Oleh: Annisa Indriani
Langit terlihat begitu sendu, matahari bersembunyi di balik awan tebal, hujan seakan ingin menyapa tapi angin menolaknya. Ketika harapan tidak sesuai dengan keinginan? mungkin hati akan merasa sakit, tapi aku mencoba menyakinkan hati kalau semua adalah garis hitam di dalam hidupku. Ketika aku menduduki kelas 3 SMP aku dibuat bingung dengan berbagai pilihan. Anak remaja yang tidak tahu dunia seluruhnya, harus memilih antara aku harus memilih sekolah dan bekerja ketika keinginan untuk bersekolah terhenti begitu saja aku terpaksa mengubur semua mimpi, cita-cita, harapan dan semua yang ada di dalam imajinasi kecilku.
Aku memang bukan seorang anak yang terlahir dari keluarga yang kaya raya, bukan anak yang bisa melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi. Tapi aku hanya seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana, ayahku bekerja sebagai pedagang sedangkan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Sedih memang, tapi aku coba untuk ikhlas menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Aku masih percaya akan sebuah kejaiban dan mukjizat yang datangnya dari Allah asal aku berusaha sekuat tenaga dan terus berdoa sebaik-baiknya kepada Allah SWT, agar aku bisa melanjutkan sekolah dan bisa membuat kehidupan ini berubah.
Hari pertama aku bekerja di sebuah warung makan, di dalam hati aku bertekad untuk bekerja keras supaya bisa membantu perekonomian keluarga ku, setelah aku bekerja ternyata aku merasakan bahwa mencari uang yang halal itu sangat sulit tidak semudah kita menghambur-hamburkannya untuk sekedar barang yang tidak penting.
Letih, mungkin orangtua ku lebih...
Capek, mungkin orangtua ku lebih...
Mengeluh mungkin orangtuaku tidak pernah...
Tapi beda dengan aku sekarang baru sebentar bekerja sudah merasakan yang namanya capek tapi aku coba menepisnya aku kembali semangat, demi untuk membuat orang-orang yang aku sayangi di dunia ini yaitu orangtuaku bisa tersenyum penuh bangga terhadap ku bisa membuat mereka bahagia dengan cara ku yang sederhana.
Setelah beberapa bulan aku bekerja aku sudah bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk hari minggu nanti aku bawa pulang ke kampung halaman, rasa rinduku terhadap orangtuaku yang jauh di sana sudah mulai terasa aku mencoba menguatkan diri sendiri. "Sabar masih hari Minggu", sambil aku nunduk termenung di teras kosanku di dalam setiap doa ku aku masih berharap bahwa ini bukan akhir dari segalanya, aku selain percaya akan sebuah kejutan yang Allah berikan di hari yang akan datang.
Hari Minggu yang aku tunggu pun telah tiba rasa rindu yang memuncak seakan bisa kelupaskan hari ini, cairan bening menetes tak henti aku terus memeluk orang yang paling berjasa dalam hidupku ini seorang wanita yang sangat aku hargai dan cintai. Wanita itu adalah ibuku. Aku memeluk ibuku begitu erat, rasanya rindu ini begitu besar.
Setelah melepas rasa rindu itu, ibu ayahku dan aku sedang berkumpul di ruang tengah. Kami sedang mengobrol santai dan menceritakan pengalaman aku pertama kali bekerja. Tapi di tengah obrolan santai tersebut, tiba-tiba ayahku berkata.
“Nak, ayah boleh bertanya?”
“Boleh, memangnya ayah ingin bertanya apa?”
“Ayah ingin bertanya apakah di dalam hati kamu masih ada keinginan untuk melanjutkan sekolah?” tiba-tiba aku terdiam memikirkan pertanyaan itu rasanya aku tidak menjawab segera semua pertanyaan itu. Tapi hatiku mencoba untuk terlihat tenang di hadapan ayah.
“Sejak dulu sampai sekarang jawabannya masih sama, ayah. Aku masih bertekad untuk bisa melanjutkan sekolah,” ucapku.
“Memangnya untuk apa kamu sekolah?”
“Agar aku bisa membuat ayah dan ibu bisa bahagian dan mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik lagi,” jawabku.
Sekarang giliran ayah yang tiba-tiba terdiam. Entah apa yang dia pikirkan tapi aku melihat sorot matanya yang seperti ingin menangis tapi dia mencoba untuk menahannya keluar.
“Tahun ini kamu lanjutkan sekolah lagi,” tiba-tiba ayahku berkata seperti itu dan entah apa yang aku rasakan. Intinya aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
“Tapi Ayah…”
“Nggak ada tapi-tapian, ayah yang akan bekerja keras agar kamu bisa sekolah dan bisa melanjutkan pendidikan yang layak.”
Pada saat itu, aku benar-benar bahagia sampai aku bersujud syukur kepada Allah Swt, inilah keajaiban yang Allah janjikan untuk aku dan aku merasa bersyukur atas apa yang telah aku lalui karena itu sebagai pelajaran yang berharga yang bisa aku ambil hikmahnya di suatu saat nanti.
Sekarang aku sudah bersekolah kembali di sebuah sekolah SMA. Aku merasa bahagia karena aku akan mewujudkan impian dan cita-citaku yang sempat terhenti dan aku akan mewujudkannya dengan cara bersekolah. Sekarang aku akan berjuang untuk orang yang memperjuangkanku. Orangtuaku berjuang untuk bisa menyekolahkanku dan aku berjuang untuk bisa membanggakan kedua orangtuaku dengan semangat untuk sekolah dan belajar.
(Penulis adalah siswa SMP Negeri 38 Medan)