Jika Manusia Punah

Studi: Sapi Jadi Mamalia Terbesar Dunia

PENYEBARAN manusia di seantero dunia dari Afrika ribuan tahun silam me­musnahkan he­wan mamalia besar, sehingga berpeluang sapi menjadi hewan mamalisa terbesar di Bumi dalam beberapa dekade mendatang. Hal ini didasarkan pada satu studi ilmiah baru belum lama ini.

Asumsi tersebut didasarkan pada analisa tren kehidupan mamalia darat selama 125.000 tahun terakhir, yang ukuran tu­buhnya semakin menyusut bersamaan de­ngan manusia mulai menyebar keluar Afrika.

Penyebaran manusia purba dari Afrika bertepatan dengan kepunahan mamalia darat besar seperti mammoth, harimau berta­ring tajam dan glyptodont -- hewan mirip armadillo dengan tubuh sebesar mobil.

"Ada pola yang sangat jelas, bahwa kepu­nahan beragam jenis mamalia darat beru­kuran besar, mengikuti rentang waktu perse­baran manusia ke seluruh dunia,", jelas penulis utama Felisa Smith dari University of New Mexico.

Dikutip dari The Strait Times, sejak era purba, manusia cen­derung menargetkan hewan besar sebagai sumber protein mereka, dan hal tersebut terus berlanjut selama beribu-ribu tahun setelah­nya.

Hewan besar dianggap seba­gai layaknya sapi di era modern, yang diburu untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia saat mulai tinggal menetap.

Di Amerika Utara, misalnya, massa tubuh mamalia darat umumnya telah menyusut men­jadi 7,6 persen dari bobot awalnya, setelah kedatangan manusia.

"Jika tren ini terus berlanjut, mamalia terbesar di Bumi dalam beberapa ratus tahun mendatang, mungkin dipegang oleh sapi ternak dengan berat maksimal 900 kilo­gram," tulis tim peneliti.

Teknologi rekayasa di era modern

Pada gilirannya akan segera tiba masa­nya, mamalia besar seperti gajah, jerapah dan kuda nil musnah dari permukaan Bumi.

Sebagai gambaran, pada Maret, badak putih utara terakhir di dunia mati di Kenya.

Nantinya, mamalia darat yang dido­mestikasi (dipelihara), terma­suk sapi, akan menjadi kelompok spesies dengan ukuran tubuh paling besar di Bumi.

Tetapi di sisi lain, ada pendapat yang me­ra­gukan tren penyusutan mamalia besar di Bumi karena beberapa faktor, yang se­harusnya bisa diupayakan melalui teknologi rekayasa di era modern. Hal itu, sebagian di antaranya, merupa­kan imbas upaya konser­vasi untuk mence­gah ancaman terhadap satwa liar seperti peru­bahan iklim, hilangnya habitat hutan, serta polusi dan perluasan kota.

Thomas Brooks, kepala ilmu­wan dari International Union for Conservation of Na­ture (IUCN), mengatakan prediksi dominasi mamalia yang lebih kecil menjadi "sebuah malapetaka."

"Untungnya saya kira itu tidak sangat mungkin," tandasnya, seraya mengatakan bah­wa pene­litian lain menunjukkan hewan besar seperti gajah lebih mung­kin mendapat manfaat di kawasan lindung, daripada satwa yang berukuran lebih kecil.

Daftar merah spesies yang terancam punah, yang dipantau IUCN, juga mencan­tumkan beberapa mamalia liar kira-kira sebesar sapi, seperti kerbau Afrika atau be­ruang coklat, se­bagai jenis hewan yang ham­pir serupa, na­mun tidak disinggung da­lam penelitian di atas.

"Menurut pendapat saya, penelitian ini kurang seim­bang, karena tidak semua ma­malia berukuran sedang dan besar dili­batkan sebagai obyek studi," jelas Brooks. (glpt/rtr/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi