Juhar, (Analisa). Menurunnya kualitas dan kuantitas produksi jagung di Tanah Karo menjadi keprihatinan petani Karo. Terutama produksi musim tanam jagung Oktober 2017. Selain diduga kemungkinan karena kualitas bibit, juga disebabkan bantuan bibit yang diberikan kepada petani tidak sesuai dengan daerah.
Misalnya, daerah Kecamatan Juhar, khususnya Desa Keriahen, bibit jagung yang cocok jenis NK, namun yang diberikan Dinas Pertanian jenis lain, seperti jenis pioner atau pun bisi. Demikian juga di daerah selain Keriahen.
Mungkin yang tepat bukan NK, tapi diberikan NK sehingga produksi dari bantuan bibit yang diberikan tidak menghasilkan produksi yang memuaskan.
Hal itu dikatakan, Iriani Br Tarigan, anggota DPRD Karo didampingi Sekdes Keriahen, Bayak Sembiring dan petani desa Keriahen, Ponis Ginting, Sudira Sembiring, Ijam Tarigan, Bagenda Pinem, Delta Ginting kepada Analisa, Jumat (2/3) di Desa Keriahen.
Musim panen jagung Februari 2018, rata-rata petani mengeluh dengan produksi yang menurun dan harga pemasaran yang mengalami penurunan.
Rata-rata berkisar Rp2600/kg sampai Rp3000/kg. Tergantung kadar kekeringan pipil jagung. Karena itu, dalam pembagian bibit yang diberikan kepada petani menyambut musim tanam ke depan, Dinas Pertanian Karo seharusnya dapat menyesuaikan daerah dengan jenis bibit yang pas.
“Jangan asal bibit diberikan. Toh, bibit yang diberikan bukan menghasilkan produksi yang memuaskan. Malah merugikan petani itu sendiri. Misalnya, biaya pemupukan, biaya pembersihan dan biaya panen dan lainnya,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Karo, Sarjana Purba yang dikonfirmasi perihal bantuan bibit yang diberikan kepada petani menyambut musim tanam Oktober 2017 mengaku, bukan bantuan bibit jagung dari Dinas Pertanian Karo. Tapi bantuan dari dinas Pemprovsu.
“Kita hanya menyalurkan kepada petani dan juga tidak bisa menyesuaikan bibit yang sesuai dengan daerah tertentu. Sebab, bibit yang dibagikan kepada petani secara menyeluruh sama, jelas Kadis. (alex)











