Inkontinensia Alvi

Oleh: Pieter Julius Daely

KATA inkontinensia alvi memang masih sangat asing di telinga kita, dan itu adalah penyakit pada saluran pen­cernaan kita. Kejadian ini dapat ber­variasi mulai dari kebocoran sejumlah ke­cil tin­ja atau gas yang terjadi ka­dang-kadang saja sampai menghilang­nya kontrol ge­rak­an usus secara total.

Penelitian menunjukkan bah­wa kelainan ini dapat tim­bul pada 2-7% populasi pada umumnya, meskipun insi­den­si yang pasti jauh lebih tinggi. Inkontinensia alvi dapat terjadi pada segala usia, umumnya lebih banyak tim­bul pada wanita daripada pria, dan lebih sering menye­rang usia tua, umum­nya usia lebih dari 65 tahun di­banding dewasa muda. Namun keja­dian ini bukan merupakan pro­ses normal dari proses pe­nuaan (aging).

Inkontinensia alvi (bowel incontinence) adalah meng­hilangnya kontrol dari usus yang menimbulkan penge­lua­ran tinja tanpa sengaja, tanpa disa­dari, atau tanpa da­pat dikontrol. Pada inkon­ti­nensia alvi dapat terjadi pe­­nge­luaran yang tidak terkon­trol terhadap gas atau tinja cair (inkon­tinensia minor) maupun tinja padat (inkonti­nensia mayor).

Pasien yang mengalami pe­nyakit ini sering sulit di­terima di masyarakat, karena itu mereka yang mengalami ini sering merasa rendah diri dan malu untuk bergaul. In­kontinensia alvi dapat menu­runkan rasa percaya diri, menye­babkan rasa takut, dan menim­bulkan isolasi sosial.

Penyakit dari inkontinen­sia alvi me­rupakan kombinasi dari banyak penyebab, se­per­ti:

1. Konstipasi (sambelit). Konstipasi yang berlangsung lama merupakan penyebab terbanyak dari penyakit ini. Konstipasi menyebabkan konstraksi otot dalam jangka lama sehingga me­nimbulkan kelemahan otot usus.

2. Ke­rusakan saraf. In­kon­tinensia alvi dapat terjadi akibat ke­rusakan saraf yang mengon­trol sfingter ani atau saraf yang dapat mendeteksi tinja dalam rektum (tempat pe­nyimpanan sementara tin­ja).

3. berkurangnya kapasitas penyim­pa­nan rektum. Ope­ra­si pada daerah rek­tum, peng­obatan radiasi, penyakit IBD semuanya dapat me­nimbulkan ja­ringan ikat yang menyebabkan din­ding rek­tum kaku dan tidak elastis.

Cara mendiagnosis penya­kit inkon­tinenia alvi, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan seperti pe­nge­luaran tinja cair atau tinja padat yang tanpa disadari. Selain itu, beberapa peme­rik­saan digunakan untuk me­nguatkan diagnosis seperti pemerik­saan laboratorium, biakan tinja, ko­lonoskopi, Electromyography (EMG), USG daerah anus, MRI rectal, rectal endosonografi, anal manometri. Anal mano­metri digunakan untuk me­me­riksa kekuatan sfingter ani dan ke­mam­puannya untuk merespon sinyal, juga sensiti­vitas dan fungsi dari rektum.

Bagaimana pengobatan inkon­ti­nensia alvi? Pengobat­an sangat tergan­tung penye­bab dan beratnya penyakit ini, dapat terdiri dari per­ubah­an diet, obat-obatan, la­tihan defekasi, atau oper­asi. Sering dibutuhkan lebih dari 1 macam pengobatan. Ada beberapa alat atau pengobatan untuk inkon­ti­nensia alvi. Salah satu yang paling mu­dah adalah menggunakan po­pok (pampers).

Popok yang lebih tebal di­anggap cara yang paling baik karena mem­pu­nyai lapisan dalam yang dapat me­ngon­­trol bahan tinja lebih baik. Celana po­pok atau celana pam­pers tidak dian­jurkan. Ma­­kanan mempengaruhi kon­sistensi tinja. Salah satu cara untuk me­ngatasi masa­lah penyakit ini adalah meng­konsumsi makanan yang da­pat mem­berikan tinja dalam jumlah ba­nyak, mengandung sedikit air, dan ber­bentuk le­bih padat (seperti nasi, pi­sang, yogurt). Hindari ma­kanan atau mi­numan yang mengandung kafein (teh, ko­pi), makanan yang dapat me­nye­babkan diare seperti da­ging yang telah diasapi, ma­kanan pedas, alkohol, ma­kan­an berlemak atau bermi­nyak.

Obat-obatan yang diguna­kan adalah yang mengandung bahan anti-pro­ki­netik. Untuk inkontinensia alvi akibat dia­re obat-obat loperamide da­pat di­gunakan untuk me­ngontrol diare. obat lain yang digunakan untuk mengurangi kan­dungan air dalam tinja, seperti kar­bon aktif, atau me­tamucil (mengan­dung psyl­lium) dapat menyerap cairan dalam tinja sehingga menambah ke­padatan dalam tinja.

Beberapa obat justru dapat mening­katkan frekuensi pe­nyakit ini teru­tama pada usia lanjut seperti antasida, lak­sans, muscle relaxants. Tin­dakan ope­rasi digunaka jika inkontinensia alvi yang sulit diatasi.

Inkontinensia alvi merupa­kan ke­lainan yang dapat di­obati. Pengo­batan dapat me­ngurangi keluhan dan tidak jarang dapat menyembuhkan dengan sem­purna. Peng­obat­an medik yang baik biasanya berhasil mengem­balikan kemampuan untuk mengon­trol BAB, atau paling sedikit mengurangi berat­nya keluh­an. Pasien menderita pe­­nya­kit ini sebaiknya mela­kukan dis­kusi sebanyak mung­kin kepada dokter.

()

Baca Juga

Rekomendasi