Oleh: Maulana Syamsuri. Indonesia terdiri dari ribuan pulau-pulau besar dan kecil. Bahkan beberapa pulau berada dibarisan terdepan, terpencil dan tertinggal (3T). Di Indonesia banyak terdapat pulau-pulau di kawasan 3T. Seperti kawasan Silaoimao Pulau Siberut. Juga ada di perbatasan Pulau Nugini, Pulau Mosso.
Masih banyak lagi pulau-pulau di kawasan 3T. Seperti di Kepulaan Tanibar Maluku, Pulau Salura di Sumba Timur, Kepulauan Siaro dan Pulau Legundi di Lampung. Masing-masing pulau itu dihuni oleh warga yang memiliki adat istidadat dan bahasa daerah. Karena itu terdapat ratusan ungkapan bahasa daerah.
Syukurlah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diterbitkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasioanl, Balai Pustaka, menghimpun ungkapan-ungkapan. Sehingga satu daerah dapat mengerti ungkapan bahasa daerah lainnya.
KBBI menamppilkan lebih dari 72.000 kata. Di samping memuat ribuan kata juga memuat tentang latar belakang perkamusan di Indonesia. KBBI memuat kata-kata dari mulai huruf A hingga Z. Juga memuat kata dan ungkapan bahasa daerah, juga kata dan ungkapan bahasa asing. KBBI terdiri dari 1.387 halaman.
Ungkapan bahasa daerah tertera dalam KBBI terdiri dari bahasa daerah Bali, Batak, Dayak, Jawa, Lampung, Madura, Minangkabau, Minahasa, Palembang dan Sunda. Bahasa Aceh belum terdapat di KBBI. Juga bahasa dari pulau-pulau Nusa Tenggara dan Papua belum tercantum. Diharapknn dalam cetakan berikutnya KBBI akan menmpilkan secara lengkap ungkapan bahasa daerah yang ada di seluruh kepulauan Indonesia.
Selain itu KBBI juga menampilkan singkatan dan akrronim serta aksara daerah dan aksara asing. Tidak luput penampilan nama negara, ibukota dan bahasa persatuan.
Pada halaman 1.288, kita dapat membaca. Kata dan ungkapan bahasa daerah yang cukup populer dan selalu digunakan dalam percakapan masyarakat sehari-hari.
Kata dan ungkapan bahasa daerah terssebut antra lain:
Aja dumeh, asal Jawa bermakna, jangan bersikap atau berbuat mentang-mentang lalu berbuat semau-maunya. Aji mumpung asal Jawa bermakna penggunaan senyapang atau selagi, sebagai senjata andalan. Jining diri dumumung ana ing lethi, ajiming raga ana ing busana. Asal Jawa bermakna kehormatan ada pada tutur kata dan kehormatan fisik seseorang ada pada busana yang dikenakan.
Alon-alon asal kelakon, asal Jawa, bermakna biar perlahan asalkan tujuan tercapai. Amit-amit jabang bayi, asal Jawa bermakna ungkapan efektif terhadap kenyataan yang tidak diharapkan dapat menimpa diri sendri atau keturunannya.
Asah, asih, asuh, asal Jawa. Bermaksa saling mengasihi, saling mengasuh dalam keterampilan bidang mendidk berbagi pengetahuan dan kemampuan. Saling mengingatkan dengan dasar rasa kasih dan saling menasihati.
Awak samo awak, asal Minangkabau bermakna saling pengertian karena sedarah. Becik ketitik ala ketara, asal Jawa. Bermakna yang baik akan ketahuan dan yang jelek juga akan tampak. Bhineka Tunggal Ika asal bahasa Kawi. Bermakna berbeda-beda tetapi sama juga. (Semboyan ini yang melambangkan kesatuan NKRI). Diangkat dari Kakawin Sutasoma karya Empu Tantular abad ke 14. Bermakna berbeda-beda pendapat, tapi satu tujuan.
Dalihan na tolu asal Batak. Bermakna hubungan kekerabatan di keluarga Batak. Yaitu hula-hula, dongan sabutuha dan boru. Makna harfiahnya tungku yang tiga. Ungkapan ini sangat populer di Tapanuli.
Drumo dalam asal Bali. Bermakna tanah milik raja. Drumo desa, bermakna tanah milik desa. Gemah ripah lah jenawi asal Jawa. Bermakna tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya. Jatik dewa asal Lombok. Bermakna lingkungan tanah yang diberikan untuk mendirikan pura.
Ketek basamo, gadang bagala asal Minangkabau. Bermakna setiap orang mempunyai nama pada masa kecil. Tetapi mendapat gelar apabila sudah berkeluarga. Makna harfiahnya kecil diberi nama besar diberi gelar.
Kumpul kebo, asal Jawa. Maknanya pria dan wanita kumpul bersama, tetapi tidak menikah. Lembur kuring asal Sunda. Bermakna kampung saya, kampungku. Malapeh ao asal Minangkabau. Maknanya tidak mendapatkan apa-apa. Manggaling kawula gusti, asal Jawa. Bermakna rakyat dengan pimpinan atau pmerintah menyatu.
Marsiadapari asal Batak. Bermakna saling membantu dalam menangani satu pekerjaan. (Menggarap sawah dan sebagainya). Makna harfiahnya meminjam hari dan tenaganya. Nan kalamak dek logo asal Minangkabau. Bermakna enak bagi kita, tapi tidak enak bagi orang lain.
Mikul dhuwur mendhem jero asal Jawa. Bermakna menjunjung tinggi kehormatan keluarga dan memuliakan/membahagiakan orang tua/keluarga. Makna harfiahnya menjunjung setinggi-tingginya dan menanam (memendam, mengubur) sedalam-dalamnya).
Milang-miling asal Jawa. Bermakna 1). melihat ke kiri kanan mencari sesuatu; 2). Menimbang-nimbang baik buruknya atau menyeleksi.
Nerawita asal Jawa. Bermakna sawah (tanah) yang merupakan milik suatu desa. Ngenger asal Jawa. Maknanya mengabdi kepada orang lain. Nguler kambang asal Jawa. Bermakna setia, namun lambat. Makna harfiahnya seperti ulat yang mengambang.
Nrima asal Jawa 1). menerima dengan rasa ikhlas (tentang percobaan hidup) pasrah, 2). berserah kepada kehendak Allah.
Nuwun sewu asal Jawa. Artinya memohon maaf, permisi.
Nyalindung kagelung asal Sunda. Artinya perkawinan antara pria yang masih muda dan tidak kaya dengan wanita berusia tua, tapi kaya. Panggajiwa asal Jawa artiuya mata pencaharian, penghidupan.
Tuah Sakato asal Minangkabau. Bermaknsa kesepakatan untuk melaksanakan hasil musyawarah merupakan langkah yang mengandung berkah bermasyarakat.
Tut wuri handayani, asal Jawa. Bermakna mengikuti dari belakang sambil mengawasi dan memberi dorongan. Ini merupakan semboyan bagi guru, pendidik dan orangtua dalam mendidik anak atau bagi pemimpin yang membimbing bawahan.
Wawsan wayata mendala asal Kawi. Bermakna pandangan di dunia pendidikan mengenai serangkaian kegiatan siswa serta organisasi kesiswaan. Pelatihan kepeminanan serta kegiatan kurikulkum dan ekstra kurikuler.
Penthalitan asal Jawa. Maknanya jungkir balik, kurang ajar tidak sopan. Punten asal Sunda, artinya permisi ketika akan bertemu tuan rumah atau ketika akan melewati seseornag yang lebih tua. Sabda Pandhita ratu, asal Jawa. Bermakna perkataan atau ucapan seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi yang tidak boleh diingkari. Makna harfiahnya sabda pendeta atau raja yang sekali diucapkan harus dilaksanakan atau harus terjadi.
Sampurasun, asal Sunda bermakna permisi. Saur Sepuh, asal Sunda bermakna nasihat dari orangtua atau yang dituakan. Seklet batton asal Madara. Bermakna harfiahnya hadiah pada upacara pinangan pria terhadap seorang gadis.
Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bandha, menang tanpa ngasarake, asal Jawa. Bermakna kaya sekalipun tidak punya harta, perkasa tidak punya azimat menyerangpun tidak punya tentara. Hidup dalam penderitaan.
Tungku tigo sarjarangan asal Minangkabau. Bermakna tiga unsur yang merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam masyarakat. Yaitu kaum adat, ulama, cerdik pandai atau ilmuwan. Wirawatin catur panca, asal bahasa Kawi. Bermakna keperwiraan wanita eksponen angkatan 45.
Tirta marta kamandalu, asal bahasa Kawi. Bermakna air kehidupan.
Itulah sebagian kecil dari kata-kata ungkapan bahasa daerah. Sebagian besar berasal dari bahasa daerah Jawa karena harus diakui, penduduk Indonesia sebagian besar terdiri dari orang Jawa.
Masih sangat banyak kata-kata ungkapan bahasa daerah yang sangat populer di Indonesia.
Penulis; sastrawan/novelis