Perusahaan yang Ada Tidak Peduli

Jalan Lintas Desa Prapat Janji Memprihatinkan

Prapat Janji (Analisa). Jalan lintas Desa Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane, yang menuju beberapa peru­sahaan milik PTP Nusantara III di bawah naungan Distrik Asahan (Dasah) termasuk di Pabrik Kelapa sawit (PKS) Sei Silau, dari tahun ke tahun kon­disinya memprihatinkan.

“Sudah bertahun jalan ini kon­disinya mempriha­tinkan, dan dibiar­kan begitu saja,” ung­kap salah se­orang tokoh pemuda di desa itu, Dedy Pan­jaitan SH kepada Analisa, Ra­bu (18/4).

 Padahal, jalan itu merupakan urat nadi pereko­nomian. Selain diguna­kan masyarakat juga banyak peru­sa­haan milik negara di da­lamnya, mulai dari PKS Sei Silau, Kebun Ambalutu, Huta Padang, Sei Silau, bahkan Ke­bun Pulau Mandi dan juga Bandar Selamat tetap meng­gu­nakan jalan itu untuk menu­ju PKS Sei Silau.

“Seharusnya perusahaan perke­bun­an yang ada di dalam itu, me­miliki tanggungjawab untuk mem­perbaikinya,” ung­kap Dedy yang ju­ga seorang akademisi itu.

Kerusakan itu mulai terli­hat saat memasuki simpang Polsek Prapat Janji, hingga ke sempang PKS Sei Silau ditam­bah beberapa ruas lagi juga terlihat rusak, namun yang pa­ling parah antara Simpang Polsek Prapat Janji hingga ke simpang PKS Sei Silau sepan­jang lebih kurang setengah kilometer.

“Kalau perusa­haan memi­liki keinginan dan mem­punyai rasa tanggungjawab, pasti sejak lama jalan itu akan lebih baik,” ungkapnya.

 Kalau berdasarkan aturan, jalan itu hanya bisa dilalui truk-truk berkapasitas 8 ton, nyatanya banyak truk-truk bertonase 20 hingga 30 ton yang melintasi jalan itu de­ngan membawa TBS ke PKS Sei Silau.

Masyarakat bisa saja menghen­ti­kan truk-truk bertonase tinggi itu dan me­larang melintas. Tetapi semua itu tidak di­lakukan, dengan harapan perusahaan perkebunan milik negara itu memiliki perhatian terhadap jalan itu.

“Kalau musim kemarau penuh dengan debu dan dike­lilingi lubang-lubang, kalau musim hujan, becek seperti kubangan kerbau,” ungkap­nya dan mengatakan masya­rakat sa­bar dan jangan sampai kesabaran ini meluap menjadi emosi.

Dia berharap, agar perusa­haan untuk memperbaiki, jika tidak diri­nya juga sebagai pe­ngacara beren­cana akan mem­bawa persoalan ini ke ranah hukum.

“Kita ingin perusa­ha­an mem­perbaiki, kalau tidak jangan salahkan bila kami nanti akan melakukan upaya gugatan ke pengadilan,” ung­kapya. (aln)

()

Baca Juga

Rekomendasi