Toto Perjuma;

Satu Konser Musik Karo Pembaharu

Oleh: Ris Pasha.

Sudah lama konser musik Ka­ro, tak kedengaran. Terutama di Medan. Pada Sabtu, 7 April la­lu di Zeqita Cafe Lau Cih, kon­ser itu menggema kembali.

Konser ini terselenggara, atas kerja keras Rumah Karya Indo­nesia (RKI), yang bekerja sama de­ngan berbagai pihak. Hal itu diakui Direktur RKI, Ori Sem­loko kepada penulis. Kata­nya,ini sebuah ujian berat. Apa­kah meja yang sudah terjual akan dihadiri oleh mereka yang ber­janji akan datang? Jika tidak, pa­nitia akan merugi dan wajib me­nutupi kerugian itu.

Konser dengan konsep yang kami buat ini, memang masih ja­rang bagi masyarakat Karo. Karena kita tidak menjual tiket. Kita datangi masyarakat Karo yang sudah sukses dan perduli pa­da dunia kesenian khususnya musik. Kita minta pendapat me­reka dan bantuan serta nase­hat.

Dari sana kami bergerak. Kami bekerja keras hampir seta­hun lamanya. Sudah saatnya konser musik Karo dimulai de­ngan tidak menjual tiket. Mela­inkan ada subsidi silang antara mereka yang sudah sukses de­ngan masyarakat luas yang tak mam­pu membeli tiket pertunju­kan konser. Demikian Ori Sem­lo­ko.

Lain lagi dengan keterangan Bre­vin Tarigan SPd, MSn. Kami akan jeli melihat perkembangan musik. Terlebih musik yang me­ngangkat nuansa Karo. Ketika ka­mi mendengar karya musik Wis­nu Bangun, ini se­buah pembaharuan. Ada inovasi yang baik di dalam karya-karya musiknya.

Brevin Tarigan, Alumni Ins­titut Seni Indonesia (ISI) Solo menegaskan, dia dan teman-te­man­­nya akan terus mencari dan men­cari. Banyak bibit-bibit orang muda Karo, yang masih ter­pendam. Antara lain, mereka banyak yang belum berani me­nampilkan dirinya, walau mere­ka sudah bekarya. Ada karya me­reka yang memiliki motivasi kuat, namun belum mampu meng­komposisikannya dengan baik. Kami akan mencoba jadi jembatan buat mereka, kata Brevin.

Dalam album yang mereka luncurkan malam itu, ada 10 ju­dul lagu. Toto Perjuma ciptaan Drs. Jenda Bangun, sebagai han­dalannya. Taneh Karo Simalem, ciptaan komponis Karo terkenal Djaga Depri. Sue-sue juga cip­taan Djaga Depari. Visit Taneh Ka­ro, ciptaan Romelo Purba & Wira Qeta Co. Writer; Wisnu Bangun dan Averiana Barus. Kulcapi Rock ciptaan Wisnu Bangun & Ardy Gurusinga. Per­bual ciptaan Fajar Dj Pinem, co- Writer Averiana Barus. Lali Dua ciptaan John Peradep Tari­gan. Ole-ole Kudagara ciptaan Tipan Br Sembiring. Si La Teridah, ciptaan Wisnu Bangun & Ardy Gurusinga dan Erkata Pet-pet ciptaan Djaga Depari.

Ada tiga lagu lama ciptaan komponis terkenal Karo Djaga Depari yang ikut dalam album mereka. Taneh Karo Simalem, Sue-sue dan Erkata Pet-pet. Lagu yang diciptakan pertengan tahun 1950-an ini sudah lama dikuman­dang oleh berbagai grup. Tiba di tangan Wisnu bangun, musiknya memang terasa segar.

Taneh Karo Simalem, sebuah lagu pemujaan terhadap Tanah Karo yang indah dan subur. Ketika dimainkan oleh kelom­pok orkes Piso-surit pimpinan Dja­ga Depari, terasa musik gara­pan Wisnu Bangun lebih indah dari aslinya.

Ini dapat diterima. Pada saat Djaga Depari memainkannya dengan orkes Piso-surit, pe­r­alatan dan kemampuannya rata-rata pemain masih stan­dar. Kini dengan peralatan canggih dan sistem recording yang baik, akan menghasilkan yang baik pula.

Toto Perjuma

Andalan album ini adalah la­gu Toto Perjuma karya Drs. Jen­da Bangun. Toto Perjuma ar­ti­nya Doa Para Petani. Dalam li­rik lagu ini, Djenda si pencipta lagu, benar-benar cerita tentang pe­­tani Tanah Karo. Djenda be­nar-benar menggambar bahwa ma­­syarakat Karo adalah masya­rakat yang sangat agraris.

Bagi masyarakat Karo, kema­na pun dia pergi merantau, yang per­tama dan utama dicari adalah lahan pertanian. Meran­tau ke lu­ar Pulau Sumatera se­perti ke Ka­limantan dan Sulawe­si bah­kan ke Papua, tetap men­cari tanah. Wa­lau mereka sukses sebagai bi­rokrat atau pedagang, la­han per­tanian, tak pernah me­reka lu­pakan.

Ada ungkapan dalam masyarakat Karo; Tekuak ma­nuk enggo kujuma. Erkata Pet-pet redahin denga. Artinya ke­tika ayam mulai berkoko di pagi hari, sudah bekerja di lahan per­taniannya (perladangan). Ketika binatang sore/senja mengalun­kan suaranya, mereka masih ber­ada di perladangan.

Ini sebuah ungkapan nyata dalam kebanyakan kehidupan masyarakat Karo. Bagi masyara­kat Karo, Toto (doa) adalah se­bu­ah lagu yang artinya perbaha­nen (perbuatan). Ungkapan ini, bukan sebatas kata-kata mutiara tanpa makna, melainkan suatu gambaran bagaimana masyara­kat Karo identik dengan petani me­nyampaikan doa-doa yang di­sampaikan pada Dibata (Allah).

Penulis wajar angkat jempol pada Wisnu Bangun yang dalam usia muda sudah mampu meng­komposisikan karya-karyanya. Bahkan hal-hal yang sangat ino­vatif dia perlihatkan dalam kom­posisi musiknya.

Wisnu dalam bincang-bin­cang­nya dengan penulis sangat optimis ke depannya musik Karo bisa menyamai musik lainnya. Setidaknya musik pop Karo bisa diperhitungkandi khazanah ba­lan­tika musik Indonesia.

Menyimak album yang mere­ka luncurkan, penulis memliki keyakinan, Wisnu dan kawan-ka­wan akan terus melaju. Keya­kinan itu terlebih dengan ungka­pan yang disampaikan oleh Wis­nu, kalau dia akan terus berkarya dan berkarya.

Petunjukan

Dalam show ketika peluncur­an itu, ada beberapa hal yang men­jadi catatan penulis. Musik yang sudah dikomposisikan dengan apik oleh Wisnu tak mam­pu diimbangi suara Ave­riana Barus. Power suara dan timber-nya sudah dapat dikata­kan baik. Sayang Averiana di beberapa nomor lagu yang dia nyanyikan terdapat berbagai kekurangan.

Demikian juga dengan stage acting ketika dia menyanyi, masih sangat membutuhkan la­ti­han intensif. Averiana, mung­kin kurang menyadari, kalau ke­tika dia menyanyi di atas pang­gung, dia sedang memberikan hi­buran. Bukan hanya suara, tapi akting. Averiana belum mampu menguasai dan memanfaatkan panggung. Tidak seharusnya dia berdiri terpaku di satu titik down centre saja. Seharusnya dia juga menguasa, centre, right centre dan lef centre. Pemusik sedang  bermain, Ave masih terpaku di satu titik.

Jam terbang memang sangat menentukan seoarang artis pe­nyanyi. Untunglah ketika mem­ba­wa sebuah lagu, Averiana bisa turun panggung dan berdialog dengan komunikan-nya.

Penulis yakin, masa menda­tang, Averiana, pasti bisa mengu­asa panggung. Bahkan mungkin dia boleh ikut latihan teater, un­tuk bisa menguasai pangung se­penuhnya. Penuh berharap, Ave­riana, kelak bisa menjadi seorang artis penyanyi pop Karo yang an­dal pada masanya. Menjuah-juah.

()

Baca Juga

Rekomendasi