James Ro­senquist:

Sang Legenda Seni

Oleh: Azmi TS

KARYA seniman akbar Ame­­­rika Serikat selain men­jadi tong­gak dalam sejarah senirupa Amerika, mereka telah pula mengguncang seni­rupa dunia. Pada pertengahan abad ke- 20 karya lukisan rak­sasa James Rosenquist (1933- 2017) ikut andil merubah peta kekuatan “Paris” menjadi ke­kuatan seni­rupa New York. Kini tercatat nama James Ro­senquist meru­pa­kan maestro sangat dikagumi ber­sama selu­ruh karya fenome­nal­nya itu.

Sebagai tokoh artis mo­dern ka­rya lukisannya terkesan me­ma­kai warna cerah dengan gu­ba­han teknik yang resik (ber­sih). Se­lain sering menggarap tema-tema politik, dia juga ba­nyak menyuguhkan tema yang amat fa­miliar, seperti bunga yang ber­mekaran. Lukisan James  Ro­senquist terkadang me­mang iden­tik dengan koba­ran sema­ngat Amerika Serikat yang adidaya dan progresif itu.

Karya terkenalnya yang ki­ni aba­di itu tergambar pada “F 111” berisikan memori-memori vi­sual tentang kisah dampak perang nuklir hingga kemajuan industri. Bahkan karya yang mendekati sete­ngah abad dicip­ta­ka­nnya itu, memang sangat besar yakni berukuran 3,05 x 25 meter. Ka­rya akbarnya ini mung­­­kin bisa disejajarkan de­ngan “Guernica” karya Pablo Pi­­casso, karena tematik hampir mirip, yakni, politik, ekonomi dan sosial budaya.

Kegilaan perang nuklir de­ngan segala dampaknya ikut meng­insprasi Rosenquist telah mem­buatkan karya seni dari cu­plikan pesawat pembom F 111 milik Amerika Serikat.  Un­tuk itu dia pernah melon­tarkan pro­pa­ganda bagaimana menya­da­r­kan manusia akan situasi kema­juan teknologi mi­liter. Maraknya in­dustri mo­dern men­cip­ta­kan alat peng­hancur mas­sal, Rosen­quist me­lontarkan  slogan kon­tro­­ver­sialnya; “Se­ja­rah dike­nang oleh seninya, bu­kan dari mesin perangnya”.

Pernyataan ringkas itu di­gunakannya untuk mengajak re­kan seniman ikut bertindak agar bisa menghadirkan karya seni yang bisa mengubah se­galanya. Belakangan ini baru di­ketahui, slogan seorang se­niman besar Amerika Serikat ini yang terke­san sederhana itu ternyata aku­mulasi suatu ke­gelisahan­nya. Kini dari lukisan-lukisan besar­nya pub­lik bisa menikmati keju­t­an-kejutan yang tak terdu­ga da­lam merubah peta senirupa kon­temporer dunia.

James Rosenquist melalui seni modern bisa menjebol se­kat-sekat kegilaan mengejar uang, akibat konsumerisme me­rajai pasar industri di abad ini. Sang legenda seni dari Ame­rika Serikat ini banyak ju­ga mencip­ta­kan beberapa ka­rya kolase, instalasi belaka­ngan dia ting­galkan. Ke­be­sa­r­an ide cip­ta­an­nya. dia yang menetap di New York dan Flori­da tetap mengikat ingatan tentang seniman Pop (Pop Art) dunia, pascaera 1960-an.

Maestro kelahiran Grand Ford, North Dakota, 23 No­pem­ber 1933. Meninggal pada 31 Maret 2017 ini tetap dike­nang melalui karya-karyanya. Tentu saja publik di Amerika Serikat merasa kehila­ngan tokoh berja­ya tahun 1960-an ini. Begitu pula penggemar seni pop yang jauh di benua Asia dan Afrika ser­ta penjuru dunia. Mere­ka juga merasakan sentuhan seni sang legenda ini.

Hanya dapat mengenang ke­be­saran James Rosenquist me­lalui karya yang mencitra­kan ten­tang kemajuan industri, nuk­lir, bom ekonomi. Juga ten­tang pe­radaban dan kegun­cangan lain-lainnya.

Kehadiran James Rosen­quist dalam ranah sejarah seni­rupa kontemporer jagad terasa spesial bila memahami kece­riaan war­na-warna dalam cip­taannya. Li­hatlah bagaimana ia melukiskan “La­dies of the Opera Terrace dan EAU de Robot”. Dua karya yang meng­ingatkan memori-me­­mori visual bak mosaik terpi­sah yang telah dirangkumnya kem­bali.

Seniman Dede Eri Supria ba­rangkali yang pernah dipe­nga­ruhi oleh gaya legenda seni du­nia ini. Gubahan-gubahan teknik James Rosenquist per­nah ada dan selalu diterapkan oleh Dede memang rada mirip ada­nya. Warna-warna lukisan da­lam kan­vas James Rosen­quist se­a­kan meng­hablur, ter­lihat da­lam lu­kisan F4S (Fish, Flowers, Females for the Four Seasons). Gu­bah­an itu juga se­akan mem­bawa suatu kenik­matan ketika me­man­da­nginya.

()

Baca Juga

Rekomendasi