Oleh: Sari Ramadhani
SALAH satu jenis gemstone (batu akik) yang sangat digemari masyarakat, yakni bacan. Batu akik ini identik dengan batu kristal hijau-kebiruan. Batu asal Sulawesi tersebut begitu mendunia beberapa tahun lalu.
Ternyata, bacan tidak hanya satu jenis. Bacan tidak selalu identik itu-itu saja dan semata hijau-kebiruan, kristal, idaman kolektor atau harganya yang fantastis. Pesona batu chrysocolla tersebut begitu bergelora hingga masyarakat sulit melihat akik nusantara lainnya.
Setelah ditelusuri, ternyata tidak banyak masyarakat awam mengetahui ada jenis bacan lain yang tak kalah indah. Bacan kembang namanya. Masih berasal dari Pulau Sulawesi, batu ini sebelumnya hanya dianggap buangan dan tidak terpakai.
Batu bacan kembang merupakan hasil modifikasi para penggosok kreatif yang melihat sisi keindahan lain dari batu bacan biasa. Warnanya tetap menunjukkan identitas bacan, yaitu hijau-kebiruan. Namun ada tambahan sensasi hitam, cokelat, dan oranye bata, yang menambah keindahan si bacan kembang. Meski pun hijau tetap dominasi.
Bacan kembang memiliki keunikan. Dalam satu akik, ada sisi yang kristal dan badar. Batu ini juga banyak bergambar dan bermotif abstrak. Kombinasi warna pada bacan kembang sangat khas. Berbeda sekali dengan bacan kristal biasa. Akik ini ada kemiripan sedikit dengan pancawarna asal Garut. Namun kombinasi warna pancawarna-nya lebih bagus, walau tidak kristal.
"Keistimewaan bacan kembang karena motif dan warnanya lebih banyak dibandingkan bacan kristal biasa. Saya suka karena unik. Motifnya abstrak," ungkap salah seorang kolektor di Medan. Bacan kembang baru beredar di Medan selama akhir 2016. Untuk Pulau Jawa dan Sulawesi, akik ini kemungkinan sudah lebih dikenal masyarakat karena keindahannya.
Di Medan, cukup sulit menemukan bacan kembang, karena batu ini masih masuk jajaran batu baru dalam dunia gemstone. Penggosok batu akik asal Gang Kolam, Denny Fabian mengatakan, bacan kembang populernya jauh setelah bacan kristal. Kondisi ini muncul karena ada kejenuhan pemain akik untuk batu-batu kristal. Bacan kembang yang bagus biasanya berasal dari galian Kampung Majiko, Sulawesi.
Bacan kembang, sambungnya, hanya ada di daerah asal. Untuk kontes, bacan kembang belum pernah masuk dalam kelas kontes. Jika ada, akik ini masuk dalam kelas bacan.
Untuk kolektor, ayah dua anak ini menyebutkan, kualifikasi bacan kembang tertentu harganya bisa lebih mahal dibandingkan bacan biasa, bahkan mencapai Rp2 jutaan. Warnanya dominan hijau, oranye bata, kebiruan, dan cokelat.
"Jangan anggap remeh bahan bacan yang terbuang. Ternyata hasilnya lebih bagus dan berkualitas. Harga jualnya juga bersaing. Apalagi untuk kolektor," ujar pria berambut gondrong itu.
Teknik menggosok bacan juga lebih khusus. Perlu ketelitian agar mendapatkan kombinasi warna yang apik. Harga yang dibanderol untuk satu kali menggosok batu bacan seharga Rp30 ribu hingga Rp50 ribu. Sedangkan akik jenis lain hanya Rp25 ribu hingga Rp30 ribu. Mengamplasnya juga harus dalam kondisi lembab.
"Ongkos gosoknya lebih mahal karena bacan butuh perlakuan ekstra, begitu pun bacan kembang. Itu disebabkam karena harga bahannya mahal, jadi menggosoknya tidak bisa gegabah. Kita mengerjakannya santai dan agak pelan," tandasnya.