William, Juara Lari Tambora Challenge 320 Km

Medan, (Analisa). Prestasi spektakuler diper­sem­bahkan William, pria asal Binjai, Sumatera Utara, setelah ia tampil sebagai juara Tambora Challenge Lintas Sumbawa, event lari yang menempuh jarak 320 km.

William pada event lari yang digelar di Pototano Sumbawa pekan pertama April lalu, men­catat waktu terbaik 62 jam 26 menit dan 34 detik.Tempat kedua Maryanto Satria Nusan­tara asal Yogya­karta (63.14.21) dan urutan ketiga Ari Iskandar (65.17.47).

Sukses William memenangi event yang juga dikenal sebagai lomba lari terpanjang dan ter­ganas di Asia Tenggara ini di­sambut syukur dan sukacita para runner kota Medan, khu­susnya yang tergabung di Para­dise Marathon Community.

Komunitas Para­dise Mara­thon Community pimpinan Ri­chi Leo dan Dedy Prasatya dalam pertemuan penuh keke­luar­gaan di Medan akhir pekan kemarin memberi cinderamata kepada William sebagai wujud syukur dan sukacita sekaligus apresiasi atas prestasi pelari ultra marathon tersebut.

“Berlari sejauh 320 km bukan hal yang mudah.Tapi William membuk­tikan kalau dia mampu. Suksesnya ini merupakan sukacita dan ke­bang­gaan kita semua,” kata Ri­chi Leo dan Dedy Prasatya.

Richi juga menyebutkan, Paradise Marathon Com­mu­nity sangat meng­har­gai pen­capaian para pelari, karena vi­si dari komunitas yang ditangani Pelatih Syahruddin ini adalah membina para remaja/ anak muda Indonesia menjauhi minuman alkohol dan narkoba melalui lari maraton.

Sukacita

William sendiri mengaku bangga, dan berterimakasih atas atensi yang diberikan keluarga besar Para­dise Mara­thon Community.

Pelari asal Banana Runners ini mengaku tidak menduga bisa menjadi juara, sebab tar­getnya sebelum ini adalah finish sesuai limit yang diten­tu­kan.

“Dua tahun lalu saya pernah meng­ikuti event ini, namun waktu tempuh lebih 72 jam, sesuai ketentuan. Karena­nya tekad tahun ini bisa masuk sesuai limit. Tapi ternyata tampil sebagai pemenang,” kata Will­iam.

Diakui, tantangan di Tam­bora Challenge cukup berat. Apalagi cuaca saat lomba sangat panas. “Perjalanan mulai start di Poto­tano Sumbawa hingga finis di Ncanga kabupaten Dompu cu­kup melelahkan. Tapi saya ber­syukur dan bersukacita bisa menjadi peme­nang,” tambahnya.

William mengaku memang hobi lari jarak jauh. Sebelum tampil di Sumbaga, ia lebih dulu lomba di Kuala Lumpur dalam event lari menempuh jarak 170-an km dan menempati posisi runner up.

Dan khusus menghadapi lomba di Sumbawa, pelari berusia 32 tahun ini mengaku melakukan persiapan sekira tiga bulan. “Kita latihan pagi, siang bahkan malam. Sebab saat perlombaan pun, waktkunya juga pagi, siang dan malam,” jelasnya.

Dikatakan, saat berlomba menempuh jarak 320 km, total waktunya untuk tidur praktis hanya berkisar 65 menit atau satu jam lebih 15 menit.

“Saat berlomba, saya tidak memikir­kan berapa jarak yang akan ditempuh. Yang terpenting lari saja. Terkadang kalau sudah letih, saya berjalan. Dan kalau pun ada tidur (jika sudah sangat letih), paling hanya sekira 15 atau 20 menit,” jelasnya.

William juga membenarkan, saat berlari, di pundaknya juga tergantung beban (tas) berisi muatan yang berartnya sekira 2 kg. “Karena jarak tempuhnya sangat jauh, kita tentu mem­bawa bekal di tas, seperti air minum, mantel hujan, perleng­kapan tidur dan sebagainya,” ujarnya.

Meski sudah menjuarai Tambora Challenge Lintas Sumbawa, namun William mengaku belum merasa puas. Artinya, ia masih ingin mengi­kuti event-event lari jarak jauh lainnya.

“Keinginan saya tentu ingin tetap eksis mengikuti event-event lain. Apalagi jika ada spon­sor yang men­dukung. Se­bab biaya yang dibutuhkan untuk ikut serta juga tidak murah,” jelasnya mengakhiri keterangan. (mp)

()

Baca Juga

Rekomendasi