Berdamai dengan Watak Keras

Oleh: Jenny Gichara.

Dalam pergaulan, kita akan sering bertemu dengan orang-orang yang berbeda karakter, baik yang berwatak lembut maupun keras. Watak keras digambarkan pada seseorang yang memiliki cara berpikir, bertindak, me­ngambil keputusan, berdiskusi, me­man­dang kehidupan, memperta­han­kan kepercayaan/keyakinannya de­ngan kuat.  Hal ini sering menjadi pemicu kesalahpahaman. Kea­daan akan semakin rumit bila kita bertemu dengan seseorang yang memiliki wa­tak keras kepala dalam sebuah relasi. Orang ber­watak keras kepala adalah orang yang sangat berpegang teguh pada prinsipnya walaupun terkadang kurang tepat.

Contoh nyata dari kasus ini dapat dilihat dari kehidupan sehari seperti ketika seorang bawahan berbicara pada atasan tentang topik tertentu. Jika kita belum mampu memahami jalan pikirannya, atasan akan mudah tersinggung dan marah pada kita. Orang keras kepala atau berwatak keras pada dasarnya memiliki emosi yang meledak-ledak. Ini terjadi kare­na mereka selalu bersikeras dengan prinsip yang dipegangnya.

Sifat seperti ini dapat memicu keegoisan sehingga mereka tampak sangat mengutamakan kepentingan diri sendiri. Kesa­baran jadi kunci uta­ma jika berhadapan dengan orang-orang yang keras kepala.

Pahami Atasan/Rekan

Ketika pemimpin berbicara pan­jang lebar di depan kita, tugas kita cuma mendengarkan saja. Adakala­nya mereka hanya ingin mencurahkan kegundahan isi hatinya. PR kita ada­lah mencari tahu apa yang mereka butuhkan dan apa yang tidak ingin kita lakukan.

Tetap Tenang

Ketika pemimpin berwatak keras melontarkan kata-kata yang mungkin saja menyinggung pera­saan kita, aba­ikan saja. Anggap saja tidak pernah terjadi. Jangan buang waktu hanya untuk berdebat atau membela diri. Karena ketika bertindak seperti itu, sebenarnya mereka bukan untuk meng­hina kekurangan kita, namun sang bos sedang membongkar  kele­ma­han­nya sendiri karena tidak mam­pu mengendalikan diri.

Humor & Canda

Hati yang gembira adalah obat yang manjur untuk mengatasi kete­gangan/kegelisahan. Humor ringan bisa dapat mencairkan suasana dan menghibur para pemimpin. Hal ini juga dapat menjadi cara terbaik untuk mere­dakan dan menghadapi emosi­nya.

Hargai Pendapat

Seorang pemimpin yang keras ke­pala tidak akan pernah menye­butkan dirinya kerasa kepala karena itu bukan solusi yang tepat, sebab ia justru akan bertambah keras dan tidak mu­dah mengubah sikapnya. Pemimpin akan semakin mempertahankan si­kap­nya atau bertambah egois serta memen­tingkan dirinya sendiri bila sudah tersudut.

Dengan sikap keras kepala, ia akan merasa selalu disalahkan, lalu ia akan memilih untuk diam tak mau bicara dengan bawahan atau rekannya lagi. Dia akan merasa tidak ada orang yang mau mendengarkannya maupun meng­hargai pendapatnya. Pema­haman seperti itulah yang sering muncul di hati orang keras kepala sehingga sebagai ba­wa­han kita seba­ik­nya tidak meng­ha­kimi atau me­nyalah­kannya. In­ti­nya, jangan sampai si wa­tak ke­ras ke­pa­la bertambah marah se­hingga ia me­la­ku­kan se­suatu yang merugikan diri­nya sendiri dan orang banyak.

Empati

Sesungguhnya tidak semua orang yang berwatak keras itu buruk ke­adaannya. Terkadang, jiwa atau ka­rak­ter yang keras bisa timbul karena seseorang menyimpan luka batin yang sangat dalam dan butuh kasih saying dari orang-orang terdekatnya, tapi tidak terpenuhi. Jadi, dalam hal ini, sikap kita harus sedikit paradoks. Saat kita diomeli, hadapilah pe­mim­pin Anda dengan lembut dan bila perlu tunjukkan perhatian terhadap kebutuhannya, namun bukan berarti cari muka.

Pikiran Positif

Semakin sering kita bergaul de­ngan pe­mim­­pin ber­wa­tak keras, ti­dak me­nu­tup ke­mungkin­an bahwa kita dapat terlarut de­ngan mereka. Pergaulan yang sa­lah dapat me­rusak ke­bia­saan-ke­bias­a­an yang ba­ik. Hal itu harus segera ki­ta sada­ri. Ja­di, jangan biarkan sikap anta­gonis orang lain melekat memengaruhi diri kita. Selalu tunjukkan pandangan po­sitif yang kita miliki kepada orang lain, terutama bos kita yang masih keras kepala.

Kesamaan

Setiap orang setidaknya pernah memiliki kesamaan. Cari tahu apa kesamaan atau bidang yang mungkin sama-sama Anda sukai bersama ata­san, mungkin hobi, olahraga, tempat liburan dan jenis film. Gunakan ini sebagai sarana untuk melakukan per­cakapan meski­pun memang tidak mu­dah. Boro- boro mencari kesamaan, melihat wajah kita saja, sang bos sudah menunjukkan muka masam, begitu juga dengan kita. Seolah-olah sudah akan ditolak.

Tindak Tegas

Ketegasan bersikap atau bertindak kadang penting untuk menghadapi si watak keras. Sebenarnya alasan se­seorang bersikap keras kepada orang lain bisa juga terjadi karena orang-orang di sekitar mereka memilih mengalah kepada atasan daripada cari ribut. Padahal, hatinya belum tentu sepakat dengan orang yang diajak ber­interaksi. Bila orang tersebut mulai marah, tetaplah bersikap tenang dan sampaikan alasan logis mengapa ide kita penting untuk disampaikan. Saat menyampaikan alasan, hindari berbicara dengan suara yang keras dan kurang sopan.

Good Bye

Perlu dicatat bahwa tidak semua orang dapat kita hadapi dengan mulus. Ketika kita sudah tidak mampu lagi berhadapan dengan mereka, itu arti­nya kita perlu menjauh dan berhenti berhubungan dengan mereka sampai akhirnya orang tersebut menyadari bahwa dirinya memang keras kepala. Hal ini juga bisa dirasakan seorang pemimpin ketika anak buahnya mulai tidak respek terhadap atasan dan mulai enggan berinteraksi.

Itulah beberapa cara praktis untuk menghadapi si watak keras di kantor atau tempat Anda bekerja. Mereka mungkin saja tidak memiliki hubu­ngan dekat dengan hidup kita sehing­ga tindakan kita bisa langsung men­jauh atau meninggalkan mereka.

Namun, bila yang kita hadapi adalah ayah, ibu, pasangan, keluarga, saudara, sahabat, atasan, dan kerabat dekat, pen­dekatan yang kita lakukan pasti berbeda. Kita tidak akan mudah meninggalkan keluarga dekat kita. Namun dengan atasan atau rekan-rekan sekerja, kita perlu menghadapinya dengan berbagai cara yang bijak. Sukses selalu!***

()

Baca Juga

Rekomendasi