SERING di antara kita, apakah sadar atau tidak, sering marah. Orang yang dalam keadaan marah, tidak dapat membendung emosinya, bahkan terkadang melampaui alam bawah sadar, sehingga ia bisa menganiaya atau membunuh orang yang membuat dirinya marah.
Kejadian kriminal sering mengaitkan persoalan marah ini. Beberapa stadiun televisi menyiarkan pembunuhan yang dilakukan seorang pembantu kepada majikannya, karena si pembantu merasa selama ini dirinya dianggap bukan ‘manusia’, akibatnya timbul rasa marah dan berujung kepada pembunuhan sang majikan. Begitu juga seorang ibu tega membunuh anaknya sendiri karena marah kepada suaminya dan akhirnya kekesalan ibu tersebut ia lampiaskan kepada anaknya. Nauzubillahi min zhalik.
Marah merupakan gejala yang sering datang kepada kita, akibat tidak terjadinya keseimbangan faktor psikologi, di mana harapan yang diinginkan tidak tercapai. Sayangnya kemarahan diungkapkan dengan menyakiti orang lain, apakah dengan skala yang kecil atau besar. Namun, kemarahan terkadang menimbul ekses yang tidak baik kepada orang lain.
Kemarahan dapat juga berfluktuasi (naik turun). Kadang-kadang kemarahan bisa diredam, tetapi banyak juga kemarahan itu tidak bisa diredam, yang akhirnya menimbulkan dendam, dan berakhir kepada bentuk kekecewaan. Dalam kitab Irsyadul ‘Ibad Ila Sabilirasyad, Ahmad bin Hajar Alhailami menuliskan sebuah kisah yang diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih, katanya, ada seorang ‘alim beribadat, maka datang setan hendak mengganggu dan menyesatkannya. Namun setan tidak berdaya. Kemudian setan datang sambil berseru, “Bukakan pintu!” orang ‘alim tersebut tidak menggubrisnya, ia tetap beribadah. Setan berkata,”Bukalah, jika aku pergi, nanti kamu akan menyesal.” Orang ‘alim itu juga tidak mengindahkannya. Kemudian setan itu berkata,” Aku ini Isa Al-Masih.” Maka dijawab orang ‘alim tersebut, “Jika Anda benar-benar Al-Masih, lalu akan berbuat apa aku padamu, tidakkah Anda telah menyuruh beribadat yang rajin dan Anda telah berjanji akan bertemu kami di hari kiamat, karena itu bila Anda datang sekarang dan membawa ajaran-ajaran yang lain kami tidak dapat menerimanya. Lalu setan berkata,”Sebenarnya aku setan datang akan menyesatkanmu tetapi tidak dapat. Bertanyalah padaku sekehendakmu niscaya akau beritakan kepadamu.” Orang ‘alim itu berkata,”Aku tidak ingin bertanya apapun padamu.”
Setan pun pergi. Orang alim itu kemudian berkata,”Apakah kamu masih mendengar?” Setan menjawab, “Ya”, maka si ‘alim bertanya, “Maukah kamu mendengar pertanyaanku?” Setan menjawab, “Ya”. Lalu si ‘alim bertanya, “Beritahukan kepadaku perilaku anak Adam yang paling membantumu mengalahkan mereka,” Jawab Setan,”Kemarahan, jika seseorang sedang marah, maka kami dapat mempermainkannya seperti anak-anak mempermainkan bola.”
Kisah ini memberi penjelasan kepada kita bahwa, rasa marah yang timbul di dalam diri kita akan membuat Setan mendekat, dan akhirnya ia berhasil mempermainkan kemarahan yang ada dalam diri kita sebagai senjata untuk membuat kita tidak berdaya.
Nabi pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Siapakah yang kalian anggap orang yang perkasa?” mereka menjawab, “Orang yang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun,” lalu beliau bersabda,”Bukan demikian, tetapi orang yang perkasa adalah yang dapat mengendalikan dirinya pada saat ia marah.” (HR Muslim).
Dalam riwayat yang lain, Ibnu Abbas ra. Berkata, Rasulullah Saw bersabda,”Neraka jahanam itu memiliki satu pintu yang tidak dapat dilalui kecuali oleh orang yang sering melampiaskan amarahnya.” (HR Abu Dunya, Bazzar dan Baihaqi).
Walaupun marah adalah tabiat manusia.Namun, agama memerintahkan kita untuk mengendalikan kemarahan itu, agar tak sampai menimbulkan dampak negatif. Al-Khaththabi menafsirkan ucapan Nabi pada salah seorang sahabat;
La naghdab walakal jannah
“Janganlah marah dan bagimu surga.” (HR. Al-Thabrani), dengan penjelasan: Jauhilah hal-hal yang membuatmu marah atau dapat memicu kemarahanmu.
Nabi juga memberikan tips untuk meredakan kemaraha kita, Di antaranya yaitu:
Membaca ta’awwudz. Rasulullah bersabda “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR. Bukhari Muslim).
Berwudlu. Rasulullah bersabda, “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah.” (HR. Abu Dawud).
Mengubah posisi. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah.” (HR. Abu Dawud).
Diam. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah.” (HR. Ahmad).
Dan bersujud, artinya salat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadits dikatakan “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. Tirmidzi).
Inilah beberapa tips yang diajurkan Rasulullah jika kita sedang marah. Oleh karena itu, mari kita kekang rasa marah kita, karena dalam keadaan marah Setan sudah menyatu kedalam rasa marah tersebut yang akhirnya membuat hal-hal yang tidak rasional lagi dan akhirnya akan membuat menyesal seumur hidup.