Pulau Pandan jauh di tengah, di balik Pulau Si Angsa Dua
Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua.
Oleh: Muhammad Ali, MLS. Inilah pantun keramat zaman dahulu yang selalu penulis renungkan dan ingin buktikan kebenarannya.
Terkenang dan tertarik untuk membuktikan kebenaran pantun di atas maka penulis menelusuri Propinsi Sumatera Barat, setelah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau langsung menuju Pulau Angso Duo (Angsa Dua).
Pulau dengan luas kira-kira 5 hekter ini sangat mempesona. Pulau ini tidak berpenghuni, hanya para penjual jajanan terkadang bermalam di sini khususnya pada hari Sabtu dan Minggu.
Pada dua hari tersebut biasanya ramai sekali wisatawan berkunjung ke pulau ini. Keindahan pulau ditambah dengan sejarah yang terkandung di dalamnya sangat ideal untuk dikunjungi wisatawan dan peneliti, karena sampai saat ini kuburan sepanjang 4,7 meter yang ada di pulau ini terasa misterius. Apakah kuburan satu orang dengan panjang sekian meter atau sengaja dipanjangkan agar tidak hilang atau kuburan beberapa orang disatukan.
Menurut literatur yang didapat makam itu diyakini milik Syekh Katik Sangko (kerabat Syekh Burhanuddin, ulama penyebar Islam di Minangkabau yang berasal dari Aceh) dan ada kuburan lain yang normal panjangnya. Pada nisan kuburan-kuburan tersebut tertera tahun 1315 dan 1329 M. Kalau menurut penulis tahun yang tertera di nisan kuburan itu sedikit meragukan kebenarannya. Tidak jauh dari kuburan tersebut terdapat sumur tua berdinding batu karang dengan air yang sangat jernih diperuntukkan bagi pengunjung dan tempat berwudhuk bagi yang ingin sholat. Surau Katik Sangko yang demikian indah terbuat dari kayu tersedia di pulau ini.
Beralih ke kota Padang tepatnya di Muara Padang, sekitar 22 km dari sini terletak pulau Pandan. Untuk mencapai pulau ini memerlukan waktu 30 menit dengan menggunakan kapal atau perahu nelayan. Pulau ini juga tidak berpenghuni sehingga sangat ideal untuk destinasi wisata. Benar adanya pulau Pandan jauh di tengah di balik pulau Angsa Dua.
Aksesibilitas.
Pulau Angso Duo termasuk dalam wilayah Kota Pariaman. Untuk mendapatkan Pulau Angso Duo memang harus menyeberang dari Pantai Gandoriah. Jenis transportasi ke pantai ini cukup bervariasi, bisa dengan angkot, kenderaan pribadi dan yang uniknya pengunjung yang berasal dari kota Padang bisa menggunakan Kereta Api dengan biaya Rp.5 ribu rupiah.
Stasiun kereta api sangat dekat dengan pantai Gandoriah sehingga wisatawan yang menggunakan jasa kereta api hanya berjalan kaki menuju pantai untuk kemudian menyeberang.
Pulau Angso Duo dapat ditempuh selama 10 menit dengan speetboat dan sekitar 20 menit dengan menggunakan kapal wisata yang bermuatan sekitar 15 orang. Dalam perjalanan menyeberang cukup nyaman karena ombak tidak terlalu besar dan jarak pulau ke pantai Gandoriah hanya sekitar 1,9 mil.
Tarif speetboat Rp.50 ribu/ orang pergi pulang dan tarif kapal angkutan umum Rp.40 ribu/orang pergi pulang. Penyeberangan terakhir ke pulau ini pukul 15.00 WIB dan kembali ke Pantai Gandoriah terakhir pukul 18.00 WIB. Biasanya kapal maupun speetboat tidak membatasi waktu pengunjung di pulau, terserah pengunjung mau berapa lama yang penting ada perjanjian dengan pihak kapal jam berapa pengunjung akan kembali dari pulau.
Keindahan Alam.
Air yang jernih bak cermin tanpa noda dan pasir putih bak mutiara terbentang mengelilingi pulau mengundang wisatawan untuk berlama-lama di tempat ini. Saung-saung indah dan unik dari kayu yang di sediakan oleh Dinas Pariwisata dapat dinikmati secara gratis oleh pengunjung. Wisatawan dapat meminum air kelapa dan makanan khas pantai sambil santai di saung-saung tersebut. Bagi pengunjung yang ingin berjalan kaki berkeliling pulau telah disediakan jalur pejalan kaki.
Kita hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk keliling pulau melalui jalur treking dan bila menelusuri pantai memakan waktu sekitar 30 menit jalan santai sambil berselfie ria. Pada zaman ini berjalan tanpa berselfie agaknya kurang sempurna.
Nama Angso Duo memang unik seolah banyak angsa di pulau ini, seperti contohnya pulau Komodo yang memang banyak Komodo di dalamnya. Tetapi tidak seekorpun angsa ada di pulau Angso Duo. Hanya mitos menjadi pedoman bahwa ada seorang ulama melihat awan berbentuk angsa dan menuntun ulama tersebut ke pulau ini. Maka disebutlah pulau Angso Duo. Maka diyakini kuburan panjang itu adalah milik sang ulama.
Harga Makanan
Menakjubkan, di pulau yang terpencil ini harga makanan dan minuman sama dengan harga di kota Pariaman dan semua daftar menu yang ada di kedai tersebut dicantumkan di depan kedai dengan tulisan besar agar pengunjung mengetahui harga sebelum masuk kedai. Contohnya kelapa muda 10 ribu, Indomie 6 ribu dan lainnya.
Kalau kita bandingkan dengan di beberapa tempat di Sumut, para penjual membuat harga sesukahati karena tidak ada daftar menu dipampangkan di luar kedai dan kurang kontrol dari Dinas Pariwisata setempat.
Begitu juga dengan harga transportasi tidak ada rekayasa harga, baik yang naik speetboat atau kapal penumpang biasa, semua harga telah tertera di loket. Masyarakat sekitar (PS) juga tidak ada yang menjadi calo keberangkatan sehingga wisatawan merasa aman tanpa dikejar-kejar calo. Mari berkunjung ke Pulau Angso Duo menikmati alam ciptaan Yang Maha Kuasa. ***