem pengobatan yang bersifat menyeluruh yakni mengobati penyakit tidak hanya dari aspek fisik, tetapi juga dari aspek spi­ritual, mental dan emosi, yang dikenal dengan istilah Total Helath Management. Tujuannya adalah mengembalikan ke­kua­tan fitrah agar tubuh dapat mengobati dirinya sendiri (self healing) melalui proses kimiawi tubuh yang sangat kompleks dengan anugerah sistem imunitas tubuh yang telah secara sempurna diciptakan Allah swt di dalam tubuh manusia.

Konsep kekuatan fithrah

Konsep kekuatan fitrah (imunitas tubuh) ditentukan oleh empat aspek yaitu spiritual, mental, emosi dan fisik. Maka Thibbun nabawi mengarahkan penyembuhan dengan mengopti­malkan kepada kempat aspek tersebut jika ada orang yang sakit. Keempat aspek ini saling bersinergi untuk menghasilkan sistem penyembuhan secara sempur­na. Jadi jika ada orang yang sakit yang dibutuhkan bukan hanya pil, suntikan dan obatan lainnya untuk mengobati fisiknya namun lebih dari itu.

Pertama, spiritual yang berkaitan dengan hati, kalbu, kejiwaan dan pera­saan yang senantiasa dekat kepada Allah swt, yang segala penyakit ber­sumber dari-Nya dan Dia lah pula yang akan memberikan obat penawar penyembuhnya. Orang sakit yang pasrah kepada Allah dan berprasangka baik akan ketentuanNya, akan lebih mudah untuk disembuhkan. Apabila spi­ritulitas orang sakit baik, maka imunitas tubuhnya akan baik dan kuat. Kedua mental yang berkaitan dengan pikiran dan cara merespon dan berfikir atas sakit yang dideritanya. Orang sakit yang berfikiran positif bahwa sakitnya adalah bentuk kasih sayang dari Allah dan me­­nguji akan kesabarannya, akan men­stimulus imunitas kekebalan tubuhnya. Hal ini tentu saja akan menjadikan pe­nyakit akan mudah ditaklukkan. Ketiga aspek emosi yang berkaitan dengan perasaan saat musibah penyakit me­nimpa seseorang. Emosi juga berkaitan dengan pengendalian hawa nafsu dan cara terbaik mengen­dalikan emosi adalah dengan banyak berzikir, beriba­dah dan berpuasa. Dengan berzikir pe­rasaan akan menjadi ten­teram (Q.S. ar-Ra’du: 28). Ketidakseimbangan emosi menjadi penyebab ketidakseim­bangan hormonal dalam tubuh yang menyebabkan rentan terhadap penya­kit. Keempat berkaitan dengan aspek fisik. Tubuh manusia disusun berda­sar­kan kepada jaringan yang halus dan lembut. Penggunaan bahan kimia sin­tetis dan penumpukan racun menjadi­kan tubuh menghadapi teka­nan yang berat. Ini mengakibatkan kerusa­kan organ tubuh dan memiliki efek samping merusak bagi kesem­purnaan jaringan dan sistem kekebalan tubuh. Sering kali, dengan penggunaan kimia sintetis akan menyebabkan kerusakan organ tubuh lainnya. Hanya kehalusan dan kelembutan herba dan semua yang alami sajalah yang sesuai dengan fisiologi tubuh manusia, seperti yang disunnahkan Rasul menyem­buhkan dengan madu, habbassauda, minyak zaitun berbekam dan lain seba­gainya.

Syarat Thibbun Nabawi

Konsep thibbun nabawi menekan­kan pada tiga sumber utama yaitu ilahiah, alamiah dan ilmiah. Pengobatan ini dilandasi keyakinan yang kuat bahwa pada hakekatnya penyembuhan yang sebenarnya adalah berasal dari Allah swt serta ketepatan dan kemujaraban penawar (obat) sebagai wasilah (perantara) nya. Keyakinan bahwa Allah lah yang menurunkan penyakit dia juga yang menyediakan obat penawarnya. Allah swt berfirman dalam Q.S. Yunus ayat 57 : Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi pe­nyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Di dalam ayat yang lain Q.S. An-Nahl ayat 69 Allah swt berfirman: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyem­buhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”. Di dalam Hadis, Rasulullah saw menyata­kan: Berobatlah kamu, karena sesung­guhnya Allah swt yang menurunkan penyakit, Dia Allah swt yang menu­runkan obatnya (H.R. Ahmad). Dalam hadis yang lian, Rasulullah saw bersabda “Gunakanlah dua penyembuh : “madu dan Alquran ( H.R. Ibnu Majah dan al-Hakim). Herbalis Muslim melihat madu sebagai sumber alamiah sedang­kan Alquran adalah sumber Ilahiah. Konsep alamiah ialah menggunakan semua sumber alam yang ada di atas muka bumi ini seperti tumbuh-tumbu­han, batu-batuan dan hewan-hewan. Sumber alamiah meng­gunakan herba-herba yang terpilih meng­gunakan disiplin herba yang tera­tur. Sedangkan sumber ilmiah dalam thibbun nabawi adalah syarat mutlak bahwa pengo­batan thibbun nabawi ada­lah pengo­batannya masuk akal, saintifik dan dapat dicerna sesuai dengan ilmu pe­ngobatan modern saat ini. Bukan prak­tek pengobatan yang mengada-ada.

Prinsip dalam Thibbun Nabawi

Setidak nya Ada tujuh prinsip yang menjadi landasan dalam thibbun nabawi yaitu keyakinan bahwa yang menyem­buhkan hanyalah Allah sehingga merawat pasien harus dilakukan dengan ihsan dan sesuai syariat Islam; meng­gunakan obat halal dan thoyyib (baik) tidak menggunakan obat yang haram dan tercampur dengan yang haram se­suai dengan firman Allah swt dalam Q.S. al-Maidah ayat 88: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya; tidak mem­bawa dan mendatangkan mudha­rat (bahaya), tidak berbau tahayyul, khura­fat dan bid’ah, bersifat preventif -men­cegah lebih baik dari pada mengo­bati; mencari yang lebih baik dan terbaik ber­dasarkan kaedah Islam dan ilmu-ilmu pengobatan dan mengambil sebab melalui ikhtiar (berusaha) serta tawakkal (berserah diri kepada Allah) juga selalu mencari ikhtiar dengan cara yang terbaik.

Rasulullah saw bersabda : “Sesung­guhnya Allah swt telah menurunkan penyakit dan obat, da menjadikan untuk kamu bahwa setiap penyakit ada obatnya. Oleh karena itu beribatah, tetapi jangan berobat dengan yang haram. (H.R. Abu Daud). Semoga kita mulai memfokuskan diri dalam mempe­lajari dan mengobati sesuai dengan prinsip thibbun nabawi.

()

Baca Juga

Rekomendasi